Keberangkatan [ 28 ] 🍃

2.1K 93 5
                                    

Hari ini adalah hari keberangkatan kemah. Kita sudah mempersiapkan nya dengan baik dari jauh-jauh hari. Baik itu secara materi, fisik, mental, dan barang keperluan.

Nadia sudah berceloteh dari gosip yang dia dapat dari kakak kelas. Kita percaya saja. Karena itu memang kabar tersebut sudah lama terdengar oleh telinga anak kelas 10.

"Kalian tau yang lebih parah?" Nadia mulai memanas-manasi.

"Apa lagi?"

Kita duduk di tepi kanopi sambil mendengarkan Nadia. Dia memulai kembali acara beritanya.

"Kan kemaren kita gak ada MOS nih kaya sekolah kebanyakan, karena ada suatu tragedi"

Kita hanya mengangguk. Membiarkan Nadia terus bercerita.

"Pas kemah kita bakal dikerjain, dibentak, atau malah bisa disuruh kegiatan fisik, IHH OGAH!"

"Serius?" Maura mulai khawatir.

"Buktiin aja nanti pas kemah"

Kita saling tatap. Memang bener kalo sekolah kita tidak mengadakan MOS seperti SMA kebanyakan. Diganti dengan sistem yang lain, MPLS.

Tapi kita akan merasakan hal sama saat kemah. Bagaimana senior memerintah sesuka hati.

Kita hanya bisa membayangkan betapa horror nya suasana kemah nanti. Bukan hanya senior. Tapi juga hutan nya yang lebat. Membuat suasana horror semakin lengkap.

Saat ini masih pukul 06.30
Sekolah sudah ramai dengan orang tua,guru,dan senior yang menyiapkan keberangkatan setengah jam lagi.

"Gue ke toilet dulu ya, jagain ransel nya"

Gina yang dipesani hanya mengangguk. Gue segera pergi menuju toilet sebelum ada perintah lagi.

Sangat sial. Gue melihat bayangan kak Dev dari ujung koridor. Tak sempat menghindar.

Kita bertemu di tikungan depan ruang komputer. Kak Dev tersenyum kaku. Gue segera mengehindar.

Tapi dia menahan nya lebih dulu. Jarak kita hanya 1 jengkal. Gue lagi-lagi menunduk menghadap ke sepatu.

"Hey"

Masih tidak di respon. Keadaan gue tidak memadai untuk bertatapan dengan kak Dev.

"Hati-hati nanti pas kemah, gue bakal nge-ID lo nanti"

Sama sekali tidak ada niatan untuk merespon. Ini terlalu kaku. Terlalu canggung. Berbeda dengan biasanya.

Merasa tak ada timbal balik. Kak Dev mengangkat dagu gue. Mata kita bertemu. Manik hitam itu. Terlihat sangat teduh.

"Maaf" lirihnya.

Gue menepis tangan nya. Berlalu pergi dengan langkah cepat. Segera menuju kamar mandi  untuk membasuh muka.

Sepanjang lorong. Hanya ada satu dua murid seangkatan yang lewat. Gue menatap pantulan diri di cermin.

Kejadian tadi. Setalah 3 hari tidak ada interaksi. Bertatapan aja enggak. Gue tersenggal. Masih menetralkan keadaan sambil menatap cermin.

💬💬💬

"BANGUN TENDA NYA CEPETAN!!"

Gina yang dari tadi misuh-misuh karena terus diteriaki senior. Begitu juga dengan yang lain. Merasa seperti babu.

"Baru aja mulai kegiatan, udah digiin" dumel Vina.

Dia ketua regu kami. Gue hanya tertawa kecil menanggapi. Kita sibuk membentuk simpul yang kuat agar tenda kami tidak roboh.

My OSIS Boyfriend✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang