🍰 22. Gunung

881 184 14
                                    

Untuk menghibur diri atas segala cobaan hidup di dunia, Lalisa punya cara tersendiri agar ia tetap waras dan baik baik saja. Yaitu dengan jalan jalan, menikmati alam, makan makanan enak, rebahan. Itu adalah hal paling menyenangkan dan bisa menjadi moodboster Lisa saat ia tengah sibuk sibuknya.

Dan ketika ia sudah mendapatkan gelar sarjana di belakang namanya, ia pun memutuskan hendak menaiki gunung; itu adalah impiannya sejak lama.

Dan hal itu terealisasikan satu hari setelah wisuda. Lalisa, kakaknya, dan teman teman kompleks perumahan nya pun berangkat di pagi hari menuju tempat registrasi, melakukan check in sebelum pergi.

Kemudian sekitar pukul sepuluh pagi, mereka resmi berangkat dengan membawa carrier yang cukup berat di punggung masing-masing.

Hari itu, Lisa dan team nya sepakat bahwa mereka setidaknya harus tiba di pos 4 untuk mendirikan tenda. Tapi, karena cuaca tiba-tiba mendung dan sangat dingin, hal itu tak memungkinkan dilakukan. Alhasil mereka pun mendirikan tenda di pos 2, dan makan malam di sana.

Pagi nya sekitar pukul sembilan, mereka melanjutkan perjalanan dan tiba di pos 4  jam dua siang. Namun hujan kembali turun dan kabut sangat tebal hingga cukup kesusahan melihat jalan dengan mata. Alhasil Lisa dan team nya berdiam cukup lama di gazebo pos 4. Bahkan mereka memasak mie instan sejenak di sana. Menikmati hujan yang turun dengan makanan minuman hangat.

Lalisa selalu tersenyum senang sejak di hari pertama, karena naik gunung ternyata semenyenangkan itu. Mata nya sangat segar melihat pemandangan sekitar. Hijau nya hutan, biru nya langit, dan putih nya kabut dan awan... Benar benar menghibur segala lara. Ia bahkan tak sabar ingin cepat cepat naik ke puncak sebelum hari ke-tiga. Tapi karena cuaca nya sedang tak bersahabat, alhasil Lisa dan team mencari aman untuk berangkat esoknya.

Tepat jam lima sore, hujan reda dan mereka melakukan perjalanan kembali menuju pelawangan. Tempat mendirikan tenda sebelum naik ke puncak. Biasanya, para pendaki akan meninggalkan barang mereka di tenda, dan pelawangan selalu menjadi spot mendirikan tenda sebelum naik ke puncak esoknya.

Saking bersemangat nya, Lisa selalu memaksa team nya untuk tetap melangkah agar cepat sampai di pelawangan. Namun beberapa dari team Lisa terkadang duduk berselonjor untuk mengambil istirahat sejenak. Gadis itu cukup geregetan sebenarnya. Tapi mau tak mau Lisa pun turut duduk dan melihat arloji di tangannya; pukul enam tepat. Malam pun tiba.

Setelah rehat selesai, mereka kembali bangun dan melanjutkan perjalanan. Pelawangan sudah dekat, dan Lisa sangat semangat. Sampai akhirnya hal mistis itu tiba.

Posisinya, Lisa dan teman teman nya selalu menghadapkan kepala ke bawah dengan senter di tangan, menerangi jalan; agar mereka tak tersandung akar pohon, batu, atau sejenisnya. Dan hal itu ternyata menimbulkan hal lain kedepannya.

Saat Lisa berada di posisi tengah, sembari fokus menerangi jalan dengan senter nya... Ia mendengar sebuah panggilan halus di indra nya.

"Nak...."

Lisa menaikkan sebelah alisnya, ia mungkin salah dengar.

"Nak...."

Suara itu berasal dari belakang nya. Terdengar seperti orangtua renta yang tengah memanggil dengan halus. Alhasil karena penasaran, Lisa pun menoleh...

Duk!

"Aduh Lisa, jangan berenti tiba-tiba dong. "
"Maaf maaf."

Alhasil Lisa kembali menghadap depan dan melanjutkan perjalanan. Namun herannya suara itu terus memenuhi kepala Lisa, alhasil saking penasaran nya, ia pun melambatkan langkah nya, dan membiarkan kawannya yang lain maju duluan, dan Lisa berjalan di garis terbelakang formasi team.

Cheese CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang