Selama perjalanan kita masih bergandengan tangan. Jantung gue udah mulai gak sehat.
Tapi juga gak ingin melepas tangan kak Dev. Rasanya kaya, menemukan sesuatu yang hilang setelah sekian lama.
Cih, lihatlah dia mukanya tetap datar seakan dia sedang tidak melakukan apa pun.
"Gak usah liatin gue terus"
Gue terkejut mendengar ucapan nya, kemudian segera memalingkan wajah.
"Kak Dev rumah nya di sekitar sini?"
Gue akhirnya memulai pembicaraan karena tidak suka suasana yang canggung.
"Tepat 2 rumah, dari rumah lo"
Wah, lelaki satu ini pintar membuat terkejut setiap saat.
"Berarti rumah nya kak Dev yang cat orenge itu ya? Aku baru 2 bulan disini"
"Gue gak tanya"
Mendengar respon nya gue langsung cemberut. Sungguh dia tidak bisa diajak ngobrol.
Di Supermarket
"Kak tangan ku lepasin"
"Kalo gk mau?" Jawabnya sambil menunjukkan 'smirk' nya.
Kak Dev akhirnya menarik gue masuk ke supermarket. Gue yang udah malu dari tadi karena mbak - mbak kasirnya ngeliatin kita terus.
"Mau beli apa?"
"Uh? Mau beli teh sama garem"
"Nih pegang" katanya sambil memberikan keranjang belanjaan ke gue.
Kami pun berjalan menuju rak teh terlebih dahulu. Gue ingin mengambil teh tapi tangan satunya masih di gandeng sama kak Dev.
"Kak, tangan nya"
"Kan gue udah bilang, gak mau"
Gue serasa bawa bayi besar dari tadi.
Setelah selesai kita pun ke kasir dan bodoh nya gue lupa minta uang belanjaan ke mamah.
'Mampus yon mampus' batin gue.
"Berapa?"
Mata gue membola sempurna melihat tindakan kak Dev.
"12.000" dia langsung menyerahkan uang 20.000
Setelah keluar dari supermarket kita pun duduk di kursi yang tersedia di depan supermarket.
"Kak makasih"
Jujur demi apa rasanya gue pengen lenyap dari muka bumi ini sekarang juga. Dia dengan santai menjawab dengan nada yang datar seperti biasa.
"Ayo pulang kak dah sore" kata gue sambil memanglingkan muka gue yang udah kaya tomat ini.
Sesampainya di depan gerbang rumah. Gue pun langsung pamit ingin masuk ke rumah. Yon - yon udah nunggu di delan pintu dengan tatapan polosnya.
Tiba - tiba tangan kak Dev nahan gue buat membuka gerbang.
"Kenapa kak?"
"Besok berangkat bareng gue"
Gue hanya terdiam gak tau mau merespon seperti apa.
"Besok jam setengah 7. Gue tunggu di gerbang" kata nya sambil beranjak pergi.
Dengan keadaan yang masih syok gue melihat punggung kak Dev yang kian menjauh. Entah kenapa ingin rasa nya gigit guling.
💬💬💬
"Aku berangkat ya mah!!"
"Iya hati - hati !!"
Melangkah penuh dengan semangat empat lima. Gue merasa pagi ini adalah pagi yang spesial. Senyuman terus mengambang sepanjang kaki ini melangkah.
"Kak Dev!!" Tanpa basa - basi lagi gue langsung berlari mendekatinya.
"Nih pake" katanya sambil menyerahkan helm.
Baru kali ini gue berangkat dianterin kakel cowo. Mentok - mentok paling diboncengin pake motor sama abang Zan.
Motor kak Dev pun langsung melaju menyapa jalanan yang sudah mulai padat.
Tapi karena gue terlalu ceroboh, enggak mikirin konsekuensi jika anak - anak lain tau kita berangkat bareng.
Yang jelas pasti nanti jadi bahan pembicaraan. Gimana enggak? Kak Dev itu famous dan pasti banyak yang naksir. Udah ganteng, pinter, tinggi,putih sayang agak dingin.
Gue pun mulai mikir yang aneh - aneh, gak mau hal buruk terjadi gue segera bertindak.
"Kak jangan turunin aku di sekolah ya"
"Kenapa?"
"Nanti banyak yang liat kak, gak enak"
"Ok nanti gue turunin di halte"
Sepertinya kak Dev juga enggak kepikiran.
💬💬💬
Gue langsung berlari ke Meeting Room. Sesampainya disana dengan ngeluarin kertas yang dikasih kak Dev kemarin.
"Lo mau ngasih tau itu sekarang?" Tanya Maura yang dari tadi ngeliatin gue yang rusuh sendiri.
Gue menatap sekitar kayanya udah berangkat semua,jadi gue memutuskan untuk maju kedepan membacakan agenda.
"Jadi disini saya akan membacakan agenda hari ini, kegiatan nya adalah pengenalan guru, pengenalan ekstrakulikuler / organisasi, dan dilanjut dengan kegiatan yang sudah dipersiapkan OSIS"
Tepat setelah membacakan agenda tersebut kak Stevan datang.
Kak Stevan menyuruh gue untuk ke gedung serba guna. Sebenarnya gue hendak bertanya tapi kak Stevan sepertinya mengelak.
"Yon mau kemana?" Tanya Gina
"Mau ke gedung serba guna"
"Ngapain?" Nadia juga mulai penasaran.
"Gak tau di suruh kak Stevan"
Kemudian gue beranjak pergi ke gedung serba guna. Setelah sampai di depan bangunan itu. Gue melihat kak Dev dan OSIS lainnya malah juga ada temen seangkatan.
Gue pun berisiatif untuk bertanya kepada kak Dev.
"Kak, aku ngapain disuruh kesini?"
"Bantuin bersihin gedung ini buat acara nanti"
"Oh, ok"
Gue pun mengambil sapu yang tersisa satu di pojok dan mulai bersih - bersih. Semakin lama OSIS disana semakin berkurang hanya tersisa kak Dev.
"Kalian semua boleh kembali ke kelompok masing - masing"
Semua siswa baru yang mebantu membirsih kan tadi segera menaruh sapu hendak beranjak pergi.
Gue juga hendak pergi tapi tangan gue ditarik kak Dev. Sehingga membuat posisi kita sekarang berhadapan.
"Kecuali lo" katanya sambil menarik gue keluar gedung serba guna. Gue hanya pasrah mengikuti kak Dev.
Tiba - tiba dia meluk gue saat kita di belakang perpustakaan. Tersentak karena tindakannya yang selalu tiba - tiba.
"Kak?" Perlahan lahan gue membalas pelukan nya. Mungkin dia perlu sandaran kali ini.
"Tetap disini sama gue jangan pergi lagi" baru kali ini gue mendengar dia berbicara dengan nada yang sendu.
'Bruk'
.
.
.
.
.TBC!!!
Gimana chapter kali ini? Sebenernya gue udah kehabisan ide tapi tiba - tiba ada cahaya illahi memberikan gue ide😂
Jangan lupa vote and comment ya biar gue semangat bikin ceritanya👌😉
Makasi udah baca🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
My OSIS Boyfriend✔
Teen Fiction[COMPLETED] -Perlahan puzzle hidupku tersambung, walau menyakitkan "Lo cantik" - Dev "Ck! Gak usah muji. Mau apa?" - Yona "Cuma minta lo jadi pacar gue" - Dev "Huh?" -Yona Kisah? Semua orang punya kisah masing - masing termasuk Yona dan Dev. Walau k...