"Ahkk...lagi! Lakukan lagi!! Beri aku kenikmatan...ahkkkk.." Desahan demi desahan menjadi pengisi kosongnya ruangan yang hanya ditempati oleh dua manusia itu. Seorang wanita muda dari tadi tak henti-hentinya mengeluarkan desahan nikmat dari mulutnya saat 'benda' milik Hares keluar masuk dari area intimnya.
"Ahkkk...ahkkk...lebih kasar lagi! Aku ingin lebih!!" Desah Wanita itu kembali meminta lebih pada Hares. Wanita itu kini menggigit bibir bawahnya nikmat saat Hares menggerak-gerakkan pinggulnya lebih cepat, benda miliknya keluar masuk memberi kenikmatan pada area sensitif milik wanita yang sudah basah itu. Sudah berulang kali wanita itu menggapai puncaknya, sudah yang keempat kali atau yang kelima kalinya mungkin, tapi tak sekalipun Hares berhasil mendapatkan kenikmatannya.
Alis wanita itu saling bertautan saat Hares dengan lantangnya menghentikan gerakan pinggangnya.
"Kenapa berhenti?" Protes wanita itu.Hares melepaskan penisnya dari area kewanitaan wanita itu, lalu bangkit berdiri menjauhi area kasur king size yang menjadi tempat mereka untuk saling memuaskan. Walaupun secara harafiah, yang merasa puas hanyalah wanita itu seorang. Hares memakai satu-persatu pakaiannya kembali.
"Kau mau kemana?" Protes wanita itu lagi.
"Kau membosankan, aku tidak puas." Ucap Hares dingin. Tangannya meletakkan selembar cek seharga 10 juta diatas nakas dekat kasur.
"10 juta cukup untukmu. Dan jangan menggangguku lagi." Kembali Hares berucap dingin sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan wanita itu.
******
Pajero sport yang terparkir dibasement klub terbesar diAsia Tenggara itu melesat sempurna menjauhi area klub. Mata tajam Hares memperhatikan jalanan yang lenggang. Ia terfokus pada kemudinya, sampai ponsel miliknya berdering dan menunjukkan sebuah nama disana.
Brian.
"Mau apa lagi anak ini." Rutuknya. Pemuda itu menerima panggilan Brian dengan menggunakan earphone.
"Ada apa?" Ucap Hares langsung. Moodnya sedang tidak baik sekarang.
"Kenapa kau selalu bersikap dingin dengan semua orang. Ayolah, datang kemari. Kita bersenang-senang. Ada pria-pria polos disini." Hares sangat yakin jika Brian tengah tersenyum bahagia dengan pemuda-pemuda yang mengelilinginya. Dasar manusia homo!
"Aku menyesal jika harus membuatmu mendengar perkataanku ini, tapi ketahuilah, aku masih normal."
"Baiklah! Baiklah! Tak perlu bersenang-senang dengan anak-anak ini, datanglah keBoys PUB, kita minum-minum sampai pingsan."
Hares mendesah frustasi mendengar ajakan Brian. Dia benar-benar tidak menyangka jika dia harus memiliki teman belok seperti ini. Dan mau tak mau Hares menuruti ajakan sesat Brian karena Hares tau betul bagaimana sikap pemaksa Brian. Jika Hares menolak, Brian pasti akan terus mengganggu ketenangannya. Toh hanya minum saja, pikirnya.
Hares melaju pesat dengan mobilnya, memecah kesunyian dijalanan lenggang. Sekarang sudah tengah malam, jadi tidak perlu heran lagi kenapa jalanan begini sepi.
Mobil hitam itu berhenti dibasement PUB yang tadi ditunjuk oleh Brian, disekitaran gedung itu tidak ada satu orangpun, hanya ada Hares dengan suara ketukan sepatu mengkilatnya disana.
"Ayolah! Aku akan membayarmu mahal." Hares menghentikan langkahnya saat manik tajamnya menangkap seorang pria bertubuh kekar sama sepertinya tengah menahan langkah seorang pria muda yang ukuran tubuhnya dua kali lebih kecil dari pria itu.
"Hentikan!" Pria kecil itu memberontak saat pria bertubuh kekar itu berusaha untuk mengecup leher putih jenjangnya. Namanya Noah.
"Ayolah! Kau mau uangkan? Akan kuberikan, berapapun yang kau mau." Tawar pria itu lagi, namun tetap saja sama, Noah tetap memberi perlawanan. Dan kali ini perlawanannya tidak main-main, saat pria kekar itu berhasil meraih lehernya bahkan sesekali tangan besar pria itu bermain dengan dadanya. Noah menendang tulang kering pria bertubuh kekar itu sampai pria itu ambruk. Merasa memiliki sebuah kesempatan untuk kabur, Noah berlari sekuat mungkin sampai tangannya ditahan oleh Hares.
Adrenalin Hares memuncak ketika ia menyaksikan secara langsung kejadian bejat yang baru saja terjadi. Noah yang tidak tahu menahu tentang Hares hanya bisa memberi perlawanan pada pria itu lagi.
"Lepaskan! Lepaskan aku!" Ronta Noah.
Hares menatap mata sayu Noah dengan tajam "Diamlah!" Ucap Hares penuh penekanan, kedua tangannya menggenggam pergelangan Noah dengan kuat. Tatapan mata Hares yang tajam itu berhasil saja membuat Noah tidak dapat berkutik.
"Hei kau! Lepaskan anak itu. Dia milikku." Ucap pria bertubuh kekar itu.
Hares mendecih "Milikmu?" Tanyanya bermaksud merendahkan. "Berani menyentuhnya, kau tidak akan selamat didunia." Ancam Hares.
Pria bertubuh kekar itu tertawa geli mendengar ancaman seorang Hares, dia tidak tahu siapa yang baru saja ditertawakannya.
Dia adalah Hares, pengusaha terkenal seAsia. Bukan hanya sampai disitu, Hares adalah seorang ketua dari Mafia berbahaya yang disegani banyak orang didunia bawah, bahkan polisipun tidak berani macam-macam dengan Hares. Berani melawannya, maka kau tidak akan selamat. Semua orang tentu saja tidak tahu apa yang dibawanya sehari-hari dibalik jas hitamnya. Sebuah pistol pastinya.
Hares berhasil membuat pria kekar itu tidak dapat mengerjap saat pistol yang ditodongkan oleh Hares mengarah tepat kekepalanya.
Seketika keberanian pria itu menghilang, "A..ampun..sa..saya tidak akan mengganggunya lagi.."
"Kau tahu siapa aku?" Tanya Hares dingin. Pria yang ditanyai itu hanya menggeleng.
"Ingat nama ini baik-baik HARES ELLIO BASKARA." Ucap Hares memberi penekanan dibagian namanya. Mendengar nama Hares, pria itu membelalak, menyadari sesuatu yang saat ini begitu ia sesali karena berani melawan bahkan menertawakan seseorang sekelas Hares.
"Maksudmu, Hares si ketua Dragon East?" Tanya pria itu merasa tidak percaya.
"Menurutmu." Ucap Hares, ia menyunggingkan senyum smirk, wajahnya menjadi dua kali lipat lebih mengerikan dibanding pistol yang ditodongkan olehnya.
"Maafkan saya! Saya betul-betul tidak tahu jika anak itu adalah milikmu." Ucap pria itu memohon ampun.
"Ingat wajah anak ini baik-baik. Jika kau berani menyentuhnya lagi, kau tahu apa yang akan terjadi padamu. Kau akan lebih memilih mati." Ancam Hares lagi. Pria itu dengan susah payah menelan salivanya.
"Saya tidak akan mengganggunya lagi!!." Ucap Pria itu, ia langsung berlari terbirit-birit menjauhi Noah dan Hares.
Hares berbalik menatap Noah yang tampak pucat ketakutan. Dia sangat menikmati pemandangan ini. Bahkan Hares juga kembali memutar memorinya saat Noah melakukan perlawanan pada pria tadi. Tampak sangat seksi dan juga polos diwaktu yang bersamaan. Sial!
Aroma parfum tubuh Noah yang berbau buah melon juga berhasil menarik gairah Hares. Dia betul-betul dibuat terbuai oleh pria bertubuh kecil ini. Dan Hares mengenali anak ini saat terakhir mereka bertemu.
"Siapa namamu!?" Tanya Hares lantang, membuat Noah tersentak kaget, menambah ketakutannya.
"N..No..Noah." Ucap Noah terbata-bata. Hares suka dengan sikap ini, sangat manis.
Mendengar nama itu, Hares menarik pergelangan Noah, mendekatkan tubuh mungil Noah padanya. Dia mendekatkan mulutnya ketelinga anak itu "Mulai sekarang kau milikku, Noah." Bisik Hares.
Mendengar pernyataan Hares yang semena-semena mengklaim jika ia adalah miliknya, Noah segera menepis tangan Hares. Ia mundur dua langkah menjauhi Hares.
"Aku...tidak akan menjadi milikmu!" Tolak Noah keras, kembali pria itu berlari menjauhi Hares yang hanya berdiri ditempatnya. Menatap Noah yang berlari menjauh. Tangannya mengepal dengan rahang mengeras. Dan dia sudah memutuskan, jika Noah adalah miliknya sekarang. Tidak ada yang boleh mengganggu gugat keputusannya itu, sekalipun Noah sendiri.
"Kau tidak akan kubiarkan lepas kali ini."
Sejauh ini gimana? Pada suka gak?
Jangan lupa sama vote dan comentnya dari kalian.Ohh iya, ini adalah flashback dari prolog, jadi kalian gak usah heran kenapa diprolog mereka udah saling kenal tapi dipart 1 mereka malah gak saling kenal.
Jadi ini adalah cerita bagaimana mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Need Me |END|
Romance[21+] [Warning!!] [#Cerita ini banyak mengandung adegan sex!! #tidak cocok dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun kebawah #kalau masih nekat, konsekuensinya ditanggung sendiri #BOY♡BOY/Homo] "Noah adalah milikku, berani menyentuhnya, jangan harap...