#26 ( hari keduapuluhdua)

78 31 5
                                    

Seperti hari senin, hari rabu adalah hari yang paling tidak di sukai oleh para penghuni SMA N 112 Jakarta. Dimana yang seharusnya waktu pulang sekolah mereka isi dengan rebahan atau nongkrong bersama teman mereka yang lain, hari ini malah diisi dengan esktrakulikuler pramuka.

Tapi bukan itu yang penting, untuk Allzen tetap sikap Lovata yang paling penting. Semenjak kali kedua kejadian itu, Lovata semakin menjaga jarak darinya. Allzen yang memang sepertinya sudah terkena santet dari Lovata tidak betah jika terus seperti ini.

Setiap paginya Allzen memang masih menjemput Lovata, namun semalaman dia mencoba mengirimkan pesan untuk Lovata, dan hanya di balas singkat. Tidak sepert Lovata yang dia kenal.

"Taa.. Allzen lebih milih kamu maki-maki aku daripada harus diem-dieman gini." Ucap Allzen saat motornya sudah memasukki gerbang sekolah.

"Gak mood ngomong," jawabnya singkat dan jelas.

Lovata memasukki lorong sekolahnya diikuti Allzen di belakangnya, sesekali ia menyapa kembali teman-temannya. Lovata juga sempat mengobrol dan terlihat sedikit lebih baik daripada bersama Allzen tadi.

Allzen yang membuntuti Lovata, mencoba untuk berbicara padanya, karena ia rasa Lovata sudah mulai mood bicara.

"Ta, tadi pagi Ata sarapan pakai apa?" Tanya Allzen basa basi disampingnya.

"Roti."

"Pakai?"

"Selai strawberry."

"Kok jawabnya singkat banget si sama Allzen?"

"Gak mood ngomong."

"Tapi dari tadi kamu nyapa temen-temen kamu loh, Ta."

"Emang dasarnya lu gak pernah peka." Ucapnya kemudian berbelok menuju kelas IPA dan berpisah dengan Allzen.

Allzen menatap punggung Lovata nyalang, kemudian mata menatap tajam wanitanya yang berhenti melangkah kemudian menyapa, Dion.

Lovata terlihat sangat serius membicarakan sesuatu tak berseling lama Lovata menggelakkan tawanya.

"Katanya gak mood ngomong, pret!" Ucap Allzen kemudian pergi dari sana, menghindari sakit mata karena melihat drama korea ala SMAnya itu.

Saat Allzen berjalan menuju kelasnya, ia dikejutkan oleh Raiza yang tepat keluar dari kelasnya. Tetapi Allzen tidak menghiraukan kehadirannya.

"Sayang!" Ucap Raiza memanggil Allzen dengan sebutan 'sayang'.

Allzen masih tidak memperdulikan Raiza. Raiza yang merasa dikacangi kemudian mencoba mengejar Allzen.

"Apaan si?" Tanya Allzen ketus karena merasa risih.

"Kamu baru dateng?" Tanya Raiza sok manis. "Untung gak telat."

"Kalo udah tau kenapa nanya si, lenjeh banget." Sarkasnya kemudian pergi meninggalkan Raiza yang malah justru mengembangkan senyum.

Allzen memasuki kelasnya, dilihatnya Alfino yang sedang menatapnya. Allzen membuang pandangannya kemudian berjalan menuju tempatnya.

"Zen." Panggil Alfino menghampiri Allzen. "Lu masih marah sama gua?"

"Ya lu pikir lah!" Ketus Allzen.

Masih pagi dah bikin kesel aja, batinnya.

"Gua minta maaf ya," Ucap Alfino.

"Bukan ke gua."

"Lah kan masalahnya di lu"

"Lu gampar cewe gua, ya lu minta maaf ke dia lah!"

"Kenapa si lu bela dia banget?!" Ucap Alfino menaikkan suaranya satu oktaf.

LovatAllzen [SELASAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang