2.4 Friend, Then?

36.7K 667 18
                                    

Gue mengetuk-ngetukkan tangan di setir mobil tanpa banyak bicara. Sejak pamitan dari yang lain, sejak Nina gagal semobil dengan Alden dan Vira yang emang udah gue kode-kode buat nolak permintaan dia, gue sama sekali nggak ngajak ngobrol.

 Sejak pamitan dari yang lain, sejak Nina gagal semobil dengan Alden dan Vira yang emang udah gue kode-kode buat nolak permintaan dia, gue sama sekali nggak ngajak ngobrol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya, 2 jam perjalanan kayak gini akan kita habiskan dengan cerita panjang lebar, tapi sekarang... Boro-boro ngobrol, saling noleh aja enggak. Hujan di luar sana juga semakin membuat suasana nggak enak.

Bangsat, kalau kita secanggung ini, gue juga semakin merasa bersalah.

"Nin, mau denger musik?"

"Boleh."

Tanpa pikir panjang, gue putar lagu-lagu gue.

Yeah, I'm a composer dan gue cukup bangga.

Mungkin ini turunan dari nyokap yang emang punya jiwa seni tinggi, tapi gue rasa gue emang suka musik karena disana adalah tempat curhat terbaik gue. Teknik emang good life, tapi musik juga not bad meski akhirnya gue putusin masuk teknik dan gue kubur dalam-dalam keinginan gue buat menekuni bidang yang menurut bokap gue nggak menjamin masa depan sama sekali ini.

Life is a choice.

Nggak hanya musik, tapi juga termasuk saat gue nyentuh Nina semalam. Itu pilihan gue, pilihan kita berdua, dan gue melarang diri gue sendiri untuk menyesal. Meski faktanya, sekarang gue menyesal.

"Lagu baru?" Tanya Nina begitu musik memutar lagu yang belum familier di telinganya.

"Iya."

"Apa judulnya?"

"Belum ada."

"Lagunya bagus."

"Thanks."

"Next week di pensi, lo tampil bawa ini?"

"Mungkin."

"Kok baper ya dengernya. Lo terinspirasi dari apa pas buat ini?"

"Lupa."

Untuk pertama kalinya hari ini, Nina tertawa. "Pengarang lagunya tapi lupa?"

Gue noleh dan balas senyum dia. "Kan gue manusia. Jadi gue boleh kan lupa?"

Nina diam sejenak. Dia lalu memainkan tangannya di jendela, menggambar sesuatu diantara rintik hujan di luar sana.

 Dia lalu memainkan tangannya di jendela, menggambar sesuatu diantara rintik hujan di luar sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HELLO, FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang