RR 4

593 131 264
                                    

"Ketakutan diri tidak akan bisa dilawan orang lain. Ketakutan itu akan menjadi lebih besar jika lo tidak menuntasnya mulai dari sekarang!"

⭐⭐⭐⭐⭐


"Sen, kok kayaknya mobil itu ngikutin mobil kita." Alletta melirik lagi mobil yang sedari tadi ada di belakangnya.

"Mungkin tujuannya sama atau bisa jadi seapartemen sama gue," ucap Arsen untuk meyakinkan Alletta yang sepertinya was-was padahal matanya terus melirik mobil itu dengan pandangan awas.

"Sen, berhentiin mobilnya!"

Arsen melirik Alletta yang menyuruhnya berhenti. Arsen merasa sedikit keheranan, tapi tetap saja ia menghentikan mobilnya.

"Apa apa, Lele?"

"Tuh, lihat! Mobil di belakang kita juga berhenti. Dia ngikutin kita. Arsen, Letta takut," Letta langsung mendekatkan dirinya ke lengan Arsen yang kembali menyetir.

"Ketakutan diri tidak akan bisa dilawan orang lain. Ketakutan itu akan menjadi lebih besar jika lo tidak menuntasnya mulai dari sekarang! Lo harus berani! Mana ponsel gue?" Arsen melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi.

"Arsen, pelan-pelan!" perintah Alletta yang langsung mengeratkan pelukannya pada lengan Arsen.

"Alletta, mana ponsel gue? Cepet ambilin!"

Menyadari nada suara Arsen yang berubah dingin membuat Alletta memberanikan diri mengambil ponsel Arsen di papper bag yang ada di kursi belakang. Alletta melirik mobil di belakangnya yang juga menambah kecepatan. Dengan terburu-buru ia mengeluarkan ponsel Arsen dari papper bagnya dan membuka kunci layarnya.

"Hubungi Rizki!"

"Ponsel Arsen ini kan baru, kontaknya juga cuma ada Letta."

"Buka WhatsApp, cari grup chat antariksa!" perintah Arsen sambil terus fokus menyetir.

"Terus?" tanya Alletta sambil tangan kanannya memegang sabuk pengaman karena kecepatan mobil Arsen lebih cepat.

"Ketik 'GD jalan Anggrek' cepat!"

"Udah." Alletta tidak mengerti apa yang tengah ia lakukan, ia hanya ingin meredakan ketakutannya. Ia mencoba bersandar di kursinya dan tepat saat itu juga kepalanya terasa pusing. Alletta mencoba melirik Arsen yang begitu serius dengan menyetir membuatnya mengurungkan niatnya untuk meminta tolong. Akhirnya, ia memejamkan matanya untuk menghilangkan pusingnya. Namun makin lama pusingnya makin berat dan sekarang dirinya mimisan. Alletta yang tidak ingin mimisannya ini dilihat Arsen akhirnya memalingkan mukanya ke arah jendela dan membawa tisu di depannya untuk mengelap darah mimisannya.

Arsen dilanda resah yang membuatnya terus fokus pada menyetirnya. Ia hanya berharap ada orang datang membantunya. Bukan karena ia tidak bisa melawan orang yang ada di mobil yang menguntitnya, tapi karena sekarang ia sedang bersama Alletta. Arsen melirik Alletta yang tengah melihat ke arah jendela dengan kedua tangan yang memegang sabuk pengaman. Ia khawatir dengan sahabatnya ini. Ia berjanji akan membuat babak belur orang yang ada di dalam mobil itu kalau benar mereka mengikuti dirinya dan Alletta.

Alletta menyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Namun sekarang pusing di kepalanya bertambah berat dan matanya berkunang-kunang hingga lama kelamaan ia tidak ingat apapun.

Rahasia Rasa (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang