8

44 7 0
                                    

Disinilah mereka sekarang. Malam yang masih setia dengan gelapnya ditemani dengan bintang-bintang yang menghiasi langit dengan sinarnya. Dibawah sinar lampu berada dipohon mangga mereka belajar. Nadia yang sedang sibuk menulis serentetan rumus fisika dan penjelasannya untuk diantar besok sedangkan Andra hanya sibuk berkutat dengan gitarnya.

Nadia yang melihat itu langsung menghentikan kegiatan menulisnya dan menatap sinis kearah Andra.

"Katanya mau ngajarin, tapi yang disono malah sibuk dengan gitarnya" sindir Nadia

"Eh gue kan baru aja kasih penjelasan ke elu gimana ceritanya sih. Kalau gue terus-terusan ngasih tau elu terus kapan elu ngerjain sendiri. Udah deh kerjain aja dulu."

Nadia memanyunkan bibirnya dan kembali sibuk dengan tulisannya dengan rasa suka tidak suka

"Yang ikhlas dong kalau belajar, gimana mau nempel tu ilmu jangankan mau nempel masuk aja kagak." Sindir Andra tanpa menoleh ke Nadia.

Saat Nadia ingin membalas perkataan Andra, Nadin datang dengan membawa nampan yang berisi sepiring bolu dengan dua gelas air milo yang hangat.

"Nah, ini makanan dan minumannya biar semangat belajarnya dan juga bahagianya. Karena bahagia juga butuh tenaga kan."

Kok ibu gue jadi ngomong kek gitu sih. Hadehh. Batin Nadia

"Terimakasih bu, jadi ngerepotin aja ni." Andra tersenyum kearah ibunya.

"Gak repotin kok Andra, kalau gitu ibu masuk dulu ya." Nadin menatap Nadia" kamu udah selesai tugasnya."

Nadia menghentikan aktivitas menulisnya lalu menoleh ke ibunya"Belum bu, sikit lagi ni." Ujar Nadia lalu kembali melanjutkan tugasnya.

"Yaudah, ibu masuk kedalam dulu ya. Mari." Ujar Nadin berlalu meninggalkan mereka yang masih sibuk dengan aktifitasnya.

Disela-sela kegiatan mereka, Nadia yang terkadang sibuk mengadu entah saat kehilangan barangnya yang masih berada didekat dia entah saat menemukan soal yang sulit dan tak mengerti saat Andra menjelaskan ke Nadia hingga mau tidak mau Andra terus mengulangnya sampai benar benar paham namun omelan demi omelan Andra yang harus Nadia terima saat Andra menjelaskan materi itu. Terkadang jika ide jail terlintas di pikiran Andra maka akan berakhir dengan omelan Nadia.

"Duh, Kak Andra gue kagak ngerti ini. Amplitudonya kagak nemu nemu."

"Gimana mau nemu kalau elu belom baca soalnya."

"Haduh Kak, ini gimana ceritanya sih kok bisa dapatnya 48?"

"Kan gue udah jelasin noh" Andra menunjuk jawaban yang barusan dijelaskannya.

"Kak, elu ngambil pena gue gak tau balikin apa?"

"He, itu pena elo selipin diatas kepala tu"

"Kak, nomor 16 gue nyari dibuku caranya ringkas kok cara kakak belibet gini dah"

"Kalau udah ada cara ringkas ngapain elu ikut cara gue yang ribet itu."

"Kak Andra elu tau gak gue udah panjang lebar nyatetnya dan berakhir dengan elu ngomong gitu. Huaaa emakk."

"Loh bolunya, udah habis aja dengan piring-piringnya." Nadia melihat Andra yang sibuk dengan gitarnya dengan wajah tanpa dosanya siapa lagi pelakunya kalau bukan si cowok larutan cap kaki enam ini.
"Elo jangan sok fokus gitu, gue tau elo yang ngambil"

"Ni ambil bolunya."

Nadia menatap piringnya yang hanya menyisakan satu bolu" kak Andra parah ni masa cuman satu."

Ya begitulah perdebatan mereka.
Akhirnya, Nadia telah selesai mengerjakan tugasnya dan Andea telah selesai dengan mengajarnya. Nadia bersandar dikursinya lalu menatap buku yang sudah terisi jawabannya. Nadia menatap dengan penuh yakin kalau jawaban ini sesuai ekspetasinya. Nadia mulai membereskan bukunya dan menyusunnya.

Nadia menatap Andra yang duduk berseberangan dengannya
Ia mencoba memahami perkataan Zakia tadi siang disekolah.
Benarkah sosok ini benar yang dikatakan si Zakia tetapi mengapa dengan dirinya ni orang tingkat jail gerakan bawah tanah dengan mode mulus ditambah lagi kalau sudah ngomel udah persis seperti emak emak.

"Gue tau kalau gue kece. Kagak usah diliatin sampe segitunya. Zina mata euyy." Ujar Andra tanpa mengalihkan tatapannya pada gitarnya

Nadia bergidik ngeri mendengar ucapan Andra "elu kece. Masih kece dengan si Ojan noh kemana mana dibanding elu." Ucap Nadia dengan membanggakan motor scoopy kesayangannya.

"Halah, mana mau ngaku elu. Padahal elu termasuk fans garis keras gue."

Nadia memutar bola matanya jengah" au ah. Gue mau nanya dengan elu kak"

Petikan gitar Andra terhenti dan menatap Nadia yang ingin bertanya.

"Cepetan tanya apa?"

"Ini beneran elu gak sih kak?"

Andra mengerutkan keningnya kemudian menjawab pertanyaan Nadia

"kagak gue Afgan. Mirip kan."

Nadia menatap sinis ke Andra sementara yang ditatap hanya terkekeh.

"Ya jelaslah gue Andra Iqbal Dinata. Kenapa sih?"

"Ya gue heran aja gitu kak. Gini ye kak gue denger elu tu orangnya dingin banget mana irit bicara lagi katanya ternyata elu orangnya kalau udah jail pake mode mulus. Mana kalau udah ngomel ngalahin emak emak. Mana pedes banget lagi"

Andra menghela napas pelan. Dia sudah tau pandangan orang orang disekolahnya yang cuek dingin. Itu memang benar. Hanya orang terdekatnya saja dan sudah kenal lama. Wait sudah kenal lama. Apa orang didepannya itu ia sudah kenal lama.

"Kak elu dengerin gue kagak nih." Perkataan Nadia membuyarkan lamunan Andra

"Gini deh, itu mah pandangan orang mah berbeda-beda. Ada yang bilang gue cuek disatu sisi ada juga yang bilang gue care. Ada yang bilang gue ganteng ada juga yang bilang gue manis. Kita mah gak bisa mau membuat orang mandangin kita itu seperti apa. Hidup hidup kita yang ngejalanin. Lagipula gue terima kok dibilangin gitu memang nyatanya gitu. Gue kagak biasa dengan orang baru jadi ya gitu. Temen gue aja cuman si Fikri dengan si Edo doang."

Nadia mengernyitkan dahinya. Ia mencoba mencerna perkataan Andra. Orang baru? Bukankah Nadia orang baru yang baru hadir dikehidupan Andra. Kenal aja baru.

"Kok kakak bisa ngomong panjang lebar ke Nadia. Nadia aja baru kenal kakak"

Gotcha!

Andra langsung kicep mendengar pertanyaan Nadia. Mengapa ia menjadi orang terbuka saat bertemu dengan Nadia si tetangga baru yang baru saja kenal.

"Entahlah gue kagak ngerti. Ya kalau dengan elu itu memang bawaannya mungkin seperti itu. Ngalir aja gitu. Ya gue nyaman aja gitu seakan kita udah kenal lama." Ujar Andra dengan santai

What? Nyaman. Kata itu telah tertanam dipikiran Nadia seiring dengan irama jantung yang sulit diartikan tiap detakan ini.
Nadia menepis segala pikiran-pikirannya itu.

"O...oh gitu."
Hanya kata itu yang mampu Nadia lontarkan efek dari kata-kata Andra.

"Kak, makasih ya udah bantuin. Ngerjain soalnya. Nadia mau masuk kedalam. Assalamu'alaikum." Nadia mengambil bukunya kemudian meninggalkan Andra yang masih duduk.

"Tunggu!"

Langkah Nadia terhenti. Ia berusaha menetrakan jantungnya yang berdegup kencang saat Andra memanggilnya. Nadia mengembuskan napasnya kemudian membalikkan tubuhnya

"Jangan lupa syaratnya. Entar gue kasi tau besok."

Nadia menghela napasnya bagaimana ia bisa begini saat Andra memanggilnya. Apa masih tertinggal efek kata nyaman Andra di memori ingatannya. Entahlah

"Iya iya. Gue masuk dulu. Assalamu'alaikum."

Andra terus menatap sampai jejaknya hilang ditutupi pintu.
Andra menghembuskan napasnya.

"Gue kenapa sih."

--||--

Assalamu'alaikum reader!

Hay hay hay

Ada apa dengan Rangga?

Eh ralat ada apa dengan Andra?


Anak Tetangga Annoying (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang