Jangan lupa vote & comment ya beb Tq:)
"Mau tanya apa sayang?"
Perkataan itu, terus terngiang di telinga. Apa katanya? Sayang? Dia mau baperin gue?
Cih
Itu sama sekali tidak mempan. Mengingat kejadian pahit di taman saat itu. Rasa kesal semakin menjadi.
"Ini yang nulis kak Dev?" Tanya gue sedikit sinis sambil menyerahkan kertas berisikan puisi tersebut.
Lupakan aura menawan nya tadi. Dia bahkan sekarang terlihat sangat menyebalkan di mata gue.
Kak Dev membaca dengan serius puisi itu. Memperhatikan inisial yang tertulis di bawah puisi.
Setelah selesai mencerna semua isi kertas itu. Kak Dev memandang gue dengan serius.
Gue membalas tatapan nya dengan datar - datar saja. Hening. Beberapa detik kemudian kak Dev menghembuskan nafas kasar.
Kak Dev menarik gue masuk ke dalam rumah nya yang luas. Perkiraan yang salah, ternyata dia membawa gue ke taman belakang rumah nya.
Disana sudah terlihat bangku putih lengkap dengan meja nya. Juga terdapat ayunan dari ban yang tergantung indah di ranting.
Kita sudah duduk berhadapan diantara kursi putih. Kak Dev kembali memperhatikan kertas yang masih digenggam nya.
'Tap'
Gue memutuskan sambungan telfon dengan Gina. Lalu menaruh hp di saku jaket. Mungkin Gina tidak perlu mendengar lebih lanjut.
Dari pada pulsa kita habis yakan? Biarin aja Gina yang pasti sudah menggerutu disana. Ok, lupakan Gina.
Sekarang kak Dev masih asik menatap kertas puisi itu sesekali membolak balik nya. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut nya.
Membiarkan suasana sekitar senyap. Gue sesekali memainkan kaki sendiri yang menginjak rumput kecil.
"Bukan gue yang ngirim"
Kak Dev akhirnya membuka mulut sambil menyerahkan kertas nya. Hanya itu yang dia katakan? Tidak minat bertanya?
Kita bahkan membiarkan atmosfer canggung menyelimuti sekitar. Seperti orang yang tidak kenal satu sama lain.
"Kak Dev tau siapa yang ngirim?" Tanya gue dengan nada yang lebih lembut kali ini.
Tak ingin sikap dingin kak Dev kembali. Seperti saat kita pertama kali bertemu. Datar dan tidak peduli.
"Gue gak bisa jelasin" jawab kak Dev sambil memalingkan muka.
"Kasih tau dong kak"
Dengan sengaja gue mendekat dengan kak Dev. Mengikis jarak sebelumnya, menjadi lebih dekat.
Tapi kak Dev terlalu bebal. Dia tetap menggeleng sebagai jawaban. Percuma saja gue udah memelas di hadapan nya.
"Kenapa gak tanya Evan? Dia kan banyak kenalan tuh"
Dahi gue terlipat mendengar pertanyaan kak Dev. Kenapa pula harus tanya kak Evan? Gak ada sangkut paut nya juga.
"Kok kak Evan sih? Aku kan tanya sama kak Dev"
Kak Dev kembali memalingkan muka. Segan menjawab pertanyaan. Susah di jelasin gimana maksudnya?
"Lu kan deket sama Evan"
Kak Dev beranjak pergi dari taman. Gue segera membututinya dari belakang. Kak Dev tetap mencoba menghindar dari segala pertanyaan yang dilontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My OSIS Boyfriend✔
Novela Juvenil[COMPLETED] -Perlahan puzzle hidupku tersambung, walau menyakitkan "Lo cantik" - Dev "Ck! Gak usah muji. Mau apa?" - Yona "Cuma minta lo jadi pacar gue" - Dev "Huh?" -Yona Kisah? Semua orang punya kisah masing - masing termasuk Yona dan Dev. Walau k...