36. Benang Takdir

31K 915 293
                                    


"Austin? Memiliki anak yang baik dan cerdas sepertimu adalah kebahagiaan terbesar Ibu, Ibu sangat, sangat, sangat, sangat menyayangi Austin... Hiks! Ibu sangat menyayangi ... Austin...! Sangat sayang..."

Austin terkesiap begitu melihat air mata yang mengalir keluar dari celah mata cantik Ibunya, " Ibu...? Mengapa? Mengapa Ibu menangis? Apa itu sakit sekali?" tanya Austin semakin khawatir.

Leriana kembali menggeleng, "Kau tahu, Nak? Ibu pernah berpikir bahwa Austin adalah anak yang di takdirkan untuk menjadi Anak Ibu, itu karena tuhan berbelas kasih hingga akhirnya dia memberikan Austin pada Ibu. Austin selalu bisa menemukan Ibu di manapun Ibu berada, itu sungguh menakjubkan."

"Itu karena Ibu tidak pernah pergi jauh dari Istana, dan Ibu selalu singgah ke tempat-tempat yang sama..."

Leriana tersenyum penuh arti, "Ibu sampai mengira bahwa Austin dan Ibu terhubung melalui benang takdir, haha..." kekeh-Nya.

"..."

Saat itu, senyuman Leriana memudar dan tergantikan dengan raut wajah yang di penuhi kekosongan nyata, mata amber-Nya yang selalu bersinar cerah mulai memudar seolah kehilangan cahayanya, dan itu di sadari oleh Austin.

"Tetapi... Ternyata itu hanyalah jaring laba-laba."

Austin tersentak, "A-Apa yang Ibu bicaraka--?!!"

Brukkk!!

"Uhukkk! Uhuk-uhuk! Uhuk--Kheukk!!"

Tiba-tiba saja Leriana ambruk dan terduduk di lantai, Leriana terus terbatuk tanpa henti sementara Austin mulai dibuat ketakutan di tempat, rasa khawatir dan takut bercampur menjadi satu. Itu memang benar, sejak tadi ada yang salah dengan Ibunya.

"I-Ibu? Apa yang terjadi? A-Apa--"

Grep.

Leriana mengulurkan tangannya menyentuh tangan Austin, wanita cantik dengan rambut coklat itu mendongak menatap Austin dengan kedua matanya yang di penuhi air mata. Tak hanya itu, darah segar mengalir keluar dari dalam mulutnya hingga mengotori dagu, Austin yang melihat itu langsung dibuat menegang seketika.

Leriana tersenyum pahit, "Itu bukan benang takdir, Nak. Itu adalah jaring laba-laba yang digunakan untuk mengikat mu..." lirih Leriana dengan nafas yang terengah-engah.

DEG!

"...!"

"Austin...?" lirih Leriana, "Mulai sekarang..."

Austin terdiam dengan tubuh yang memaku, matanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, ia bahkan tak berkedip sedikitpun. Anak itu sadar bahwa ini adalah apa yang mereka sebut dengan 'saat-saat terakhir'.

"Hiduplah dengan bebas... Lakukan apapun yang kamu inginkan, jangan biarkan dia ... menahan mu lagi." ucap Leriana pelan, "Ibu rela memotong benang pengikat yang membatasi kebebasan mu, karena itu... Tolong jangan benci Ibu."

Tesss...

###

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Touch My Baby! || DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang