Gue membuka mata perlahan.
Gue nggak tau kapan gue jatuh terlelap semalam. Mungkin saat gue dan Nina cerita panjang lebar, atau mungkin saat Nina tanpa sadar mulai mendengkur halus di sisi gue, atau mungkin juga saat gue memandangi dia yang sedang tidur. Tapi yang jelas, gue nggak pernah tidur senyenyak ini, di tengah hutan seperti ini, dengan ancaman gue bisa terpergok kapan saja.
Gue liat Nina masih tidur. Dia juga pakai kaos biasa, jadi persetan kalo siapapun masuk kesini. Gue bisa usir mereka dengan mudah.
"Nin, bangun," bisik gue pelan di telinga dia.
Nina mengerang, tapi dia tetap memejamkan mata dan bergelung nyaman di selimutnya.
Ide jahat muncul di otak gue yang udah rusak. Gue tau di bawah sana, Nina nggak pake apa-apa. Menyusupkan tangan ke balik selimut, gue elus pelan paha Nina. Tangan gue sedikit naik ke atas saat temen gue ini mulai gelisah di tidurnya.
"Pagi, Nin. Bangun atau gue cium sekarang."
Nina mengerjapkan mata. Dia sedikit kaget ngeliat gue, tapi detik berikutnya, dia seolah sudah memahami apa yang udah terjadi diantara kita.
"Kok nggak bales sapaan gue?"
Wajah Nina memerah, tapi dia tetap menatap gue seperti biasa.
"Pagi juga, Ega."
"Nah, gitu dong."
"Harus banget ya saling sapa?"
Gue tersenyum lebar dan mengangguk sebagai jawaban.
"Gue mau tidur lagi. Jangan ganggu."
Nina memang cantik. Di pagi hari yang membuat dia bangun dengan acak-acakan dan wajah sedikit cemberut seperti ini pun, di mata gue, dia tetep cantik.
Dan seksi.
"Ega, ah, kan gue bilang... Nghh, jangan ganggu..."
"Ganggu apa?" Tanya gue sok polos.
Nina megang tangan gue dengan pelototan tajam. "Ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, FRIEND
Любовные романыAda yang bilang jika sahabatan antara cowok dan cewek itu mustahil. Gue sih nggak setuju. Bagi gue yang punya sahabat cewek secantik Nina, nggak ada tuh perasaan-perasaan aneh selama hampir jalan 4 tahun kita sahabatan. Tapi gue rasa gue akan bisa k...