Takdir itu ibarat air yang mengalir tanpa dapat terhambat apapun. Bertemu batu, ia menyelip dengan mudah. Bertemu kayu, ia merengsek maju menemukan celah. Sebagian manusia terkadang tak dapat menerima takdir hidupnya. Entah karena tak sanggup melalui nya, atau bahkan tak sanggup membayangkan nya.
Seperti kisah Lalisa kecil yang merasakan bagaimana tidak harmonis nya keluarga kecilnya. Ayah dan Ibu nya sering bertengkar, dan Lalisa kecil hanya bisa meringkuk menutup telinga, bersembunyi di dalam lemari kamar nya, hingga terkadang ia tertidur di sana sampai menjelang pagi.
Hal itu terus terjadi sampai tujuh bulan lamanya. Jika boleh mengeluh... Kenapa hal ini harus terjadi pada Lisa? Kenapa tak orang lain saja? Sosok anak kecil yang merindukan kehangatan pelukan sang Ayah, hanya bisa berpikir demikian.
Hingga ketika pelangi datang dan membawa pelita bagi hidup Lisa yang merana, senyum pertamanya terulas manis begitu saja.
Tatkala para pemuda-pemudi ber ilmu tinggi itu datang ke Desa tempat Lisa berada. Mereka melakukan sosialisasi tentang bagaimana dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap generasi penerus bangsa, khususnya para anak-anak seperti Lalisa. Di tenda besar itu, semua anak-anak yang mengalami KDRT di kumpul kan di tempat tersebut.
Mereka memberikan bimbingan moral, kekuatan untuk terus sabar, dan melatih kesiapan mental semisal kedua orangtua berujung pisah. Anak-anak kecil tak berdosa itu akhirnya punya rumah baru, yang memberikan kenyaman, kekuatan, dan senyuman. Mereka di tampung oleh organisasi swasta, dan hidup dengan keceriaan yang mereka damba.
Hari itu, hari dimana seorang anak kecil laki-laki yang cukup hiperaktif menemukan seorang gadis kecil pendiam duduk di kursi sendirian. Ia pun mengajak nya berkenalan.
"Hey... Kenapa sendirian di sini? Ikut anak-anak yang lain main petak umpet yuk!" ajak si laki-laki kecil itu.
Namun Lalisa hanya diam dan menatap kosong anak kecil di depan nya tersebut.
"Oh ya kenalin. Nama ku Taeyong. Kamu?" Senyum nya masih berbinar di sana, sungguh Lalisa kecil iri melihat senyum tersebut. Seolah senyumnya menutupi segala awan gelap di sekitarnya.
"Lalisa," jawab nya.
"Nama yang cantik, orang nya juga cantik
Mata mu bulat bening, aku suka hehe" Senyum nya tak pernah luntur, ia manis sekali untuk anak kecil yang mengalami KDRTMungkin karena efek senyuman Taeyong yang menular, Lalisa pun akhirnya ikut tersenyum menatap laki-laki kecil di depan nya itu.
"Makasi," respon Lalisa.
Dan tangan Taeyong kecil terulur pada Lisa. "Main yuk," ajak nya.
Dan saat Lalisa memutuskan untuk menerima uluran itu, saat itu juga... Lalisa telah menaruh harapan pada Taeyong prihal hidupnya. Harapan kebahagiaan, yang akan membawa Lalisa keluar dari jalan gelap yang selama ini ia tempuh sendirian.
Lalisa dan Taeyong punya kebiasaan bersembunyi bersama saat bermain petak umpet. Karena Taeyong sendiri selalu menggenggam jemari Lalisa dan membawa nya berlari mencari tempat persembunyian yang aman, ia tak pernah membiarkan gadis kecil itu sendirian. Selalu ada setiap mereka main.
Dan terkadang Taeyong sering datang ke rumah Lalisa, mengajak nya keluar main ayunan di pinggir kali, atau kadang pergi ke sawah cuma buat nangkep capung.
Masa kanak-kanak Lalisa jadi kembali indah setelah datangnya Taeyong ke hidupnya.Semenjak kenal Taeyong, Lalisa tak kesepian lagi, ia punya teman, teman yang sangat berharga.
Hingga mereka pun tumbuh besar bersama. Bahkan saat menginjak kan kaki di bangku SMP, Taeyong meminta izin pada guru agar satu kelas dengan Lalisa. Alhasil mereka satu kelas selama tiga tahun lamanya.
Namun kabar buruk datang setelah itu...
Akhirnya orangtua Taeyong bercerai, dan Taeyong pun ikut nenek nya ke kota. Membuat Lalisa dan Taeyong harus berpisah. Hari itu Lalisa marah, namun Taeyong hanya bisa berjanji... Bahwa ia akan kembali.
"Tunggu saja, ini cuma sebentar kok. Nanti kalau sudah jadi pria sukses, aku akan jemput Lisa di sini, dan ikut aku ke kota. Ya?" Taeyong menepuk-nepuk lembut kepala Lisa.
"Janji?" Gadis itu masih cemberut.
"Iya janji." Dan kelingking mereka pun bertaut, mengikat janji. Dan Taeyong memeluk Lisa yang hendak ingin menangis.
"Nanti kalau bisa, aku akan kirimkan surat buat Lisa, biar ga khawatir." Pelukan nya terasa hangat, dan tangan Taeyong mengusap lembut rambut Lisa yang selalu suka ia acak-acak. Lisa pun mengangguk, percaya.
"Aku sayang Lisa."
"Lisa sayang Taeyong juga"
Dan lelaki remaja berusia 15tahun itu mengecup pipi kiri sahabat dari kecilnya
Kemudian berangkat menuju kota, meninggalkan nya untuk sementaraPada intinya ia tak ingin Taeyong melupakan nya selama di Kota. Dan Taeyong harap Lalisa akan baik-baik saja tanpa nya.
Cerita ini terinspirasi dari mereka yang mengalami broken home
Teruntuk kalian yg juga mengalami hal itu.. Semangat ya
Kalian hebat, kuat, keren
Meski memang berat, buktinya sampai sekarang kalian masih bisa menghadapi nya bukan?
Tuhan selalu punya rencana indah untuk hamba nya, dan Tuhan tau kalian mampu, oleh karena nya diberikan cobaan seperti itu ❤Anggap saja dengan cobaan seperti itu, akan meningkat kan derajat kalian di mata Tuhan yang maha Esa.
Yok semangat!!!❤❤❤❤❤
—ayu
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheese Cake
Short Story[Oneshoot/ShortStory] Lalisa Manoban x Lee Taeyong ayuuohh © 2020 __________ | pict by pinterest | cover by ayuuohh