14

41 5 0
                                    

Bel tanda istirahat berbunyi. Waktu yang paling ditunggu. Siswa siswi SMA Persada berhamburan keluar menuju kantin. Nadia, Nurul dan Zakia baru saja keluar dari kelas menuju kantin. Kantin telah ramai dengan murid SMA Persada. Hal ini mengundang keluhan dari Nurul yang tidak suka keramaian. Bagaimana ceritanya jika kantin sepi, justru ini yang membawa berkah bagi penjual di kantin. Atas bujukan Nadia dan omelan Zakia, akhirnya Nurul mengiyakan ajakan mereka dengan alasan tidak akan lama-lama berada disini.

Memang benar. Tak butuh waktu lama, mereka keluar dari kantin dengan makanan dan minuman ditangan mereka. Mereka memutuskan untuk makan didekat bangku depan kelas.

Mereka makan dengan tenang tak peduli dengan kejadian disekitar mereka. Disela makannya, Nadia teringat sesuatu. Ia cepat-cepat menghabiskan makanannya. Hal itu tak luput dari pandangan Nurul yang melihat Nadia makan tergesa-gesa.

"Nad, pelan-pelan makannya."

"Iya...iya." Nadia memasukkan suapan terakhirnya lalu meneguk air minumnya. Tanpa membuang waktu lagi, Nadia berdiri membuang sampah makanannya.

"Gue keruang Osis bentar ya. Assalamu'alaikum." Ujar Nadia berlalu meninggalkan mereka yang masih makan.

"Nad,hati-hati kaki lo belun sembuh tu." Teriak Zakia melihat Nadia yang belum jauh darinya. Tak peduli dengan tatapan orang-orang karena suara cemprengnya.

Nadia menanggapinya dengan mengacungkan jempolnya. Ia senang melihat teman-teman yang masih peduli padanya. Meski sedikit teman yang mau berteman padanya setidaknya bukan jumlah teman yang menjamin kuatnya persahabatan tapi seberapa besar pengorbanan yang mau dilakukan seorang teman. Karena tak jarang ketika senang sama-sama tiba susah hilang disapu angin. Nadia berharap tak seperti itu.

---||---

"Andra...Fikri!!"

Suara itu sontak menghentikan langkah mereka. Andra mengkode Fikri dengan tatapan matanya. Fikri  mengangguk paham dan mereka memilih tak menghiraukan Aldo yang memanggil mereka. Sampai-sampai tepukan keras telah mendarat dibahu mereka. tentu saja Andra dan Fikri tau siapa pelakunya. Terlihat Aldo yang sudah berada dibelakang mereka.

"Lu pada niat banget sih ninggalin gue. Aldo gak suka." Aldo melipat tangannya didada membuat aksi merajuknya ini benar.

Andra bergidik ngeri."tinggal ngikutin doang apa susahnya sih. Ayo bentar lagi jam istirahatnya habis cuma buat bujukin elo."

Aldo menurut. "Iya...iya."

Mereka bertiga berjalan menuju ruang osis. Kali ini mereka harus mendengar ocehan Aldo waktu pelajaran tadi. Mulai dari latihan fisika yang tak dimengertinya dengan alibi gurunya terlalu cepat menjelaskannya, ulangan mendadak membuatnya tak sempat belajar tapi nyatanya memang Aldo tidak pernah belajar.

Wajar Aldo menceritakannya mengingat dua sahabat karibnya ini tak sekelas dengannya. Walaupun sebenarnya tak tertarik, hanya Andra yang merespon sedangkan Fikri memilih untuk diam. Sesekali Aldo yang selalu menggoda Fikri dan mendapatkan tatapan tajam dari Fikri.

Akhirnya,mereka telah sampai dan melihat Nadia yang berada didalam sana. Tanpa disadari, Fikri tersenyum tipis melihatnya. Suatu kebetulan.

"Kak, ini formulirnya sudah ada." Nadia menyerahkan formulir.

"Terima kasih dek Nadia." Itu bukan suara Fikri melainkan suara dari Aldo.

Andra menoyor kepala Aldo."si Fikri bukan pembantunya." Aldo memanyunkan bibirnya.

"Akang Fikri liat Andra jahatin adek."

Anak Tetangga Annoying (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang