Langit Biru Tanpa Awan [ 7 ] 🍃

3.4K 135 1
                                    

'Tes'

Es krim yang vanila gue pun mencair di bagian kanan menetes terkena rumput. Gue yang sadar pun langsung memalingkan wajah dan menjilat es krim tersebut.

Begitu juga kak Dev yang otomatis menjauhkan mukanya. Kenapa dia selalu santai menanggapi sesuatu? Seakan hal itu biasa aja.

Setelah es krim udah enggak memeleh dan pastikan jangan terbawa suasana. Gue kembali menatap kak Dev meminta jawaban dari pertanyaan tadi.

"Emang kemarin sebelum pingsan gue bilang apa?" Dia malah tanya balik dengan santai nya.

Gue menaikan sebelah alis keheranan. Sungguh? Manusia ini lupa apa yang terjadi kemarin? Yang membuat gue susah tidur semalaman.

"Kak Dev gak inget? Terus kemaren kak Dev tiba - tiba pingsan kenapa?"

Dia kemudian bingung dan menatap kembali langit biru yang cerah. Sambil menjilati es krim nya. Mungkin dia mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin.

Es krim nya yang dia telan habis. Kemudian mencoba mengingat kembali apa yang terjadi.

"Gak tau, gak inget. Yang gue inget cuma tiba - tiba semuanya mendadak menjadi suram terus jadi gelap"

Kak Dev mengangkat bahu tak peduli. Dia lupa? Jadi pas dia meluk gue terus ngomong kaya gitu dalam keadaan gak sadar? Apa gue yang gak sadar waktu itu?

Gue pun menghempaskan punggung bersandar di pohon. Menghela nafas berat mendengar jawaban kak Dev yang mengecewakan tadi.

"Emang apa yang gue lakuin sebelum gue pingsan?" Tanya nya sambil menatap gue yang masih makan es krim yang hampir habis.

Blush

Muka gue langsung terasa panas mendengar pertanyaan tersebut. Gue pura - pura benerin posisi duduk sambil menundukkan kepala.

"Yang kak Dev inget apa?" Tanya gue, mencoba senormal mungkin.

"Beresin gedung serba guna"

"Terus kakak gak inget lagi setelah itu?"

Dia menggelengkan kepalanya. Gue udah gemes banget liat muka nya yang polos dan kebingungan.

"Kasih tau gak ya" gue mencoba bercanda dengan nya.

"Gue gak ngelakuin hal yang aneh-aneh kan?"

"Gak aneh tapi konyol"

"Apa?"

"Joget di depan gedung serba guna"

Dia langsung membulatkan matanya dan langsung menatap gue dengan ekspresi kaget nya mencoba mensejajarkan posisi duduk nya.

"Tapi boonk, hahahhhaha" gue langsung berlari setelah mengucapkan kalimat itu.

"Yonaaa gak lucu !!!" Dia berteriak kemudian bangkit dari duduk nya untuk mengejar.

Karena gue lari nya lambat jadi deh ketangkep sama dia. Setelah beberapa menit berlari. Kita tertawa lepas di bawah langit biru yang cerah.

"Kak udah ah capek" kata gue sambil meredakan tawa.

"Yaudah ayo pulang udah jam 3 nih"

Gue pun mengangguk berjalan mengambil tas kita yang tadi di bawah pohon.

"Lo tunggu sini, biar gue ambil motornya, jangan kemana - mana"

"Ok"

Entah kenapa hari ini gue bahagia banget. Gue merasa lebih deket sama kak Dev. Awalnya sih emang dingin tapi lama - lama asik juga.

"Ayo naik"

Gue pun langsung naik motor kak Dev, hampir khilaf mau meluk pinggang dia. Soalnya gue pas boncengan sama bang Zan pasti meluk pinggang nya.

Gue melewati gedung - gedung tinggi itu lagi yang selalu bikin gue kagum. Gue suka liat bangunan yang tinggi apalagi langit nya biru tanpa awan.

Melihat hal itu gue merasa tenang. Jadi ketika lagi banyak tekanan, gue pasti jalan - jalan di taman atau di perpustakaan.

"Gue nanti kerumah lo ya"

"Ngapain?"

"Ya masalah nyokap lo itu gimana?"

"Gapapa gausah"

Kak Dev cuma mengangguk. Kembali fokus kepada jalan. Sedangkan gue udah mulai ngantuk padahal baru kurang lebih 8 menit naik motor.

"Lo suka ya liat langit kaya gitu?"

"Iya kak"

"Kenapa?"

"Hal - hal yang indah terjadi pas langit nya lagi kaya gini"

"Contohnya?"

Gue hanya tertawa kecil menanggapi pertanyaan nya. Dibawah langit biru tanpa awan ini. Gue merasakan nama nya cinta. Cinta pertama.

Cinta pertama gue terjadi sudah lama. Mungkin bisa di bilang cinta monyet. Gara - gara gue suka sama sahabat kecil sendiri.

Gue temenan sama dia udah dari zaman kita muncul ke muka bumi. Yah, walaupun tua dia 3 hari sih. Kita gak berani meyatakan hal yang sebenarnya.

Kita selalu menyangkal perasaan 'cinta' dan lebih baik 'berteman'. Dia mengenal gue lebih baik dari pada siapapun.

Namanya Alvaro.

Dan dia menghilang entah kemana semenjak SMP. Hilang gitu aja. Dan gak bisa di hubungin. Seakan lenyap dari muka bumi ini.

Gue kangen sama dia. Tapi gimana lagi. Dia kaya udah gak ada. Katanya sih pindah sekolah. Tapi kok gak ngabarin gue? Huft entahlah.

Akhirnya gue sampe di depan gerbang rumah. Dan yon - yon udah duduk manis di depan pintu. Kucing satu ini selalu membuat gemas.

"Makasih kak"

"Yakin gapapa?"

"Mamah ku? Santai gapapa kok kan ada kakak ku juga di rumah"

"Yaudah"

Kak Dev pun memutar balikkan motor. Rumah kita jarak nya cuma 2 rumah. Jadi bisalah modus. Ea:v

Gue langsung masuk rumah. Rasa takut kena semprot mamah pun hilang. Happy banget hari ini.

"Kamu kemana hayo tadi sama Dev?" Kata mamah sambil duduk di sofa.

"Mamah kok tau?"

"Tau lah ibu nya aja ngasih tau ke mamah, pacaran sama Dev ya? Cieee"

"Mama apaan sih"

Pipi gue udah merona dari tadi. Huh, mamah masih godain dan ketawa kecil. Akhirnya gue tinggal ke kamar.

Gue langsung melempar tas ke sembarang arah. Dan langsung menuju balkon melihat sunset yang indah. Timbul diantara perumahan dan bangunan lain nya.

Alvaro. Gue jadi inget sama dia. Senyuman kecil terlukis secara otomatis jika mengenang masa - masa indah itu.

Tapi gue inget ada satu anak lagi. Temen kecil gue dan alvaro. Gue sempet naksir sama dia juga waktu itu. Tapi siapa? Anak itu mengalami sesuatu saat umur nya 11 tahun.

Masa lalu itu hal yang paling indah saat bersama Alvaro dan dia. Cuma mereka berdua, orang yang gue inginkan sekarang.





.
.
.
.

Author thu gak bisa hiatus ninggalin kalian huhu 😙
Gimana chapter kali ini?
Jangan lupa vote and comment ya
Jangan di read doang kaya doi author. Eak. Author nya malah curhat😂
Kalian boleh kok kasih kritik dan saran, comment ya. Vote juga😉👌
Tq udah baca :)

My OSIS Boyfriend✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang