EH || 01

13.3K 619 24
                                    




•EVAN'S HONOR•


BRAK!


Tubuh seorang pria terhuyung lemah tidak berdaya bertabrakan dengan tembok keras di belakangnya. Wajah pria tersebut dipenuhi luka dan darah. Wajahnya seraya memohon pengampunan.


Evan mengambil kursi di dekatnya. Lalu ia duduk dengan menyilangkan satu kaki di pahanya. Ia merogoh saku celananya mencari benda berbentuk kotak persegi.

Ia mengambil satu batang rokok yang kemudian ia taruh di antara bibirnya. Ia mengambil pemantik gas untuk menyalakan rokoknya.

Ia hisap kuat rokoknya kemudian ia hembuskan sehingga menimbulkan kepulan asap yang cukup banyak.

Evan terus menyaksikan lelaki tadi di hujami pukulan dengan brutal oleh beberapa anak buahnya.

"Lelaki sialan!" gerutunya.

"Ku mohon Tuan, tolong ampuni aku," pria itu memohon ampun sambil terus di hujami pukulan.

Evan mengisyaratkan kepada anak buahnya dengan melambaikan pelan jarinya. Bermaksud untuk lebih mendekatkan lelaki tersebut padanya.

Anak buahnya mengerti. Lekas mereka menarik paksa pria tersebut untuk berhadapan dengan Tuannya. Lelaki tersebut dipakasa untuk berlutut di depan kaki Evan.

Evan menurunkan kembali kakinya yang semula ia silangkan pada pahanya lalu ia majukan sedikit tubuhnya mendekat pada tubuh pria yang sedang berlutut di depannya.

Evan menghisap rokoknya dengan kuat. Lalu ia hembuskan semua kepulan asapnya pada wajah pria tersebut. Pria tersebut lekas terbatuk akibat terkena asap rokok. Tangan kanan Evan ia gunakan untuk menarik rambut pria tersebut dan menariknya dengan kuat memaksa pria tersebut untuk mengadahkan kepalanya menatap Evan.

"Kau ingin bermain denganku ya?" Tanya Evan lembut namun dengan penekanan.

"Maaf jika aku tidak menepati janjiku, Tuan. Tolong ampuni aku," balas pria tersebut.

Di sekujur wajah pria itu sudah dipenuhi keringat ketakutan. Wajahnya yang sudah penuh luka lebam dan darah akibat pukulan brutal menjadi pemandangan yang di sukai oleh Evan.

Setelah pria itu berbicara seperti itu. Evan menunjukan senyuman seringainya. Lalu tatapannya kembali tajam.


***


Audi Esme. Wanita berusia 22 tahun. Bekerja di Bar terkenal di tengah pusat kota. Ia bekerja sebagai bartender. Oleh karena itu, ia selalu di kelilingi oleh minuman alkohol. Alkohol sudah menjadi teman baiknya. Walau begitu, ia bukan peminum. Kadar toleransi alkoholnya sangatlah rendah.

Karena pekerjaannya lah yang selalu memaksanya untuk pulang larut malam setiap harinya. Seperti hari ini. Ia melihat ke arah arloji yang terpasang di tangan kirinya dan melihat waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari.

Audi lekas keluar dari tempat kerjanya. Ia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Jarak dari rumah ke Bar cukup dekat. Hanya memakan waktu 15 menit berjalan kaki.

EVAN'S HONORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang