.
.
.
.
.Semua ini bermula tepat 4 tahun yang lalu. Atau di tahun ke 2 pernikahanku dan Jaehyun.
Awalnya aku dan Jaehyun memang menunda selama setahun untuk memiliki anak. Tapi setelah itu aku dan Jaehyun melakukan program untuk memiliki anak. Hampir satu tahun lebih kami mencoba berbagai program kehamilan supaya aku cepat hamil. Tapi sepertinya Tuhan punya rencana lain. Ia belum memberiku dan Jaehyun keturunan bahkan sampai sekarang.
Jaehyun saat itu sangat setia berada di sisiku, menguatkanku dan mengatakan kalau semua akan baik-baik saja dan Tuhan pasti akan memberikan kami malaikat kecil. Jaehyun juga bilang mungkin Tuhan melakukan ini semua pada kami agar kami bisa lebih sering menghabisi waktu berdua sebelum memiliki bayi. Pada intinya Jaehyun tidak menuntutku untuk cepat hamil.
Tapi berbeda dengan keluarganya dan orang-orang yang kenal denganku dan Jaehyun. Mereka terus menanyakan pertanyaan seperti, "Kapan hamil?" Atau, "Sudah hamil belum?" Jujur, awalnya mungkin biasa saja untukku. Tapi lama-kelamaan, pertanyaan-pertanyaan itu seolah berputar di otakku dan membuatku sedikit tertekan. Belum lagi orang tua Jaehyun dan keluarganya yang selalu menyuruhku untuk cepat hamil bagaimanapun caranya. Katanya mereka malu karena sudah menikah hampir 4 tahun tapi aku tidak kunjung hamil.
Mendengar semua ucapan-ucapan dari orang-orang itu, membuatku stress. Dan akhirnya aku bersama Jaehyun memutuskan untuk melakukan program bayi tabung. Memang biayanya mahal dan tidak main-main. Tapi Jaehyun dan keluarganya tidak memikirkan hal itu. Asal aku bisa hamil dan memberikan mereka keturunan. Itu saja.
Percobaan pertama bayi tabung, gagal dilakukan. Dan ya, tentu saja aku sangat sedih.
Tidak patah semangat, aku dan Jaehyun kembali mencoba lagi. Tapi hasilnya tetap sama seperti pertama kali kami mencoba. Yaitu gagal.
Aku hampir down di situ. Lebih banyak menangis dan mengurung diri sendirian di kamar. Tapi untungnya saat itu kedua orang tuaku masih hidup. Mama dan Papa banyak memberikanku kata-kata penyemangat. Mereka juga yang memintaku untuk tidak menyerah dan kembali mencoba program bayi tabung itu.
Karena terus dibujuk oleh mereka berdua, aku dan Jaehyun kembali mencoba. Bahkan bisa dibilang percobaan ketiga ini lebih sulit untuk dilakukan. Bayangkan saja, selama berbulan-bulan, dan setiap hari, aku selalu di suntik di bagian perutku. Mungkin akan normal jika satu hari satu suntikan, tapi ini tidak. Mereka-dokter yang menemaniku selama program bayi tabung-menyuntikku setiap dua jam sekali. Tubuhku bahkan sering terlihat memar karena terlalu sering disuntik.
Setelah berbulan-bulan melakukan program bayi tabung yang ketiga ini, aku dan Jaehyun lagi-lagi gagal. Dan bersamaan dengan dokter yang bilang kalau programku gagal lagi, kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan mobil.
Duniaku rasanya benar-benar hancur. Mendengar dua kabar buruk dalam satu waktu yang bersamaan.
Aku yang memang sebelumnya sudah tertekan karena beberapa kali mengalami kegagalan dalam program bayi tabung, tambah tertekan begitu mendengar kabar kematian orang tuaku. Mereka yang selama ini menyemangatiku untuk tetap bertahan akhirnya hilang. Aku merasa benar-benar sendiri saat itu.
Dan puncak depresiku di mulai setelah empat bulan orang tuaku meninggal. Saat itu orang tua Jaehyun kembali menyuruhku untuk melakukan program lagi. Mereka memaksaku, terutama Bunda. Padahal di saat itu posisiku sedang dipenuhi dengan tekanan dan trauma. Aku trauma dan merasa takut untuk melakukan program itu lagi. Tapi tidak ada yang mengerti posisiku. Lalu bagaimana dengan Jaehyun? Pria itu hanya diam dan tidak membantuku untuk menjelaskan kondisiku pada Bunda. Ia hanya bilang kalau Bunda itu tahu yang terbaik untuk menantunya.
Malam itu aku benar-benar muak dengan keluarga Pratama. Bahkan dengan Kakakku sendiri. Dan tepat saat itu, aku pergi dari rumah dan berniat melakukan bunuh diri. Saat itu aku percaya kalau aku menghilang, maka bebanku, dan tekanan yang selama ini aku alami juga akan menghilang.
Tapi saat aku akan akan lompat dari jembatan, ada tangan pria yang menahan tubuhku. Ia memaksaku untuk turun dan memintaku untuk tidak melakukan hal bodoh.
Hal bodoh katanya? Aku yang tidak terima dia mengatakan hal itu akhirnya memakinya. Dia tidak tahu saja kalau ini jalan terbaik yang bisa aku lakukan.
"Memangnya dengan kamu yang bunuh diri semua masalah kamu akan selesai?!" Bentak pria itu yang masih aku ingat sampai sekarang, "Jangan menghindar, masalah itu akan selesai jika kamu menghadapinya," Kata-kata sederhana itu seolah mensugestiku kalau aku harus menyelesaikannya, bukan malah menghindarinya dengan cara yang salah.
Dan orang yang mengatakan hal itu kepadaku adalah Minhyun. Aku sangat bersyukur bisa bertemu Minhyun di masa terberatku. Bahkan karena dia juga sampai sekarang aku masih bertahan.
Jaehyun? Bagaimana dengannya? Pria itu bahkan tidak tahu kalau istrinya yaitu aku hampir saja mati. Di masa-masa terberatku, Jaehyun tidak ada di sampingku. Ia sibuk mengembangkan perusahaannya dan tidak pernah memiliki waktu untukku. Entahlah, semenjak orang tuaku meninggal, lalu aku yang kembali gagal melakukan program bayi tabung, Jaehyun seperti menjauh dariku. Pria itu lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah dari pada bersamaku. Tapi saat itu aku juga tidak terlalu memikirkan Jaehyun, karena aku sendiri sibuk memulihkan diriku dari depresi yang aku alami.
Aku juga sengaja tidak memberitahu Jaehyun dulu tentang kondisiku. Karena aku takut, Jaehyun tidak bisa menerima kekuranganku. Toh sepertinya masalah hidup Jaehyun saja sudah banyak, jadi aku tidak mau menambah beban laki-laki itu.
Tapi belakangan ini aku sempat berpikir kalau sepertinya Jaehyun harus tahu tentangku. Siapa tahu jika Jaehyun sudah mengetahui kondisiku, laki-laki itu akan mensuport dan mendukungku.
Dan begitu aku melemparkan pertanyaan tentang depresi, jawaban yang diberikan pria itu malah membuatku patah semangat untuk memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi padaku beberapa tahun belakangan ini.
Vomentnya ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me ; Jung Jaehyun [END✔]
Fanfic"Kamu terlalu sibuk dengan dirimu sampai kamu lupa kalau ada aku," -Jaehyun Pratama