Andra baru saja sampai dirumahnya. Namun pandangannya terhenti saat melihat mobil hitam terparkir didepan rumahnya. Ia langsung melepas sepatunya dan berjalan menuju kamarnya.
"Andra."
Suara bariton itu membuat langkah Andra terhenti saat Andra baru saja membuka pintu kamarnya. Rahmad menghampiri putranya.
"Baru pulang kamu jam segini? Kamu kemana aja keluyuran aja terus kamu."
"Andra tadi kepanti asuhan ibu yah, Andra mau kekamar dulu yah." Ujar Andra berlalu meninggalkan ayahnya.
Amanda baru saja masuk kedalam rumahnya sehabis menyiram bunga sudah disambut dingin dari suaminya, Rahmad.
"Kamu gimana sih anak dibiarin keluyuran sampai mau magrib gini."
"Dia itu gak keluyuran kemana-mana. Paling dia ke panti asuhan. Kamu aja yang gak pernah kenal dengan anak kamu."
"Gini nih, kalau anak gak ditegasin bakal gak ada aturannya. Alasannya ke panti asuhan tau tau nongkrong sana-sini gak jelas."
"Kamu aja yang gak pernah kenal dengan anak kamu." Amanda berlalu meninggalkan Rahmad yang masih berdiri.
Rahmad mengusap wajahnya dan duduk di kursi ruang tamunya. Ia menghela napasnya Sejak kapan semuanya sudah berubah sejauh ini.
--||--
Andra sedang berjalan setelah menunaikan sholat magrib di masjid. Langkah Andra diiringi dengan pikiran-pikiran yang selalu ada dan melompat dari satu ke lainnya. Ditambah lagi ayahnya pulang hari ini. Pertanyaan lama dari ayahnya belum ia jawab sampai sekarang. Mungkin hampir satu bulan ia belum menjawabnya.
Beberapa waktu yang lalu...
"Lepas ini kamu mau lanjut kemana Ndra?" Ujar Rahmad sembari duduk disamping Andra.
Andra menghela napasnya sejenak
"Andra belum tau yah.""Kamu itu gimana sih? Udah mau tamat belum merencanakan sesuatu untuk kedepannya."
"Andra udah memutuskan sesuatu yah."
"Apa yang kamu putuskan?"
"Andra ingin ambil jurusan di bidang musik gitu yah"
Rahmad yang mendengar itu sontak menoleh
"Kamu mau jadi apa ngambil yang kayak begitu. Coba ikut jejak ayah gitu. Jadi pengusaha sukses. Terus anaknya jadi musikus. Mau letak dimana muka ayah Andra Iqbal Dinata. Pokoknya ayah gak mau tau pas ayah sudah pulang kesini kamu udah nentuin pilihan kamu."Mengingat itu hanya menambah perih didada Andra. Pilihannya tetap sama. Kenapa susah sekali baginya untuk mendapatkan restu dari ayahnya. Restu itulah yang ia butuhkan agar berkah dalam setiap langkahnya. Setiap langkahnya menuju kerumah sangat berat bagi dirinya. melihat ayahnya berdiri didepan pintu saja sudah membuat dirinya takut.
Tanpa disadari, Andra telah sampai dihalaman rumahnya. Ia melihat ayahnya yang masih memakai baju koko lengkap dengan sarungnya sudah duduk dikursi teras rumahnya. Karena pikiran itu ia ditinggal ayahnya berjalan tadi. Ia harap semoga ayahnya tak mengingat untuk bertanya tentang pilihannya.
"Andra"
Andra menoleh"Ada apa yah?"
"Makan yuk. Ibu udah nungguin tu"ujarnya dengan tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga Annoying (SELESAI)
Teen FictionDia anak tetangga yang bisa bikin kesel, bikin jantung jumpalitan dan nyebelin pake banget bagi Nadia. Ketika dia pergi Nadia merasa kehilangan entah ini karena belum biasa atau memang merasa kehilangan dan berharap dia kembali. Warning! typo berte...