.
.
.
.
."Ca, kamu dimana?"
"Aca."
"Nayasa!" Aku mendengar panggilan Jaehyun. Hanya saja aku diam dan memilih untuk menutup telingaku sambil menangis di ruangan yang gelap ini. Ruangan yang biasa Jaehyun dan aku gunakan untuk belajar, tapi kali ini aku gunakan sebagai tempat untuk menangis.
Aku bahkan belum sempat mengganti dressku dengan piama karena langsung berlari ke ruangan ini begitu pulang lebih dulu dari acara makan malam tadi.
Aku tidak mau Jaehyun tahu kalau aku sedang menangis. Aku tidak ingin pria itu tahu kalau aku mudah mengalami depresi. Aku tidak ingin lagi menambah beban di hidup Jaehyun.
"Aca," Aku reflek mengusap air mataku saat melihat pintu ruangan ini terbuka. Cahaya silau yang berasal dari lampu depan ruangan ini membuatku menyipit selama beberapa detik sebelum akhirnya Jaehyun menyalakan lampu ruangan ini dan menghampiriku, "Kamu baik-baik aja kan?" Tanyanya dengan nada khawatir.
Jaehyun melihat keadaanku lalu pria itu menghela napasnya, "Seharusnya aku nggak usah nanya. Dari penampilan kamu aja keliatan kalau kamu lagi nggak baik-baik aja," Jaehyun tiba-tiba saja menggendong tubuhku ala bridal style. Ia membawaku ke kamar dengan mudahnya.
Jaehyun meletakan tubuhku di kasur. Kemudian ia berjalan ke arah lemari dan mengambilkanku sepasang piama, "Aku bantuin kamu ganti baju ya? Habis itu baru kita bicara," Katanya. Aku hanya mengangguk dan membiarkan Jaehyun membantuku.
"Ca, maafin Bunda," Ucap Jaehyun setelah beberapa menit kami berdua saling diam, "Aku tau Bunda udah keterlaluan sama kamu tadi. Tapi aku yakin kok maksud Bunda itu baik. Dia cuma mau kita cepet punya baby."
"Iya Jaehyun. Aku tau. Tapi aku sakit hati setiap kali Bunda nyuruh aku berhenti jadi dokter hewan. Kamu taukan pengorbanan yang aku lakuin selama ini supaya bisa jadi dokter hewan?"
Jaehyun mengangguk paham, "Aku tau Ca. Aku tau semuanya tentang kamu."
Engga Jaehyun. Kamu engga tahu semuanya tentang aku. Kamu hanya tahu sebagian dari hidupku.
Jaehyun memelukku. Mengusap punggungku dengan lembut dan mencoba menenangkanku, "Aku bakal coba bilang ke Bunda supaya dia nggak nyuruh kamu berhenti dari pekerjaan kamu."
Aku membalas pelukan Jaehyun, "Makasih Jae."
🐱
"Bu, sarapannya sudah siap di bawah," Ujar pembantu rumah tanggaku dan Jaehyun sesaat setelah aku membukakan pintu kamar dan mempersilahkannya untuk masuk.
"Ya. Saya sama Jaehyun akan segera turun. Bibi lanjutkan pekerjaan yang lain lagi aja," Kataku yang dibalas anggukan olehnya.
Tidak lama setelah pembantu rumah ini keluar dari kamar, ponselku bergetar dan menandakan kalau ada yang menelponku, "Halo Kak?" Yang baru saja menelponku adalah Kakak perempuanku satu-satunya, yang bernama Nayara. Ara sudah menikah sejak 3 tahun yang lalu. Dan dia adalah satu-satunya keluarga dekatku yang masih tersisa.
Ya, tersisa. Karena kedua orang tuaku sudah meninggal 2 tahun yang lalu.
Semalam Ara juga datang keacara makan malam bersama suami dan satu putranya yang berumur 2 tahun.
"Lo gila ya?"
Aku menghela napas saat mendengar makiannya, "Iya gue gila. Kenapa?"
"Ca! Gue serius."
"Kalau nggak ada hal serius yang mau lo omongin, gue tutup telponnya. Jaehyun sebentar lagi keluar dari kamar mandi."
"Aca, lo harus inget. Jangan pernah ngelakuin hal-hal yang nggak di sukain sama mertua lo. Emangnya lo mau di pecat sebagai menantu? Lo mau kita jatuh miskin?"
"Gue nggak akan dipecat jadi menantu. Gue menikah dengan Jaehyun karena saling cinta, bukan karena bisnis semata. Lagian lo tenang aja, gaji gue sebagai dokter hewan cukup buat menghidupi keluarga lo. Jadi lo nggak usah takut miskin. Urusin aja tuh anak sama suami lo. Nggak usah ngurusin duit," Aku menutup sambungan telpon secara sepihak. Ara memang selalu seperti ini. Menekanku agar aku menuruti semua kemauan mertuaku. Alasannya karena selama ini Ara hidup dengan uang yang diberikan oleh mertuaku.
Kakak iparku-Demian-juga bekerja di perusahaan milik Yudi Pratama alias Ayahnya Jaehyun. Jadi mereka takut membuat kedua mertuaku kecewa dan akhirnya dipecat.
"Siapa Ca? Pagi-pagi udah nelpon aja," Ujar Jaehyun yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Aku sempat terpana dengan tubuh atletis pria yang kini berdiri di depanku. Tapi beberapa detik kemudian aku tersenyum.
Aku merasa beruntung karena hanya aku wanita yang bisa menikmati ciptaan Tuhan yang satu ini, "Engga ada. Cuma urusan kerjaan."
Jaehyun hanya membulatkan mulutnya.
"Jaehyun," Panggilku pelan.
"Ya?"
Aku meletakan tanganku tepat diatas perut Jaehyun. Mengusapnya secara lembut dan teratur, "I need you. Sebentar aja---"
Belum sempat menyelesaikan kata-kataku, Jaehyun melakukannya.
🐱
"Mark, kucing yang kemarin kita operasi, sekarang keadaannya gimana?"
Mark Lee yang tengah membersihkan kotak kaca yang biasa digunakan untuk menaruh hewan-hewan pasca operasi melirikku sekilas lalu kembali fokus pada kerjaannya, "Udah baikan dok."
Aku mengangguk paham, "Kamu udah makan siang belum? Mau makan sama saya?"
"Dokter emang harus nraktir saya makan," Katanya, "Gara-gara dokter yang kesiangan, saya jadi kena omel sama bapak-bapak yang biasa cek kesehatan anjingnya kesini."
"Kok bisa? Kenapa nggak kamu cek aja anjingnya."
"Bapak-bapaknya nggak mau. Katanya dia cuma mau anjingnya di cek sama dokter Nayasa, bukan Mark Lee."
Aku terkekeh, "Yaudah maaf. Kalau gitu hari ini saya bakal traktir kamu sepuasnya."
"Beneran ya dok?"
"Iya Mark. Ayo."
Mark mengangguk. Ia mencuci tangannya lebih dulu sebelum akhirnya kami pergi keluar untuk mencari makan.
"Dokter kenapa bisa kesiangan? Biasanya juga pagi-pagi udah dateng," Tanya Mark saat kami menunggu makanan datang.
Kami memilih makan di restoran yang dekat dengan klinik.
Aku tersenyum canggung, "Ada urusan sebentar di rumah."
"Urusan kasur sama Pak Jaehyun ya dok?" Aku tersedak ludahku sendiri saat mendengar ucapan frontal Mark.
Bagaimana Mark bisa tahu? Apa terlalu kelihatan ya?
"Yaelah dok, saya bercanda doang kok. Mukanya jangan tegang gitu," Katanya sambil terkekeh, "Atau jangan-jangan dokter beneran habis itu ya sama Pak Jaehyun?"
Aku menggeram kesal, "Mark cukup! Kalau kamu teruskan, saya nggak jadi nraktir kamu."
tau kok yang baca work ini banyak, jadi vomentnya ya gaesy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me ; Jung Jaehyun [END✔]
Fanfic"Kamu terlalu sibuk dengan dirimu sampai kamu lupa kalau ada aku," -Jaehyun Pratama