VOTE!
BACA NOTE!
ENJOY~~Kita mulai mengelilingi hutan. Memecahkan teka-teki satu persatu. Sampai akhirnya kita sampai di post yang menyeramkan.
Disana kami diberi kertas. Memecahkan soal sandi membingungkan itu bersama-sama.
Senior disitu mengawasi dengan mata elang mereka. Setelah selesai mengerjakan. Kami di wawancarai.
"Dek jawab! Punya mulut gak?!"
Sumpah. Gue pengen jejel mulut senior nya pake hewan yang lewat. Kita mati-matian buat gak ngatain ni senior.
"Kalian selama ini paham gak sih?! Apa cuma asal dateng, absen, terus pulang gitu?!"
"Enggak kak!" Bantah gue. Yang lain menoleh dengan tatapan kaget.
"BERANI KAMU?!"
"Katanya suruh jawab" balas gue datar.
Gina udah memberi isyarat mata. Lebih baik diam. Gue gak bisa. Dari tadi senior nya bacot gak jelas. Marah-marah gak jelas. Ngatain kita ini itu. Gimana caranya bisa diem?
"DASAR GAK SOPAN!!"
Lah anjir. Tadi gak jawab dikatain bisu. Sekarang jawab malah dibilang gak sopan. Minta diapain sih?
"KAMU SEKARANG CARI KAYU BAKAR BUAT BESOK API UNGGUN!! TERUS KASIH KE KITA DI BALAI!!"
Yang lain menggigit bibir bawah nya ketakutan sekaligus khawatir. Gue ngerti tatapan mereka. Mereka nyuruh gue minta maaf.
Gina menahan saat gue beranjak berdiri. Matanya terlihat khawatir. Senior itu langsung membentak Gina, suruh melepaskan genggaman.
Gina tersentak dan menunduk. Gue langsung berdiri dengan tatapan datar. Tak mengerti jalan pikir senior itu.
"Maaf kak kalau gak sopan" ucap gue pasrah. Tak mau yang lain ikut kena imbas nya.
"Bagus, sekarang cari kayu bakar. Susul temen kamu di post berikunya"
"Iya kak"
Senior itu kembali melanjutkan acara wawancara. Bukan. Acara paksaan menjawab pertanyaan mereka dengan baik dan benar.
Bisa dilihat dari sini. Mereka hanya menunduk. Sesekali Vina membuka bibirnya ingin melakukan hal yang sama seperti gue. Tapi diurungkan kembali.
Dengan segera gue berjalan menjauh dari sana sebelum semakin gelap. Langit tidak menunjukkan bintang dan bulan disana.
Hawa dingin semakin terasa. Gue memunguti ranting sebagai kayu bakar. Karena terlalu asik mencari ranting yang ringan.
Keadaan sekitar tentu saja berubah setiap kali melangkah. Sial. Kayanya gue nyasar. Tapi dari tadi kan gak melewati tali rafia sebagai batasan.
Ranting yang dikumpulkan sudah cukup. Gue ingin menyusul yang lain. Tapi gak tau harus ke arah mana.
Tidak ada tanda panah yang tertempel dipohon seperti biasanya. Bunyi hewan mulai terdengar.
Hutan ini benar-benar sepi. Gue memberanikan diri menyusuri hutan mencari jalan kembali.
"Senior kampret. Jahat banget. Jawab salah. Diem salah. Ngatain batu lah, bisu lah, gak ada suara...menyenye. Kalo mereka gak mancing emosi jiwa. Gak bakal gue kaya gini"
Jalan semakin asing. Gue benar-benar menyumpah nyerapahi senior tadi. Ini mah final tersesat tak tau arah jalan pulang.
Ranting yang di dekapan gue terasa berat. Ada pohon besar di depan sana. Mungkin bisa untuk duduk sebentar untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My OSIS Boyfriend✔
Teen Fiction[COMPLETED] -Perlahan puzzle hidupku tersambung, walau menyakitkan "Lo cantik" - Dev "Ck! Gak usah muji. Mau apa?" - Yona "Cuma minta lo jadi pacar gue" - Dev "Huh?" -Yona Kisah? Semua orang punya kisah masing - masing termasuk Yona dan Dev. Walau k...