Andra bersender di kursi kayu teras rumahnya. Suasana malam yang dingin menyisakan sisa hujan yang turun sore tadi. Ia merasa senang bertemu lagi dengan Tiara, gadis yang ia ikuti tadi sore.
Tiara adalah teman satu sekolahnya dibangku SMP dan tetangganya dulu sebelum ia pindah dikota ini. Gadis yang dulunya pemalu dengan rambut pendeknya kini menjadi gadis yang ramah dan masih tetap dengan rambut pendeknya.
Ia mengingat kejadian sore tadi. Tiara sangat antusias memperlihatkan foto-foto dulu. Kenangan masa lalu menjadi tema perbincangannya. Meskipun Andra hanya menjadi pendengar, Namun Tiara tetap terus bercerita hingga hujan mereda mengakhiri perbincangan mereka.
Seketika senyuman terbit diwajah Andra.Sementara itu, Nadia masih fokus menatap layar televisinya yang menayangkan film bollywood kesukaannya. Film ini mengisahkan tentang tiga orang pemuda sekolah mengejar cinta dengan tiga gadis yang memiliki latar belakang dan sifat yang berbeda.
Perjuangan cinta mereka harus menghadapi pimpinan sekolah yang menjaga prinsip sekolah dengan peraturan ketat dan tidak ada seorangpun yang berani menentangnya.
Sampai akhirnya, ada seorang guru yang memiliki masa lalu dengan gadis yang dicintainya kini telah tiada. Ia datang membuka mata hati pimpinan itu dan mengubah perspeksinya tentang cinta.
Meski filmnya diulang-ulang, Nadia tak pernah bosan untuk menonton film ini ditambah lagi ia menyukai dengan film bollywood. Terkadang ia mesem-mesem sendiri melihatnya sambil membayangkan seolah-olah ia menjadi peran di film bollywood yang mampu bersatu dengan orang yang dicintainya.
Ia tersadar, ini dunia nyata yang tak seindah ekspetasi seperti di film-film bollywood. Sesekali ia makan mi rebus yang memang pas dengan udara dingin. Tak butuh waktu lama mi dalam mangkuk telah tandas. Ketika iklan, Ia beranjak dari duduknya untuk meletakkan mangkuk kotor itu ketempat cuci piring.
Ia mencium bau wangi makanan dari dapur. Ia begitu menikmati bau wangi ini yang tak asing di indra penciumannya. Dugaannya benar, ketika ia melihat ibunya sedang menuang bubur pisang di mangkuk.
"Nadia."
"Iya bu." Sahut Nadia yang sudah berdiri dibelakang Nadin.
"Eh kirain ibu, kamu lagi nonton."
Nadin memberi semangkuk bubur pisang kepada Nadia. Mata Nadia berbinar melihat bubur pisang itu.
"Itu bukan buat kamu."
"Yah bu, buat siapa emangnya?"
"Kamu antar ini ke tetangga sebelah. Cepetan keburu dingin tu bubur."
"Iya iya."
Nadia berjalan dengan langkah malas. Ia mengambil jilbab pasang motif bunga-bunga milik ibunya dan terus berjalan sambil membawa mangkuk yang berisi bubur pisang.
"Sebenarnya yang anak ibu itu siapa sih. Aku apa anak tetangga sebelah. Harusnya yang dapat bubur duluan aku malah dia duluan yang dapat. Sebel."
Nadia mengomel sendiri berjalan menghentakkan kakinya. Langkah kakinya terhenti saat melihat Andra yang sedang duduk diterasnya. Ia bersembunyi dibalik dinding. Ia bergidik ngeri melihat Andra yang senyum-senyum sendiri sambil menggelengkan kepalanya.
"Edan. Senyam senyum sendiri." Gumam Nadia.
Sebuah ide terlintas dipikirannya. Masih dengan posisi bersembunyi kemudian jalan mengendap-ngendap berusaha menyeimbangkan bubur pisang yang dibawa agak tidak tumpah.
Keringat mengucuri pelipisnya. Ia mengambil ancang-ancang lalu.........."Haaaaaaaa."
"Astagfirullah. Emak emak." Andra melompat berdiri diatas kursinya. Nadia menertawakan Andra sampai ia menyeka air matanya. Ekspresi Andra ketika kaget harus diabadikan tapi sayangnya Nadia tidak membawa ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga Annoying (SELESAI)
Подростковая литератураDia anak tetangga yang bisa bikin kesel, bikin jantung jumpalitan dan nyebelin pake banget bagi Nadia. Ketika dia pergi Nadia merasa kehilangan entah ini karena belum biasa atau memang merasa kehilangan dan berharap dia kembali. Warning! typo berte...