RR 46

206 14 0
                                    

"Pasien mengalami amnesia retrograde," ucap seorang dokter yang tadi membius Arkan karena mengamuk.

"Amnesia?" Lina menutup mulutnya kaget sambil menangis.

"Iya, pasien mengalami amnesia retrograde, di mana penderita dapat mengingat peristiwa yang terjadi setelah trauma, tetapi tidak dapat mengingat informasi sebelumnya atau peristiwa yang mendahului trauma. Hal tersebut terjadi karena cedera otak, sehingga mengakibatkan hilangnya sebagian memori ingatan."

"Apakah selamanya?" tanya Lina.

"Bisa sementara, bisa juga permanen. Kami akan berusaha semampu kami dan salah satunya dengan terapi okupasi, tetapi yang lebih penting dari semuanya adalah dukungan dari orang-orang terdekatnya. Kalian bisa membantunya dengan bantuan foto, video, atau benda-benda khusus yang berhubungan dengan pasien. Untuk sekarang, pasien masih dalam pengaruh bius. Jika terjadi apa-apa, segera hubungi kami. Kami permisi dulu," ucap Dokter yang berlalu pergi setelah Hana mengangguk.

Lina terjatuh ke lantai dengan posisi duduk. "Kenapa hal ini harus terjadi padaku?"

"Tenanglah, Lin. Kamu pasti kuat, Arkan butuh dukungan ibunya yang kuat," ucap Hana menguatkan sahabatnya.

"Hana, bolehkan aku meminta sesuatu darimu? Aku mohon padamu!" ucap Lina terburu-buru sambil memegang kedua tangan Hana.

"Meminta apa?"

"Bantuan Alletta untuk Arkan."

Hana menggeleng. "Tidak! Aku tidak mengizinkan itu. Aku sudah berjanji pada anakku agar tidak memaksanya bertemu Arkan."

"Tapi ... anakku lebih dekat dengan anakmu. Dia pasti mau membantu Arkan."

"Lina, aku ...."

"Aku mohon padamu, Hana. Aku yakin dia akan langsung mengingat Alletta, tolong pertemukan mereka."

Hana menghela napas. "Baiklah, aku akan berbicara dengan Alletta dulu. Jika ia mau, aku akan langsung memberitahumu."

Lina menangis sambil memeluk Hana. Ia begitu sedih sekarang, apalagi ketika anak semata wayangnya tidak mengenal dirinya sama sekali. Ia hanya berharap ingatan anaknya segera pulih dan kembali seperti sediakala.

⭐⭐⭐⭐⭐

Arkan bergerak tidak nyaman di ranjangnya dengan mata yang masih terpejam. Tangannya meremas seprai dan seketika Arkan terduduk membuka matanya. Ia menyeka peluh di dahinya, tadi ia bermimpi seorang gadis dengan wajah begitu asing baginya. Ia merasa tidak pernah menemui gadis itu atau mungkin saja ia tidak ingat di mana ia menemui gadis itu. Netranya melihat sekelilingnya dengan perasaan bingung. Ia tidak dapat mengingat sesuatu dengan baik, ia juga tidak tahu siapa dirinya.

"Arkan, kamu sudah bangun?" tanya wanita paruh baya yang baru saja datang di dekat pintu.

Wanita yang mengaku ibunya itu selalu datang. Bedanya, sekarang wanita itu datang sendirian dan tidak bersama dengan laki-laki yang mengaku ayahnya. Yang ia tahu sekarang adalah informasi-informasi yang disampaikan wanita yang mengaku ibunya itu. Arkan masih dalam kebingungan, ia tidak tahu benar atau tidak informasi itu, tetapi melihat wanita itu begitu baik membuatnya tidak enak jika menolak.

"Aku membawakanmu sesuatu," ucap Lina mendekati anaknya dan menyodorkan sebuah album foto keluarga.

Arkan tidak berkata apa-apa, tetapi tetap menerima album foto itu. "Boleh saya membukanya?" tanya Arkan formal.

Lina hanya tersenyum dan mengangguk membuat Arkan segera membuka album foto tersebut. Ia sesekali mengerutkan dahinya, tetapi tak berlangsung lama karena Lina dengan sabar menjelaskan semuanya. Arkan memfokuskan penglihatannya ketika melihat gambar dirinya dengan seorang gadis yang ada di mimpinya.

Rahasia Rasa (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang