9

43 7 0
                                    

"Gue kenapa sih." Ujar laki-laki itu sambil mengacak rambutnya frustasi mencoba mengusir segala keresahannya namun yang diusir malah semakin kuat kehadirannya.

Laki-laki itu kemudian berjalan ke balkon didepan kamarnya sambil memandang langit malam yang masih setia dengan gelapnya dan sapaan bintang-bintang dengan kelap-kelipnya seolah menghiburnya.

Laki-laki itu memejamkan matanya memutar segala kenangan yang tersimpan diingatannya. Senyuman terbit menghiasi wajahnya yang dingin.
Seketika satu kejadian tadi di bangku taman belakang sekolah membuat senyuman itu memudar seketika.

"Gue kenapa sih? Kenapa harus dia? Kenapa nyali gue seciut ini? Kenapa gue malah bilang yang lain?"
Ujarnya sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Bang Fikriiiii. Buka dong pintunya."

Fikri menoleh"ck, tu anak gangguin aja"

"Bang Fikri, kalau gak buka gue bilang mama ni."

Dengan langkah malas, Fikri berjalan menuju pintu kamarnya lalu membukanya. Tampaklah seorang laki-laki lebih muda daripada Fikri yang langsung menuju ke kasur Fikri. Fikri menutup pintu kamarnya namun dicegah dengan seorang perempuan yang lebih muda dari Fikri ikut masuk kekamar Fikri.

Fikri langsung menatap datar kearah dua orang kembar tak seiras itu sedangkan yang ditatap malah sibuk dengan dunianya sendiri.

"Fauzan!!!. Elu ya. Katanya mau bantuin gue bikin PR. Ini malah lari."

Laki-laki yang dipanggil Fauzan itu hanya cengengesan"Dek Farah dengerin ya karena elu adek makanya bantuin abang elu yang ganteng nan rupawan ini buatin prnya."ujar Fauzan sambil menyisir rambutnya kebelakang

Farah bergidik ngeri melihat kembarannya yang terlalu lewat kepedeannya namun tak dipungkiri lagi nyatanya Fauzan memang ganteng cuman sikapnya aja berbanding terbalik dengan rupa kagak ada kalem kalemnya mah.

Farah langsung melihat yang punya kamar yang sudah berdiri didepan mereka sambil melipat tangannya didada.

"Hehe maap ni bang. Kita berdua main nyelonong aja masuk kekamar" ujar Farah

Fikri tidak menggubrisnya dan berjalan melewati mereka lalu duduk di kursi meja belajarnya. Farah mengerutkan keningnya saat melihat Fikri dengan tatapannya yang sulit diartikan.
Farah tidak memedulikan lagi Fauzan yang kini tengah sibuk dengan ponselnya. Kemudian berjalan ke meja belajar Fikri yang sibuk berkutat dengan buku-bukunya namun pikirannya entah melayang kemana-mana.

"Bang" Farah menepuk pelan pundak Fikri.

"Hm"

"Abang gak papa?"

Fikri menoleh ke Farah" emangnya kenapa?"

Farah memutar bola matanya jengah" Farah gak suka ya bang pertanyaan dijawab dengan pertanyaan." Gerutu Farah.

Fikri hanya tersenyum kecil" abang gak papa kok." Sambil membelai surai rambut hitam Farah.

Farah menatap Fikri penuh selidik" kalau gak kenapa-kenapa tu muka kenapa kusut. Ngeri Farah liatnya. Muka udah dingin jangan ditambah kusut lagi lah"

"Dibilangin gak kenapa-kenapa. Dan satu lagi kalau mau ngebully abang sendiri mending keluar deh."

Farah terkekeh"bukannya bully bang. Gini deh bang. Abang ni cowok kan ya. Jangan jadi kayak cewek yang pandai nutupin. kalau ada kenapa-kenapa bilangnya kagak ada apa-apa. Gini-gini Farah paham. Udah ceritain aja kenapa." Farah menoleh kearah tempat tidur Fikri dan memastikan apakah Fauzan mendengarnya nyatanya Fauzan sudah tidak ada lagi disitu.

"Tu anak kemana lagi sih."

"Udah keluar."

"Yaudah cerita dong bang." Farah terus menarik tangan Fikri. Fikri hanya bisa mengangguk pasrah

Anak Tetangga Annoying (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang