Malam telah tiba menampakkan sinar rembulannya yang terang. Nadia baru saja pulang dari sekolah mempersiapkan untuk acara perpisahan besok. Lelah itu sudah pasti. Ia tidak langsung masuk kerumah, melainkan duduk dulu melepaskan rasa lelahnya. Memang sudah menjadi kebiasaannya. Jam telah menunjukkan pukul tujuh malam. Begini rasanya lebih baik. Lebih baik menyibukkan diri daripada terus menerus memikirkan ucapan Tiara pada tempo hari. Benarkah begitu adanya?
Terlebih lagi, sifat Andra semakin terlihat menghindar dari dirinya. Tentu itu sangat mengganggu bagi Nadia. Jika ditegur, balasnya cuek. Jika bertanya, jawabnya seadanya. Jika berbicara, ia tak memberi respon kecuali hanya deheman itu pun Nadia bersyukur daripada diabaikan.
Entahlah semuanya berubah. Entah alasan apa yang membuatnya berubah. Nadia mulai menduga apakah ini ada kaitannya dengan Zakia bilang kalau mereka sedang masalah. Ia menghela napas berat, bertanya pada diri sendiri. Sejak kapan ia peduli dengan orang yang tak peduli padanya. Rasanya percuma hanya berdiri dengan satu kaki. Hanya memiliki perasaan sepihak.
Lamunannya buyar kala suara deru motor tertangkap ditelinganya. Ia bangkit dan berjalan melihat Andra yang tengah turun dari motornya. Ia sempat melihat Andra berhenti dan menatapnya namun itu hanya berjalan dalam waktu singkat. Tak ada sapaan lantas berlalu seolah tak melihat Nadia. Hal ini membuat Nadia terheran dan juga merasa kehilangan.
Ia memberanikan diri untuk memanggil Andra. Melihat Andra berhenti, Ia segera berlari kerumah Andra masih dengan sepatu sekolah yang dipakai meski tali sepatunya sudah ia buka sebagian. Ia menetralkan napasnya kemudian menatap Andra yang sedang menunggunya. Nadia sedikit tersentak melihat luka lebam yang samar dipipinya. Apa yang sebenernya terjadi.
"Lo kalau gak ada perlu, gue mau masuk."
Nadia terkesiap. "I-itu pipi Kak Andra kenapa? Habis berantem ya?"
"Lo kalau kesini cuma nanya luka gue. Mendingan pergi deh. Buang-buang waktu lo aja." Ujar Andra sembari berlalu meninggalkan Nadia masih terpaku.
"Kok Kak Andra berubah?"
Langkah Andra terhenti tak membalikkan badan sedikitpun menghadap Nadia.
"Kok Kak Andra berubah? Kalau Kakak ada masalah sama Nadia, Nadia minta maaf Kak." kata Nadia masih menahan isak.
Inti masalahnya itu lo Nadia
"Lo gak salah dan gue punya permintaan dengan elo. Tolong jauhin gue biar gue gak terkena masalah lagi." Andra pergi menutup pintu cukup keras hingga Nadia terlonjak berada didepannya.
Nadia tercengang mendengar kata-kata Andra barusan. Apa dirinya itu pembawa masalah seperti yang dibilangnya? Perlahan Nadia memejamkan matanya, masih tak percaya. Dengan langkah berat ia memasuki rumahnya, membuka pintu kamar. Ia duduk diujung kasur. Entah kenapa akhir-akhir ini memandangi dirinya didepan cermin menjadi kebiasaannya. Menatap lurus kedepan, kosong. Memberi pengingat untuk diri sendiri, untuk apa dirinya peduli toh, dirinya juga bukan siapa-siapa.
Semakin mencoba untuk mengingat, semakin besar rasa sakit yang dirasakannya. Berharap waktu kembali seperti dulu waktu sebelum ia mengenal Andra dan lebih baik jangan dipertemukan dengan Andra. Ia merebahkan diri dikasur. Masih ada hari esok yang menunggunya. Tak terasa air matanya tumpah, membasahi pipinya. Rasa sakit ini memang tak dapat dielakkan. Ia mengusap pipinya kasar, menangisi sesuatu yang tak seperlunya.
Sementara itu, Andra berada dikamarnya dengan napas gusar. Menghindar seperti tadi menurutnya adalah pilihan yang tepat walaupun rasa sakit menderanya. Bayangan wajah Nadia hadir berkelebatan dipikiran. Andra mengacak rambutnya, berusaha membuang jauh bayangan Nadia berkelebatan dipikirannya. Ia mengempaskan diri dikasur. Sungguh dirinya kacau sekarang. Ia meringis kecil, menahan perih dipipinya. Andai saja ia tak terlibat sejauh ini, sudah pasti dirinya takkan terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga Annoying (SELESAI)
Teen FictionDia anak tetangga yang bisa bikin kesel, bikin jantung jumpalitan dan nyebelin pake banget bagi Nadia. Ketika dia pergi Nadia merasa kehilangan entah ini karena belum biasa atau memang merasa kehilangan dan berharap dia kembali. Warning! typo berte...