21.Khawatir?

1K 39 1
                                    

"Ku-Kun-Kuntil a-an-anak" ucap Ken terbata-bata, iapun membalikkan badannya berniat untuk berlari tapi...

"K-Ke-Ken" ucap seorang gadis itu dengan suara lemah.

"DEEVAA" Ken langsung menghampiri gadis itu, dan membuka semua ikatan talinya.

Deeva langsung memeluk Ken erat, tubuhnya bergetar karena isakannya.

"Ta-Tak-ut" ucap Deeva lemah.

"Tenang, ada gue" ucap Ken yang membalas pelukan Deeva.

"Deev" panggil Ken, karena dia tidak mendengar tangisan Deeva lagi.

"Deev".

Ken melepaskan pelukannya, dan beralih menatap wajah Deeva. Dia sangat terkejut kala melihat wajah Deeva yang pucat pasi, dan hidungnya yang mengeluarkan darah.

"Deev, bangun" ucap Ken dengan menepuk-nepuk pipi Deeva.

Ken langsung membawa Deeva ala bridal style, dan langsung membawanya keluar dari sekolah.

••

"Lo ngapain sih mepet-mepet gue terus? Jalan masih luas juga" kesal Aluna.

"Gak tau, nyaman aja dekat Lo" jawab Alana dengan tangannya yang merangkul pundak Aluna.

"Gak mempan! Lepasin ih, tangan Lo berat" ucap Aluna dengan melepaskan rangkulannya.

"Ish, jangan dilepasin sayang, gue udah nyaman" ucap Alana dramatis.

"Agak kesinian coba pipinya, biar gue gampang naboknya" ujar Aluna.

"Nih, cium nih" ucap Alana dengan menunjukkan pipinya.

"Najiz. gue nyium lo sama kayak gue nyium buaya dong, lo kan buaya".

"E-eh, Lo mau ngapain?" Tanya Aluna yang disudutkan ke tembok.

Alana menyeringai, dia terus menyudutkan Aluna.

"Lan, minggir ih".

Bukannya menjawab, Alana malah menatap kedua manik mata Aluna dari jarak yang sangat dekat. Alana memajukan wajahnya untuk lebih dekat dengan Aluna.

Aluna risih benar-benar risih, dia mau pergi sekarang juga. Tapi dia tak akan bisa, dia yang tersudutkan ditembok, didepannya ada Alana yang seperti ingin menerkamnya hidup-hidup, disampingnya ada tangan kekar Alana yang menghalanginya.

Hembusan nafas beraroma mint yang menerpa wajahnya mampu membuat dia merinding.
Kini hidung mereka sudah saling bersentuhan, Aluna tak tau harus bagaimana, kalau dia bergerak maka Alana lah yang akan menang banyak, dia diam membisu dengan mata terpejam yang mampu membuat Alana menyeringai.

"Lo harap gue cium?" Tanya Alana terkekeh, dia menjauhkan tubuhnya dari Aluna dan mengacak-acak rambut Aluna gemas.

"A-Apaan sih Lo? Gila aja" ucap Aluna dengan mengalihkan tatapannya, kini dia bisa bernafas lega. Tetapi semburat merah padam dipipinya yang tidak bisa diajak kompromi.

"Aideehh nengnya malu ya, itu pipinya sampe merah gitu, gue cium deh biar pipinya gak merah lagi" ucap Alana menggoda.

"Siapa yang malu! Ogah gue dicium buaya, iihh" ujar Aluna merinding.

Adeeva Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang