D U A

9.4K 981 64
                                    

.
.
.
.
.

Aku turun dari mobil setelah supir pribadiku mengantarkanku sampai ke depan gedung yang sudah Jaehyun beritahu sebelumnya.

Saat datang kesini, aku sengaja menggunakan dress berwarna merah karena tahu kalau sepertinya Jaehyun akan memberikanku kejutan lagi. Sebenarnya hal seperti ini rutin Jaehyun lakukan setiap kali ulang tahun pernikahan kami tiba.

Tapi entah apa yang akan Jaehyun berikan padaku kali ini. Biasanya ia akan mengajakku makan malam berdua dengan suasana yang romantis.

"Permisi bu," Aku menoleh saat mendengar suara seseorang, "Ibu istri dari Pak Jaehyun Pratama ya?"

Aku mengangguk.

"Kalau begitu mari ikuti saya. Saya akan mengantar ibu untuk bertemu Pak Jaehyun."

"Baiklah," Aku mengikuti wanita itu masuk ke dalam lift. Ia mengantarku ke lantai sembilan sampai akhirnya kami berdua tiba di depan pintu salah satu ruangan yang cukup besar.

"Silahkan masuk bu," Wanita itu membukakan pintu dan menyuruhku masuk ke dalam. Aku tersenyum lebih dulu sebelum akhirnya masuk ke sana.

"Astaga," Aku menutup mulutku tak percaya saat melihat banyak orang di dalam ruangan ini. Pakaian mereka rapih seperti akan mendatangi acara pernikahan.

"Sayang," Jaehyun yang entah datang dari mana tiba-tiba saja merengkuh pinggangku, "Gimana? Suka sama kejutannya?"

"Jae, kamu ngundang mereka semua?" Tanyaku.

Jaehyun mengangguk, "Mereka semua teman-teman dan rekan kerja aku Ca. Aku juga ngundang keluarga kita dan ngundang teman-teman kamu buat merayakan hari pernikahan kita."

Dan jadilah malam itu aku dan Jaehyun merayakan pernikahan kami dengan orang-orang penting. Berkat Jaehyun aku juga bisa berkumpul dengan teman-teman yang sudah lama tidak aku jumpai.

"6 tahun, udah lama juga ya kalian nikah," Ucap Retha salah satu teman SMA ku yang juga teman kuliah Jaehyun dulu.

Aku tersenyum, "Udah lama, tapi rasanya kayak masih pacaran," Kataku yang dibalas kekehan oleh mereka.

"Usia pernikahan lo sama Jaehyun udah matang loh buat punya anak. Liat tuh, Dewa aja yang baru 1 tahun menikah udah punya anak bayi," Kata temanku yang lain. Yaitu Anna.

Aku yang semula tersenyum mendadak diam. Sadar ekspresiku berubah, teman-temanku yang lain menyenggol Anna, "Ca, maaf. Gue nggak bermaksud," Katanya tidak enak hati.

Aku mengangguk sambil tersenyum lagi, "Nggak apa-apa. Lagipula gue emang udah pengen banget punya anak, tapi kayaknya Tuhan belum mau ngasih hal itu ke gue sama Jaehyun," Ucapku, "Kalian lanjutin aja makannya ya, gue mau nyusulin Jaehyun dulu," Aku pergi dari kumpulan teman-temanku dan memilih menghampiri Jaehyun yang tengah mengobrol dengan rekan kerjanya.

"Jaehyun," Panggilku.

"Ya Ca?"

"Ikut aku sebentar."

Jaehyun mengangguk. Aku mengajak pria itu pergi ke tempat yang lebih sepi, "Acaranya berapa lama lagi?" Tanyaku.

Jaehyun mengerutkan keningnya, "Kenapa? Kamu sakit? Gaenak badan?"

Aku menggeleng, "Cuma capek aja. Aku kayaknya udah nggak kuat deh buat lama-lama berdiri," Sebenarnya aku mulai tidak nyaman berada di keramaian ini. Kepalaku pening dan aku lelah. Aku ingin pulang, tapi sepertinya keadaan tidak memungkinkan. Apalagi tamu-tamu yang datang keacara ini adalah tamu-tamu penting.

Jaehyun meraih tanganku. Menggenggamnya dengan erat, "Sebentar lagi udahan. Tapi habis itu kita ada acara buat makan sama keluarga aku dan keluarga kamu. Nggak apa-apa kan?"

Aku menghela napas lalu mengangguk.

"Maaf ya kalau kamu nggak seneng dengan surprise yang aku kasih kali ini."

Aku menggeleng cepat, "Nggak gitu Jae. Aku seneng kok. Udah yuk kita samperin rekan kerja kamu lagi. Nggak enak kalau kita nggak ada di sana. Padahal kan ini acara kita."

Aku dan Jaehyun kembali ke tengah keramaian itu. Setengah jam kemudian acara selesai. Tinggalah aku, Jaehyun, dan keluarga kami di sini. Kami makan malam bersama di meja yang lumayan besar.

Ayah Jaehyun-Yudi Pratama-duduk di bagian paling ujung. Pria yang berumur 60 tahunan itu masih tampak gagah dengan tuxedo yang ia kenakan. Wajahnya saja masih kelihatan seperti anak muda dan tidak terlihat tua sama sekali, "Sudah lama keluarga Pratama tidak berkumpul seperti ini bukan?" Ujarnya yang dibalas anggukan serentak oleh kami.

"Kalau bukan karena Jaehyun, sepertinya kita akan sulit untuk berkumpul bersama," Lanjutnya, "Selamat ulang tahun untuk pernikahan kalian. Ayah harap kalian selalu bahagia dan terus saling mencintai."

Aku tersenyum, "Makasih Yah."

"Sama-sama."

"Bunda juga berharap yang sama dengan Ayah. Tapi jangan lupa kalau kalian harus memberikan kami cucu," Ujar Bunda sambil tersenyum. Meskipun Bunda Jaehyun-Mona-berbicara dengan nada yang lemah lembut, tapi entah mengapa ia terdengar sudah tidak sabar untuk menimang cucu dariku dan Jaehyun.

"Aca, kamu tahukan kalau Jaehyun itu andalan di keluarga Pratama? Kalian harus segera memiliki anak supaya tidak ada gosip yang tidak-tidak tentang kalian. Lagipula Bunda lihat Jaehyun sudah sangat ingin menggendong seorang bayi," Sambung Bunda. Aku bisa mengerti kenapa keluarga Jaehyun begitu menginginkan cucu dariku, terutama Bunda Jaehyun. Karena Jaehyun termasuk anak yang mereka paling sayangi. Jaehyun juga bisa dibilang anak dari keluarga Pratama yang paling berhasil di bidang bisnis dibanding kedua kakaknya yang lain.

Jaehyun itu berliannya keluarga Pratama.

Bahkan karena Jaehyun juga keluarga Pratama semakin dikenal meskipun sebelumnya mereka memang sudah dikenal banyak masyarakat.

"Iya Bund, aku sama Jaehyun juga masih terus usaha sampai sekarang."

"Percuma kalau kalian usaha terus tapi kamu tetap nggak mau berhenti jadi dokter hewan."

"Bunda---"

"Diam Jae, Bunda belum selesai bicara," Sela Bunda cepat saat melihat Jaehyun akan membuka suara, "Kamu tau kenapa penyebab kamu sulit untuk hamil? Karena kamu selalu berdekatan dengan hewan-hewan yang bahkan tidak jelas dari mana asalnya. Bunda dengar kamu juga membuka penampungan untuk kucing-kucing jalanan dan sering sekali datang kesana. Bunda jadi curiga kamu kena tokso."

Aku memejamkan mataku sebentar sebelum akhirnya berbicara, "Bunda, aku udah cek kesehatan aku. Dan bahkan sering aku lakuin. Tapi dokter selalu bilang kalau aku itu sehat dan nggak kena tokso. Mungkin ini emang kehendak Tuhan yang belum mengizinkan aku sama Jaehyun punya anak."

Aku bangkit dari dudukku, "Maaf kalau aku lancang Bund. Tapi tolong, jangan pernah nyuruh aku buat berhenti jadi dokter hewan. Karena Bunda nggak tahu apa yang harus aku korbankan selama bertahun-tahun ini buat jadi dokter hewan," Aku pergi meninggalkan orang-orang yang berada di dalam sana tanpa pamit. Memang terkesan tidak sopan, tapi aku sudah tidak tahan berada di dalam sana.

Bukan kali ini saja Bunda menyuruhku untuk berhenti dari pekerjaanku, tapi sering. Sangat sering. Bahkan beberapa kali Bunda melakukan cara keji untuk menghentikanku menjadi seorang dokter hewan. Dan lagi, lagi Jaehyun tidak tahu itu.

Aku menyimpan semuanya sendiri rapat-rapat.






Voment gaesy!

Tell Me ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang