Rasa bahagia kini tengah menyelimuti siswa siswi kelas 12 yang baru saja menyelesaikan ujian nasional. Edo melangkahkan kaki menuju kelas dimana tempat kedua sahabatnya itu berada. Jika biasanya Edo mengunjungi satu kelas, kali ini ia akan berkunjung kedua kelas mengingat ujian kali ini diurut berdasarkan absen.
Tampaknya hal itu tak perlu dilakukan, ia sudah melihat dua orang itu sedang duduk dibangku depan kelas. Ia menghampirinya dengan memasang senyum khas gigi kelincinya.
Ia langsung duduk ditengah-tengah kemudian merangkul dua temannya yang sedang berbicara. Kedua temannya memberontak, mencoba menurunkan tangannya yang telah bertandang dipundak mereka sedangkan, si empunya hanya cengar-cengir tak jelas.
"Udah-udah fans-fansku. Kapan lagi kalian dirangkul dengan Abang Edo yang ganteng rupawan ini."
Andra melepas rangkulan Edo kemudian bergidik ngeri. "Pede banget sih lu."
Teringat sesuatu, Edo kembali merangkul Andra kemudian membisikkan sesuatu ditelinganya.
"Kapan lo mau ngasih nomor hapenya Tiara?"
Andra segera menjauhkan diri. "Masih ingat Tiara lu? Kemaren-kemaren lu gak mau dengan Tiara katanya tu cewek galak amet kayak macan biskuat." Serunya dengan suara keras hingga Fikri yang diam jadi ikut tersentak.
"Dia cuma malu-malu aja dengan gue, Ndra."
"Tiara siapa?" Tanya Fikri tiba-tiba membuat Andra dan Edo saling tatap.
"Lo gak boleh nikung Tiara. Tiara punya gue, Ri. Kalau mau, pilih aja noh cewek-cewek dari fans lu. Mereka pasti mau-mau aja dideketin dengan lu."
"Gue cuma nanya, Do. Tiara itu siapa. Kok, lo mikirnya sampai sejauh ini?"
"Gue cuma waspada, Ri," tangannya kembali merangkul Fikri, "siapa tau kan Tiara kepincut dengan elo."
"Tiara itu teman kecil gue, Ri." Andra membuka suara, menyela perdebatan kecil mereka, "Edo ketemu dia waktu gue dengan Tiara bantuin Nadia pas lagi sakit. Eh, sampe sekarang ni anak masih ingat dengan Tiara."
Edo menoleh, menatap Andra dengan kening mengerut. "Nadia sakit?"
Andra mengangguk.
"Sakit apa?"
"Biasa cewek kalau lagi datang. Itu udah lama banget kejadiannya."
"Gue harus berterima kasih dengan Andra. Karena kalau Andra gak suruh gue nemenin Dek Nadia, gue pasti gak bakal ketemu Tiara. Pokoknya lu harus kasih nomor Tiara ke gue." Ujar Edo masih mesem-mesem sendiri.
"Gak gak gak. Gue gak bakalan ngasih nomor Tiara ke elu. Yang ada gue kena omel dengan dia." Sungut Andra tak terima.
Fikri terkekeh membuat Andra dan Edo yang bicara kini hanya saling tatap lalu menoleh ke Fikri.
"Lu takut diomel Tiara atau takut Tiara diambil dengan Edo? Mending jujur aja lo."
Andra tergelak bersamaan dengan Edo menyusulnya ikut tertawa. Fikri sedang serius-seriusnya tetap saja dua manusia ini masih bisa tertawa. Entah apa yang lucu dari pertanyaan Fikri.
"Lo gak tau, Ri. Tiara itu orangnya kayak gimana. Gue paling males kalau diomeli dengan dia. Dia kalau ngomel lama banget sampe satu jam waktunya habis untuk ngomel kalau udah kerumah gue," ujar Andra mengingat Tiara saat itu yang tengah mengomel dirinya. Memang lama. Untung saja Ibunya sedang keluar, jadi Tiara bisa bebas mengomelnya.
"Lo kayaknya udah ngenal Tiara banget dari kecil lagi. Maruk banget."
Andra semakin tak mengerti kemana arah pertanyaan Fikri dan ini suatu keajaiban bagi Andra Fikri mau bertanya hal-hal yang biasanya tak ingin diketahuinya. Biasanya selalu cuek bebek kini menjadi kepo. kan patut dicurigakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga Annoying (SELESAI)
Teen FictionDia anak tetangga yang bisa bikin kesel, bikin jantung jumpalitan dan nyebelin pake banget bagi Nadia. Ketika dia pergi Nadia merasa kehilangan entah ini karena belum biasa atau memang merasa kehilangan dan berharap dia kembali. Warning! typo berte...