RR 26

271 42 164
                                    

Setelah membereskan semua barang-barangnya Arkan berjalan cepat dengan langkahnya yang pincang, ia tidak peduli dengan kakinya yang terkilir karena ia jauh lebih peduli pada keadaan Alletta yang kini tengah berbaring di rumah sakit.

"Kak Arkan!"

Panggilan itu membuat Arkan yang akan menerobos hujan menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakangnya. Ia mengerutkan dahinya ketika melihat perempuan yang tadi bersamanya di UKS.

"Kakak mau ke mana? Kakak masih sakit!"

Arkan tidak memperdulikan pertanyaan gadis di belakangnya, ia hendak berlari ke mobilnya namun sebuah tangan menyentuh pergelangan tangannya.

"Lepasin tangan lo!" Arkan menghempaskan tangan Aldita dari pergelangan tangannya.

"Kak ini hujan."

"Gue gak buta dan masih bisa lihat hujan."

"Jangan hujan-hujanan!"

"Gue pake mobil."

"Mau ke mana?"

Lagi-lagi Arkan tak menghiraukan kata-kata Aldita dan menerobos hujan menuju ke mobilnya.

"Sial! Kenapa mobilnya mogok!"

Arkan keluar dari mobilnya dan menghampiri Aldita yang masih berdiri di tempatnya.

"Lo bawa kendaraan?"

"Motor."

"Gue pinjem!"

"Tap--"

"Gue pinjem!"

"Nan--"

Arkan menekan nomor Rizki untuk meminta laki-laki itu segera ke sekolah dan mengantarkan gadis yang mengaku bernama Aldita ini. Setelah telepon ditutup akhirnya Aldita memberikan kunci motornya.

"Lo pulang sama Rizki! Gue pinjem motor lo."

Tanpa berkata lebih lanjut lagi akhirnya Arkan mengendarai sebuah motor matic dengan kecepatan tinggi meninggalkan Aldita yang menatap Arkan dengan pandangan khawatir.

"Padahal Kak Arkan belum sembuh dan sepertinya kakinya juga terluka tapi mau ke mana dia pergi terburu-buru sambil hujan-hujanan seperti itu?"

Aldita masih berdiri di sana ketika waktu menunjukan pukul 15.30, keadaan masih hujan, dan Aldita tidak tahu bagaimana ia harus pulang.

Setelah memikirkan lebih lama akhirnya ia memutuskan untuk mencari taksi namun baru beberapa langkah sebuah motor melaju ke arahnya.

Aldita menyipitkan matanya kemudian beberapa saat kemudian matanya membulat ketika melihat seorang laki-laki yang begitu dibencinya dan dihindarinya selama ini.

Rizki yang baru membuka helmnya tersenyum pada Aldita yang menatapnya dengan mata membulat.

"Hai cantik, masih kenal gue?" tanya Rizki mengedipkan matanya dan menyugar rambutnya yang terkena air hujan.

Aldita berjalan menerobos hujan dan meninggalkan Rizki yang masih diam di atas motornya.

"Kalau lo lari lagi kali ini gue pastiin hidup lo makin gak tenang."

Aldita memutar bola matanya dan kemudian membalikan tubuhnya. "Dasar pemaksa!"

⭐⭐⭐⭐⭐

Penampilan Arkan tidak bisa dikatakan baik, baju basah dan kotor, pipi memar, dan ada sebuah luka sobek di bagian lengan bawahnya tidak menghentikan langkahnya untuk sampai di rumah sakit.

Rahasia Rasa (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang