E N A M

6.3K 868 54
                                    

VOMENTNYA HARUS, KUDU, WAJIB!
.
.
.
.
.

"Morning," Sapa Jaehyun dengan suara serak khas bangun tidur. Pria itu mengecup bibirku sekilas lalu tersenyum hangat seperti biasanya.

Bukannya bangun, Jaehyun malah menarik selimut lebih tinggi untuk menutupi tubuh kami berdua.

"Mumpung weekend jalan yuk Jae?" Ajakku.

"Nggak bisa Ca."

"Kenapa?"

"Aku ada urusan kantor."

"Hari Minggu dan kamu masih kerja?" Tanyaku tak habis pikir. Aku sebenarnya senang memiliki suami pekerja keras seperti Jaehyun. Tapi laki-laki itu terlalu memforsir waktu dan tenaganya untuk bekerja. Bahkan di hari libur seperti ini saja dia masih mau masuk.

Aku takut jika Jaehyun terlalu sering bekerja dan tidak memiliki waktu istirahat, ia akan jatuh sakit. Lagipula sebenarnya hari ini aku ingin mengajak Jaehyun jalan dan memberitahunya tentang depresi yang aku alami dua tahun belakangan ini.

"Jaehyun, libur dulu aja ya?" Pintaku dengan nada memelas. Hubunganku dan Jaehyun kembali membaik setelah ia meminta maaf padaku semalam. Tapi aku masih kurang puas, karena Jaehyun belum menjawab pertanyaanku tentang pendapatnya terhadap orang-orang yang mudah atau memiliki depresi.

Jaehyun terkekeh pelan. Ia mencubit pipiku gemas, "Nggak bisa sayang. Aku ada urusan penting banget. Aku mau ketemu sama investor nanti."

Aku menghela napas. Aku tidak bisa memaksa Jaehyun karena pekerjaan pria itu juga penting.

"Aku mandi duluan ya Ca," Ucapnya yang aku balas anggukan.

Jaehyun berangkat sekitar pukul 8. Tinggalah aku dan pembantu rumah tangga di rumah sebesar ini.

Ah, coba saja jika aku memiliki anak, pasti aku tidak akan merasa kesepian seperti sekarang. Aku jadi membayangkan bagaimana aku yang sedang bermain dengan anakku di rumah ini jika Jaehyun sedang pergi. Pasti menyenangkan.

"Aunty!" Aku menoleh kearah pintu saat mendengar teriakan seorang anak. Ternyata itu Jeano-anak dari Nayara.

"Jean!" Pekikku tak kalah heboh. Jeano dengan langkah kecilnya berlari kearahku. Dengan segera aku menangkapnya. Aku menciumi pipi Jeano dengan gemas, "Sendirian? Bunda kamu mana?"

"Ca, bantuin gue bawain ini!" Baru juga aku tanyakan. Tapi Ara sudah lebih dulu muncul sambil membawa dua kantung belanjaan besar.

"Lo bawa apaan?" Tanyaku sambil menggendong Jeano kearahnya.

"Ini isinya ramuan yang gue beli buat lo."

"Buat apaan?"

Ara berjalan kearah dapur sambil membawa belanjaannya. Aku hanya mengekorinya dibelakang, "Kata orang-orang, ramuan ini bagus buat wanita. Apalagi buat rahim. Ya intinya lo harus rajin minum ini supaya cepet hamil."

Aku menghela napas dan membiarkan Ara menyusun ramuan itu di dalam kulkas.

"Jean udah makan belum? Mau aunty beliin makanan?"

"Boleh-boleh. Gue sama Jean belum makan."

Aku mendengus, "Orang nawarin Jean kok lo yang nyaut?"

"Sekalian Ca. Gue capek bawa-bawa ini ramuan ke rumah lo."

Aku menghela napas, "Iya yaudah," Aku menyuruh pembantu rumah tanggaku untuk membelikan makanan untuk Jeano dan Ara. Selagi menunggu, Ara mengajakku ke ruang tengah. Katanya ia ingin membicarakan hal penting denganku.

Tell Me ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang