#2

256 49 0
                                    

"Rasa sakit hati gua lebih besar daripada rasa benci gua ke lu" -Lovata Ambar Derandra.

____

Di ruang rapat, para anggota osis sedang membicarakan acara ulang tahun sekolahnya 2 bulan kedepan.

"Gimana kalo acara ulang tahunnya kita undang DJ?" Usul Allzen yang disetujui para anak osis, kecuali wakilnya.

"Gimana bu wakil? Setuju?" Tanya Allzen dengan senyum jahilnya.

"Ga." Jawab Lovata singkat.

"Loh kenapa?"

"Lu kira, ngundang DJ itu usul yang cemerlang? Cuma orang-orang yang gak berpendidikan yang menonton DJ. Angguk-anggukkin kepala, kayak orang aneh. Penontonnya lompat-lompat gak jelas. Kita itu sekolah yang menjunjung tinggi derajat dan nama baik sekolah."

"Apa salahnya Lov?" Tanya sahabatnya-- Linda.

"Sekali gua bilang ga ya ga!" Ucap Lovata tetap dalam pendiriannya.

"Yaudah teman-teman kita dengarkan dulu, apakah Lovata Ambar Derandra mempunyai usul yang lebih Wow?" Allzen angkat bicara, mempersilahkan Lovata mengeluarkan usulnya.

Lovata menyunggingkan senyumnya, "kita adain acara camping, sambil mengenal lingkungan sekitar, menjaga bumi supaya tetap terjaga. Biar gak ada orang jahat yg berusaha membelah bumi menjadi bagian-bagian kecil dan membangun planet baru. Gimana?"

Allzen menepuk tangannya, sebagai tanda sebuah apresiasi-- lebih tepatnya sebuah tanda menjatuhkan Lovata di depan para anggota osis. "Usul lo gak terlalu buruk, tapi di tengah hutan gimana kalo kita undang DJ? Biar anti-mainstream!" Ucap Allzen yang langsung disorak-soraikan oleh teman-temannya.

"GUA KELUAR DARI OSIS!" Ucap Lovata sambil menggebrak meja dan langsung keluar dari ruang osis.

Allzen mengejarnya dengan memanggil namanya berkali-kali.

"Ta! Onta! Ta! Vat! Jangan sampe gua manggil Lov biar lu berhenti!" Ucapan Allzen tersebut langsung membuat Lovata menghentikan langkahnya, tanpa membalikkan tubuhnya.

"Kenapa sih lu tuh kayak anak kecil? Suka ngambek! gak mau ngalah!" Ucap Allzen ketika tubuhnya berada tepat di depan wajah Lovata. Lovata membalikkan tubuhnya.

Tubuh Allzen yang tingginya melebihi tinggi tubuh Lovata membuat Lovata harus sedikit mendongak untuk bisa melihat wajah Allzen.

"Lu yang kayak bocah, tau?" Ucap Lovata sambil bertolak pinggang.

"Kenapa gue?" Tanya Allzen dengan nada sedikit meledek.

"Ya karena lu gak pernah mau ngalah!" Ucap Lovata.

"Bukannya itu lu?" Allzen memang suka sekali memutar-mutar ucapan Lovata.

Sedari dulu walaupun Lovata selalu saja mengusiknya, namun untuk membuat gadis itu bungkam menurutnya bukan suatu pekerjaan yang susah.

"Kenapa gua?" Lovata seolah mengulang pertanyaan Allzen yang baru berapa detik lalu, Allzen lontarkan.

"Lu yang gak pernah mau salah, lu egois Ta, gak pernah mikirin perasaan orang di sekitar lu." Ucap Allzen.

"Gua selalu ngalah sama orang, dengan pengecualian, lu!" Ucap Lovata sarkas.

Menurut Allzen sebenarnya terlalu membuang waktu jika terus berdebat dengan manusia yang tidak memiliki hati ini.

****

"Mah, Ata pulang." Ucap Lovata saat melihat sang Mama sedang sibuk di dapur. Dapur di rumah keluarga kecil Lovata, berada lurus dengan ruang tengah, sehingga, membuat siapa saja dapat melihat langsung siapa yang sedang berada di dapur.

"Iya, sana ke kamar, ganti baju, setelah itu makan!" Perintah Jasmine tanpa melihat sosok Lovata.

Hari yang melelahkan untuk Lovata, ketika hari ini harus menerima bahwa dia berada 1 tingkat di bawah Allzen, dan dia harus berdebat dengan manusia yang berasal dari hutan belantara itu. Namun dengan mendengar suara Mamanya, yang selalu menyambutnya dengan suara khasnya, membuat Lovata lepaskan beban-beban lelahnya begitu saja.

Setelah membersihkan diri Lovata kembali menuju ruang makan, disana sudah ada Mama dan Ayahnya yang menunggu.

"Lama banget Lov ganti bajunya?" Ucap sang Ayah sambil melepaskan kacamatanya.

"Tadi sekalian rapihin kamar, bekas semalam aku berantakkin." Ucap Lovata sambil nyengir.

"Bagaimana menjadi wakil ketua osis?" Tanya sang Ayah yang sedang mengambil sayur asam buatan Ibundanya.

"Kok ayah tau, Ata jadi wakil osis?" Ucap Lovata bingung padahal dia belum memulai pembicaraan tentang harinya hari ini.

"Ayah kan punya mata batin, Ta." Ucap sang Ayah percaya diri.

"Mata batin atau di kasih tau Arabella tadi?" Tanya sang Mama.

"Ah Mama, kan Ayah mau berbohong sedikit sama Lovata." Ucapnya sambil menyendok nasi dan memasukkanya ke dalam mulut.

"Arabella?" Tanya Lovata heran.

"Iya, dia bilang kamu jadi wakilnya siapa tuh? Mantan Lovita Al.. Algazali.. siapa sih ayah lupa."

"Allzen Ayah." Ucap sang Mama membenarkan.

"Iya Allzen."

"Kamu masih belum akur juga sama Allzen?" Tanya sang Mama.

"Tidak akan pernah Ma." Ucap Lovata dengan yakin. "Dan tidak akan mau." Lanjutnya.

"Sebegitu bencinya kamu?" Tanya sang Ayah heran dengan sikap anaknya yang berubah menjadi malaikat bertanduk setan.

"Sangat benci."

"Dia sudah meminta ma--"

"Gak pernah aku maafin. Udah lah, aku ke kamar aja, mending aku bicara sama tembok daripada disini cuman membahas tentang Allzen." Ucapnya sambil berlalu menuju kamarnya.

LovatAllzen [SELASAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang