#18 (hari keempatbelas)

136 34 0
                                    

Suara sahut burung memperindah pagi ini. Suara daun yang saling bergesekkan membuat melodi indah untuk mereka.

Indyra memerjapkan matanya. Baru saja dia bangun dari tidurnya tepat di hadapannya dilihatnya sosok sang ibu yang sudah bertolak pinggang.

"Ha? Pagi Mam" sapanya pada sang ibu.

"Cepat bangun! Kamu tidak sekolah?!" Ucap sang ibu dengan mata melotot. Indyra bangun dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi.

Indyra bukan dari keluarga kaya raya, dia hanya dari keluarga kalangan bawah. Ia hanya tinggal bersama ibunya setelah sang ayah meninggalkan mereka saat sang ibu terdiagnosis sakit berat.

Indyra adalah seorang siswa yang bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarga. Setelah pulang sekolah, ia langsung menuju ke toko tempat ia bekerja. Gajinya memang tidak seberapa tapi sekiranya cukup untuk mereka makan sehari-hari.

Indyra berjalan ditrotoar dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya. Saat ia masih bersenandung menyanyikan lagu kesukaannya, ia di kejutkan oleh kedatangan seorang pria

"Yohana?" Ucap Indyra saat ia mengetahui itu adalah Yohana.

"Mau bareng?" Tanya Yohana berbaik hati.

"Boleh" mereka melesat menuju sekolah.

Allzen sedang menunggu lovata di depan gerbang rumahnya, seperti biasa. Allzen masih membelit-belitkan dasinya. Tanpa ia sadari Lovata sudah berada tepat di hadapannya

"Pakainya yang rapih, Zen" ucap Lovata membuat Allzen mendongakkan kepalanya.

"Pakein" ucapnya manja. Lovata hanya menggeleng langsung mengulas senyumnya. Tangan Lovata mulai menari indah untuk membuat dasi Allzen terlihat lebih rapih

"Dah" ucap Lovata sambil merapihkan sisi dasi yang lain.

"Ah Ta! Kalau dasinya kayak gini, aku jadi keliatan kayak anak baik-baik!" Lovata melototi Allzen seperti tatapan peringatan. Allzen hanya nyengir dan membentuk jarinya seperti angka 2.

Allzen naik ke atas motornya, diikuti Lovata di belakangnya.

"Ada bekel buat kamu" ucap Lovata sambil membenahi posisinya.

"Ga mau aku" ucap Allzen menolak.

"Kecuali makannya berdua sama kamu, disuapin, dielus-elus, disayang-sayang, di--"

"Digetok mau?" Potong Lovata, Allzen menggeleng cepat, jangan lupakan cengiran yang tidak pernah lepas dari sana.

"Ta" ucap Allzen saat mereka sudah berada di jalan

"Kenapa?" Tanya Lovata sambil mendekatkan telinganya.

"Gak jadi"

"Kebiasaan banget ih!" Gerutunya membuat Allzen tertawa kecil

"Ta" panggilnya lagi

"Kalau gak jadi ngomong aku males ah!" Ucapnya

"Jadi Ta"

"Kenapa?" Tanya lovata

"Aku boleh nanya ga?" Ucap Allzen menjawab pertanyaan Lovata dengan sebuah pertanyaan.

"Boleh"

"Sayang Allzen ga?"

"Ha?" Ucap Lovata seolah tidak dengar.

"Aku yakin kamu denger Ta, aku gak mau kamu jawabnya di mulut"

"Terus dimana?"

"Dalem hati. Bisa?" Ucap kemudian dijawab oleh Lovata.

LovatAllzen [SELASAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang