#34 (hari ketigapuluh)

55 15 7
                                    

Pagi-pagi kantin belakang sekolah sudah dihuni oleh manusia selain Gildan dan kawan-kawan. Semenjak kejadian beberapa hari lalu yang menimpa Lovata dan Allzen, kantin belakang sekolah sudsh tidak lagi didatangi oleh 4 sejoli itu.

Mang Cecep dan Bi Tuni si penjual Mie ayam dan minuman merasa mendapatkan penghasilan yang menurun. Pasalnya 4 sekawan itu tidak pernah absen untuk membeli dagangan mereka, walaupum sesekali ada saja yang mengutang.

Dion sedang berbicara pada Raiza dan Alfino, membicarakan tentang rencananya yang berhasil kemarin.

"Mantep ya rencana gua?" Tanya Dion percaya diri.

"Mantap bapak kau! Beasiswa gua ada diambang kehancuran ni!" Ucap Raiza. Tamie lusa akan datang ke sekolah putrinya itu karena ia mendapatkan surat undangan dari pihak sekolah.

"Santai aja kali Za" ucap Dion tenang.

"Jadi udah selesaikan ini?" Tanya Alfino memastikan. Dia sudah tidak betah jika harus dijauhi oleh teman-temannya.

"Ya belom lah!" Dion menyahut.

"Kenapa beloman? Allzen udah gak sama Lovata."

"Ya emang, tapi tujuan utama gua kan bukan itu"

"Terus?"

"Yaudah lah ikutin aja. Kenapa? Lu udah gak betah?" Tanya Dion mencurigai. "Btw geng kita diajak tawuran sama SMA Nusa Raya"

"Kapan?" Tanya Alfino.

"Pulang sekolah"

"Siapin aja anak-anaknya." Setelah mendengarkan penuturan dari Alfino, Dion hanya mengangguk-ngangguk.

Lovata turun dari kendaraan umum yang ia tumpangi.

"Bang kembalian" ucapnya pada sang kenek metromini.

"Et neng geulis, kenapa gak minta pas di dalem neng." Ucapnya sambil mengoroh kantong kecilnya. "Kembali berape?"

"Goceng."

Setelah memberikan uang kembalian pada Lovata sang kenek langsung memberikan kode kepada supir untuk kembali jalan.

Lovata memasukki gerbang sekolahnya, disana sudah ada Alfino, Dion dan Allzen.

"Nanti pulang sekolah gua tunggu di kantin belakang, kita siapin apa aja yabg kita butuhin buat nyerang." Ucap Dion pada Allzen. Lovata yang tidak sengaja mendengar itu langsung menghampiri mereka.

"Heh! Gak ada kayak gitu-gituan!" Ucap Lovata sambil berjalan gagah kearah mereka.

"Eh tuan putri!" Ucap Dion berhasil membuat Allzen melepar wajah keras pada Dion.

"Gak ada nyerang-nyerang gitu, apalagi kamu Dion!" Ucap Lovata yang memang ditujukkan kepada Dion.

"Iya enggak Lov, yang mau nyerang Allzen kok bukan aku."

Allzen hanya menyimak perbincangan antara sahabat dan mantan gebetannya itu.

"Yaudah, awas aja ya kamu ikutan nyerang!" Ancamnya pada Dion.

"Enggak sayang." Allzen menyerngit.

Sayang?, batin Allzen.

Lovata meninggalkan mereka bertiga disana. Meninggalkan pikiran Allzen yang sedang berkelana.

"Lu.. pacaran sama Lovata?" Tanya Allzen pada Dion yang masih memandangi kepergian Lovata.

"Yap! Dia yang nembak gua" ucap Dion sambil menatap Allzen.

"Cih! Murahan!" Desisnya.

Lovata merutuki dirinya sendiri, ia merasa dirinya adalah wanita paling tidak memiliki harga diri di sekolah ini.

LovatAllzen [SELASAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang