#21 (hari ketujuhbelas)

101 34 0
                                    

Seperti makanan sehari-harinya, Allzen menjemput Lovata di rumahnya. Tapi hari ini berbeda dari hari-hari sebelumnya. Rumah Lovata terlihat sepi. Berkali-kali ia mengetuk pintu namun tidak ada tanda-tanda kehadiran orang di dalam.

Ia menekan nomor telfon Lovata, namun handphone milik Nonanya tidak aktif.

"Kemana si ini?" Gumamnya sambil terus menghubungi Lovata.

Setengah jam Allzen menunggu Lovata di luar rumahnya, namun rumah tersebut tetap menunjukkan tanda-tanda kekosongan.

"Taaa! Kemana si kamu tuh!" Gerutunya kesal. Baru semalam dia benar-benar semalaman dengan Nona manisnya, namun hari ini Nonanya tidak menunjukkan kehadirannya.

"Kenapa tiba-tiba ngilang gini sii!!"

****

Lovata masih menutup matanya di atas ranjang rumah sakit. Infus yang terpasang sempurna di punggung tangan kirinya.

"Lovata" ucap Jasmine sambil mengusap rambut Lovata lembut. Lovata yang merasa terganggu langsung membuka matanya dan melihat siapa yang menganggu tidurnya.

"Ada apa mah?" Ucapnya pelan, kondisinya belum juga membaik.

"Gak mau ngabarin Allzen dulu, pasti dia khawatir banget sama kamu" ucap Jasmine.

"Gak usah mah, nanti dia malah gak fokus belajarnya" ucapnya menolak pernyataan sang ibunda.

"Tapi Lov, Allzen pasti sekarang lagi uring-uringan banget nyariin kamu"

"Pokoknya Mah, jangan ada yang ngabarin Allzen."

"Yaudah, yaudah. Sekarang Lovata sarapan dulu ya" Lovata hanya mengangguk pelan.

Lovata menggilir layar handphonenya, melihat terdapat 10 panggilan tidak terjawab dan 56 pesan masuk dari Allzen. Ia hanya melihatnya melalui layar notifikasi tanpa niat untuk membalas pesan dan panggilan Allzen.

Allzen memijat pelipisnya pening, hampir seharian Lovata sama sekali tidak mengabarinya.

"Akh! Lov!" Teriaknya yang tidak lama Mahes datang menghampirinya.

"Woi bray! Ngapa lau" ucapnya kemudian duduk di sebelah Allzen.

"KOK GUA GAK KEPIKIRAN LU TEMEN SEKELASNYA LOVATA SI ANJING!" Hampir saja Mahes lompat dari tempat duduknya karena mendengar suara Allzen yang berubah melengking seperti wanita.

"Ngapa bego, tolol!" Umpatnya kesal.

"LOVATA KEMANA! JANGAN JAWAB LU GAK TAU, LU TEMEN SEKELASNYA!"

"Lovata hari ini gak masuk sekolah, guru-guru yang daritadi ngajar juga nanya dia."

"Anabel sama Linda?"

"Mereka juga gak tau, pokoknya gak ada yang tau. Orang tuanya dihubungin juga gak bisa"

"Tu anak kemana, Hes!" Ucapnya kesal. Allzen benar-benar kehilangan setengah jiwanya, raganya berada di sekolah, namun pikirannya terus berputar menanyakan keberadaan Lovata.

"Tadi malem lu jadi nemuin mereka?" Tanya Mahes saat ia tiba-tiba mengingat kejadian kemarin.

"Gak, gua gak tau alasan mereka ngebatalin apa" ucapnya sambil meletakkan kepalan tangannya di atas dahinya.

"Terus, Lovata semalem sama lu kan?"

"Iya! Gua anter pulang, Video call sama gua sampe gua ketiduran. Tapi paginya, gua ke rumahnya buat jemput kayak biasa, dia gak ada di rumah. Rumahnya kosong."

"Ada ngabarin lu?"

"Kalo ngabarin, gua gak mungkin secemas ini goblok!"

"Oh iya ya" Mahes memutar tubuhnya menjadi lurus ke depan.

LovatAllzen [SELASAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang