Bagian 20

108 9 2
                                    

Bel sekolah berbunyi dari lima menit yang lalu, Tasya memilih untuk tetap di uks daripada harus mengikuti pelajaran sejarah dikelasnya. Dia juga tidak minta di temani oleh Agatha, karena dia tidak ingin merepotkan Agatha lagi.

Tasya tau bahwa tadi Agatha pasti sudah memarahi Ilham habis-habisan. Karena Agatha tipikal orang yang tidak ingin melihat sahabatnya sendiri menangis apalagi itu karena cowok.

Tasya juga sangat merasa beruntung memiliki sahabat yang sangat pengertian seperti Agatha ini. Padahal dulu saat dirinya masih smp, dia sempat membenci Agatha. Karena sikap Agatha yang sangat terlihat sombong dan dingin.

Tetapi saat dia lebih jauh mengenal Agatha, ternyata Agatha tidak seburuk apa yang dia pikirkan. Agatha juga tipikal orang yang lebih suka memperlihatkan keburukannya daripada kebaikannya kepada orang lain.

Karena dia ingin tau mana orang yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya. Jadi tak heran jika Agatha banyak dibenci para netizen diluar sana. Tetapi jangan khawatir karena kaum adam pasti juga lebih banyak yang naksir kepadanya.

  "Lu sakit?" Suara bariton milik seseorang yang tak asing ditelinganya Tasya berhasil membuyarkan lamunan Tasya tentang Agatha.

  "Gue cum-a ngga enak badan aja" jawab Tasya kaku

  "Ooh" jawab cowok itu lalu membaringkan tubuhnya diranjang sebelah Tasya

  "Lah, lu sendiri ngapain disini Ka?" Tanya balik Tasya

  "Males gue belajar mulu" jawab cowok itu sekenanya

  "Males belajar mulu atau males ketemu Ka Ivan" sindir Tasya

  "Loh kok lu tau?" Tanya cowok itu sedikit terkejut

  "Taulah, gue kan sahabatnya Agatha" ujar Tasya

  "Siapa yah nama lu?" Tanya cowok itu karena lupa dengan nama teman-temannya Agatha

  "Gue Tasya, lu Ka Gibran kan?" Ujar Tasya memastikan lalu dibalas anggukan oleh cowok yang bernama Gibran itu.

Setelah percakapan singkat tadi tiba-tiba suasana di uks terasa sangat canggung. Tasya yang masih sedikit lelah pun hanya bisa memejamkan matanya, walaupun tak senyaman tadi.

Sedangkan Gibran, dia kini sedang sibuk bersantai ria di uks tanpa rasa beban sedikit pun. Mungkin karena dia cowok kali ya, jadi ngga merasa canggung berada satu ruangan dengan cewek.

  "Emm Ka, sekarang lu masih main bareng ngga sama Ka Ivan?" Tanya Tasya memecahkan kecangguan di uks itu

  "Ngga" jawab Gibran singkat

Tasya mengubah posisinya menjadi duduk diranjang uks lalu berkata, "Kenapa? Kalian kan udah temenan dari dulu. Masa cuma gara-gara cewek, pertemanan kalian rusak"

Mendengar ucapan Tasya membuat otak Gibran mulai bekerja. Yang diucapkan Tasya memang ada benarnya sih, tetapi kenapa dia bisa kekanak-kanakan gini ya?

  "Gue juga ngga tau. Mungkin emang udah takdirnya kali. Gue kan suka sama Agatha udah dari dulu banget, terus pas gue tau Ivan juga suka Agatha otomatis gue ngga bisa nyerah gitu aja dong sebelum bertanding" jelas Gibran

  "Lu yakin mau merusak pertemanan lu sama Ivan dan persahabatan lu sama Agatha cuma gara-gara cinta?" Pertanyaan Tasya membuat tubuh Gibran kaku seketika.

Gibran bangkit dari ranjang lalu berjalan kearah pintu. Dia bingung harus menjawab apa kepada Tasya, karena dirinya juga belum bisa nerima kenyataan.

  "Gue mau ke kantin, lu mau nitip ngga?" Ujar Gibran mengalihkan pembicaraan

Tasya hanya bisa membuang napasnya pelan, dia tau pasti Gibran sedang berada diambang kebingungan.

AGATHA Elisio (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang