#27 (hari keduapuluhtiga)

65 31 3
                                    

Hari berjalan seperti biasa. Allzen yang masih menjemput Lovata di pagi hari. Ia masih bingung dengan sikap Lovata. Ia sudah berusaha memperbaikinya, namun masih tidak mendapatkan respon baik dari Lovata.

Lovata sudah naik ke motor Allzen, ia kaku, tubuhnya seketika dingin. Ia memberanikan diri untuk membuka mulutnya.

"Nanti sore ada yg mau aku omongin, aku tunggu di rumah." Pikiran aneh yang terus menganggu Lovata, ia tidak tahan dengan semua ini. Ia harus mengeluarkan apa yang perlu ia dengan dan perlu didengar.

"Iya." Jawab Allzen singkat.

Selama perjalanan, Allzen maupun Lovata tidak membuka suara mereka. Perjalanannya terasa lebih lama, padahal kecepatan yang Allzen pakai sama seperti sebelum-sebelumnya.

"Gak betah sebetulnya gini, cuman aku takut ganggu mood kamu." Ucap Allzen mengejutkan Lovata yang sedang melamun.

"Hum,iya" jawabnya singkat.

Allzen sedikit mempercepat kecepatan sepeda motornya, ia ingin buru-buru keluar dari zona yang semakin mebawa hawa canggung untuknya dan Lovata.

Allzen melewati lampu merah, yang tepat berada di bawahnya, detiknya menunjukkan angka 1 dan lampu kembali merah.

Allzen berdecak sebal, ia ingin menerobos namun ia tahu Lovata justru akan bertambah marah padanya, namun jika dia berlama-lama disini, bisa gila dia!

Lampu merah masih menunjukkan detik ke 60. Satu menit Allzen harus berdiam-diaman seperti ini!

"Ata udah makan?" Ucap Allzen. Ia tidak kuat menahan hasratnya untuk berbicara lagi dengan Lovata.

"Sudah," jawabnya singkat.

"Ohh"

Lampu kembali hijau, Allzen melajukan motornya kembali. Keheningan kembali menjadi setan di antara mereka.

Sepada motor Allzen memasukki sekolah. Mahes dan Gildan yang kebetulan juga baru sampai, tersenyum senang.

"Nah gitu dong baikkan." Ucap Mahes ikut senang.

"Doain aja secepatnya." Jawab Allzen.

"Yaudah lah buru," Mahes mengajak ketiga temannya untuk segera peegi dari parkiran.

"Ta, lu udah ngerjain PR Fisika?" Tanya Mahes yang memang teman sekelas Lovata.

"Udah." Jawabnya santai.

"Boleh kali liat, hehe" Mahes nyengir kuda.

"Dih?!"

"Elah, Ta boleh kali" Ucap Mahes sambil merangkul bahu Lovata.

Allzen yang berjalan di sebelah kiri Lovata dengan cepat memukul tangan Mahes dan menarik Lovata pindah ke sebelah kanannya.

"Nih rangkul" Ucap Allzen sinis.

"Buset Tuan Allzen, posesif banget." Ucap Mahes kemudian merangkul Allzen damai.

"Maruk anjir Allzen, ya ga Ta, kemaren Raiza sekarang Lovata." Ucap Gildan juga ikut merangkul Lovata yang berada di sebelah kirinya.

LovatAllzen [SELASAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang