RR 3

690 139 423
                                    

"Orang-orang di dunia ini hanya sekedar ingin tahu, bukan untuk peduli tapi untuk meredakan penasaran mereka sendiri."

⭐⭐⭐⭐⭐

"Maafin Letta," ucap Alletta sambil melihat ke arah orang yang tadi ia tabrak atau lebih tepatnya tidak sengaja ia tabrak.

"Makanya kalau jalan itu pake mata! Baju gue jadi kotor gara-gara lo!" bentak seorang laki-laki yang ada di hadapan Alletta sambil melihat ice cream yang ada di bajunya.

"Emang lo bisa jalan pake mata? Di mana-mana jalan itu pake kaki. Makanya otak tuh disimpan di kepala bukan di dengkul." Arsen merasa kesal ketika laki-laki asing di depannya membentak Alletta.

"Arsen!" panggil Alleta sambil menggelengkan kepalanya supaya Arsen tidak bersikap seperti itu pada orang yang ada di depan mereka.

"Dasar orang-orang oon! Yang satu ceroboh dan satu orang lagi sok ngebelain dan berani hina gue!" ucap Galang--laki-laki yang tidak sengaja ditabrak Alletta--

"Maafin Letta. Lett ..."

"Dasar gadis bodoh. Lo harus hati-hati mulai sekarang. Gue akan balas semua itu!"

Setelah mengucapkan itu, Galang pergi dengan tatapan Arsen yang begitu tajam mengarah pada Galang. Jika seandainya tatapan bisa membunuh, mungkin Galang sudah terbunuh mengenaskan sejak tadi. Arsen menatap lekat laki-laki yang tadi tidak sengaja Alletta tabrak. Arsen yakin bahwa ia pernah melihat laki-laki itu.

"Kalau Alletta tidak ada di sini, gue pastikan akan memukul laki-laki yang udah ngebentak dan mengancam Alletta," batin Arsen dengan rahang yang mengeras.

Arsen hanya tidak ingin Alletta menjauhinya hanya karena memukul laki-laki asing tadi. Arsen sangat tahu kalau Alletta sangat tidak menyukai kekerasan fisik apalagi jika kekerasan fisik itu ditonton langsung oleh matanya.

"Sen!"

"Arsen!"

"Arsen!" Alletta yang merasa perkataannya tidak digubris akhirnya mencubit tangan Arsen hingga membuat Arsen sedikit meringis.

"Apa? Cubitan lo makin ke sini makin sakit tau!" ucap Arsen dengan tatapan kesal membuat Letta menunduk.

"Ada apa?" tanya Arsen lagi karena menyadari Alletta murung.

"Tadi ..."

"Udah orang kayak gitu gak usah dipikirin! Dia yang bodoh! Dia juga yang gak punya otak! Udah biarin aja. Jangan pikirin orang kayak gitu, mending pikirin gue kan lebih bermanfaat."

"Arsen ihh."

"Apa, Lele? Dibil ..."

"Bukan itu."

"Terus?"

"Ice cream Letta," ucap Alletta dengan mata berkaca-kaca menatap Arsen.

"Astaga, gue pikir lo kepikiran yang tadi. Nyatanya lo kepikiran ice creamnya. Ya udah, kita beli lagi!"

"Hore. Makasih, Arsen." Alleta memeluk tubuh Arsen yang lebih tinggi darinya.

Mereka memang seperti itu. Tidak tahu malu jika mengekspresikan perasaan bahagianya apalagi seorang Alletta, ia tidak pernah malu memeluk Arsen di depan umum karena ia yakin orang-orang di dunia ini hanya sekedar ingin tahu, bukan untuk peduli tapi untuk meredakan penasaran mereka sendiri.

"Ice cream gue masih banyak, mau? Tapi udah gue jilat tadi dikit."

"Daripada dibuang mending Letta yang makan. Sini!"

Rahasia Rasa (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang