RR 28

246 25 75
                                    

Alletta menatap hujan lewat jendela kamar seseorang yang mengaku bernama Bara dengan rasa bersalah. Ia kini merepotkan orang yang baru dikenalnya dan dapat dipastikan keluarganya pasti juga mencarinya. Ia terlalu nekat pergi dari rumah sakit hanya karena ia tidak suka tempat itu. Beberapa kali menghela napas panjang tapi sesak di dadanya makin terasa.

Sejam lalu ia berkenalan dengan lelaki yang katanya menemukannya di sisi jalan. Lelaki itu sangat baik mengizinkan Alletta  tidur dan makan di rumah ini padahal mereka belum saling kenal. Gadis itu senang karena di dunia ini masih banyak orang-orang peduli padanya meski harus disesalkan ayah kandungnya sendiri tidak peduli padanya.

Hari telah berganti menjadi malam tapi hujan belum reda juga membuatnya masih terpaku di sini. Ia rindu bundanya dan yang paling ia pikirkan sekarang adalah Arkan. Ia tahu pasti lelaki itu mencari keberadaan dirinya. Setetes air mata turun di pipinya karena perasaannya tidak karuan. Ia benci dalam posisi ini apalagi tidak ada seseorang yang menjadi teman ceritanya kali ini.

Suara ketukan di pintu membuatnya segera menghapus air mata dan bergerak menuju pintu. Rasanya ia tidak enak ketika menumpang di rumah orang tanpa melakukan apapun.

"Ada apa?" tanya Alletta ketika melihat Bara di depan pintu.

"Mau pulang sekarang? Mumpung hujannya gak besar," ucap Bara.

"Iya, maaf kalau Letta ngerepotin kamu."

"Gak apa-apa, gue sekalian mau pergi juga," timpal Bara.

Bara melangkah pergi menuju ke garasi diikuti Alletta di belakangnya.

"Boleh pinjam ponsel kamu, gak?" tanya Alletta ketika mereka duduk di mobil.

Bara mengangguk dan memberikan ponselnya pada Alletta dan segera melajukan mobilnya.

Alletta menekan beberapa digit nomor dan meneleponnya.

"Sen."

"Lo di mana? Beritahu gue! Gue jemput! lo jangan ke mana-mana ini hujan!" teriak seorang laki-laki yang khawatir pada Alletta.

"Letta ada di mobil. Let--"

"Mau ke mana? Lo diculik? mana penculik lo? Lo di mana sekarang? Gue dari tadi nyariin lo! Sebutin aja ciri-ciri tempatnya! Nant--"

"Arsen! Letta lagi bicara tadi! Jangan dipotong dulu!" teriak Alletta membuat Arkan yang menjauhkan ponselnya dan membuat Bara menghentikan mobilnya.

"Eh, maaf tadi Letta teriak," ucap Alletta pada Bara.

"Gue pikir lo ngomong sama gue," ucap Bara yang melajukan kembali.

"Lo sama siapa?" tanya Arkan ketika mendengar suara laki-laki yang mengobrol dengan Alletta.

"Letta mau pulang dianter sama yang nolong."

"Lo pulang ke sini! Ke rumah Papah. Bunda lo di sini soalnya."

"Oke," ucap Alletta lalu memutuskan sambungan telepon.

"Kita ke mana?" tanya Bara.

"Kamu tahu jalan Arimatika, gak?"

"Dianter ke sana?" tanya Bara sambil melihat Alletta.

"Iya, sekali lagi terima kasih mau direpotin Letta."

"Santai aja."

Alletta melirik ke samping jalan dan melihat hujan yang sudah mereda dan jalanan cukup lenggang. Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan ibunya nanti apalagi kecelakaan yang menimpanya menggunakan mobil orang lain.

"Yang mana rumahnya?" tanya Bara sambil melirik ke kanan dan kiri dan itu membuat Alletta tersadar dari lamunannya.

"Hah?"

Rahasia Rasa (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang