Gue mengernyit begitu pintu terbuka dan menampilkan apa yang gue sebut dengan 'hedonisme sejati'.
Bukan Olivia Barawinata namanya kalau nggak ngadain pesta segede ini. Bilangnya cuma pool party kecil-kecilan. Tapi gue lupa, pesta kecil di kamus dia adalah pesta di rooftop hotel bintang lima, lengkap dengan buffet penuh caviar, wagyu, dan botol berjejer dari Jack Daniels sampai Cointreau, dihadiri undangan yang kalau boleh gue bilang adalah 'sekumpulan orang paling bejat se-antero Jakarta'.
Dan termasuk gue gitu jadinya?
"Bajing... dateng juga lo akhirnya," sambut Gana lega.
Gue membalas jabat tangannya singkat. "Mana?"
"Tuh..." Dion nunjuk pinggir kolam.
Bayu dengan bangganya melingkarkan tangan di sekitar pinggang Nina, haha-hihi nggak jelas di hadapan football desk, cosplay jadi pelatih padahal gue tau dia mau nyari kesempatan buat nyentuh Nina.
"Flash news," Gana menatap gue. "Sebelum lo dateng, dia udah diajak flirting kesana kemari dan... EGA! Bangsat! Lo mau kemana?"
"Kesana."
Dion langsung nahan gue. "Lo mau apa?"
"Gue mau nyapa doang."
"Stress lo, ini pesta Olivia," peringat Gana. "Lo nggak liat Al sama Vira juga udah ada disana?"
"Gue paham, tapi sopan santun ngajarin kita buat nyapa pemilik pesta dulu sebelum ngerusak pestanya kan?"
*****
Harusnya gue menarik Nina pulang, tapi nyatanya gue malah memilih disini, pura-pura bersikap sangat tidak keberatan duduk satu meja dengan Bayu, dan berpartisipasi penuh dalam segala kegilaan yang Olivia tawarkan, termasuk saat ujung botol yang tengah kita mainkan ini menunjuk ke muka gue.
"Truth or Dare?" tanya Olivia.
"Truth," jawab gue tanpa ragu.
Oliv langsung membuka kartu 'Truth' dan menampilkan senyum puasnya. "Siapa nama pacar kamu dan apa yang kamu suka dari dia? Oh wow... Lo bakal sebut nama yang mana, Ga? Secara pacar lo banyak."
Semua orang langsung bersorak mendengar ejekan Oliv yang tepat sasaran.
"Mana aja nggak masalah sih, gue yakin Ega hafal semuanya," sahut Vira sensi.
Gue nggak menanggapi dan memilih pura-pura berpikir keras.
Oliv bersedekap kesal. "Cepetan, Ga. Lo nyebut nama kayak mau lo ajak akad beneran."
"Gue jomblo," jawab gue akhirnya.
Semua orang di meja itu, termasuk Nina, memandang gue terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, FRIEND
RomanceAda yang bilang jika sahabatan antara cowok dan cewek itu mustahil. Gue sih nggak setuju. Bagi gue yang punya sahabat cewek secantik Nina, nggak ada tuh perasaan-perasaan aneh selama hampir jalan 4 tahun kita sahabatan. Tapi gue rasa gue akan bisa k...