EH || 11

4.6K 472 46
                                    


•EVAN'S HONOR•


Audi telah bersiap diri untuk pergi mengunjungi mansion Evan yang telah di janjikan pada siang ini. Ia akan mengenakan pakaian gaya kasual. Tak lupa ia memoles wajahnya dengan riasan tipis yang dapat membuat wajahnya segar.

Audi telah siap lebih awal, karena ia takut jika anak buah Evan akan menjemputnya lebih cepat. Lagi pula Evan tidak menyebutkan pukul berapa ia akan di jemput.


1 jam.


2 jam.


Audi dengan suntuk masih menunggu kedatangan anak buah Evan menjemputnya. Ia terus melirik ke arah arlojinya yang terpasang pada tangan kirinya. Sudah selama itu ia menunggu, namun belum juga datang. Audi takut jika Evan lupa akan janjinya.

30 menit berlalu, ia belum juga di jemput. Audi sangat kesal, ia rasa Evan telah lupa akan janjinya. Matahari sudah mulai turun, hari sebentar lagi sore. Segera Audi bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar untuk melepas pakaiannya.

Namun saat Audi baru melangkahkan kakinya, ia mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Segera Audi berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang datang.

Audi melihat seorang pria di depannya mengenakan pakaian formal rapi dilengkapi dengan jas sedang membungkuk memberi hormat padanya. Audi juga melihat mobil sedan hitam mewah yang di bawa oleh pria tersebut.

"Maaf saya terlambat nona Audi," katanya ramah.

"Kau siapa?" Tanya Audi.

"Saya supir pribadi Tuan Evan, di beri perintah untuk menjemput nona"

Audi memicingkan matanya tajam, ia tidak pernah melihat pria ini sebelumnya. Ia menjadi lebih waspada untuk tidak mudah percaya dengan orang asing. Apalagi setelah ia melihat mobil sedan hitam, ia menjadi trauma akan kejadian lalu.

"Apa benar? Bisa buktikan jika kau supir dari Evan?" Tanya Audi dingin.

Terlihat wajah pria itu bingung. Segera ia mengambil sesuatu pada saku celananya. Pria itu mengeluarkan sebuah kartu tanda pengenal dimana disitu tertulis bahwa ia salah satu anggota pribadi Evan.

"Siapa saja bisa membuat kartu itu dengan mudah bukan?" sindir Audi.

Pria tersebut kembali merogoh sakunya, ia mengeluarkan ponselnya lalu menelfon seseorang.

"Tuan, nona Audi ingin berbiara pada anda," kata pria tersebut pada telfonnya.

Pria itu memberikan ponselnya pada Audi. Lekas Audi mengambilnya dan meletakkan pada telinganya.

"Halo, apa ini benar Evan?"

"Hmm. Ada apa?" Suara Evan dingin di sebrang sana.

"Ah, ternyata benar kau. Aku sempat curiga dengan supirmu. Baiklah" lekas Audi memutuskan sambungan telfon sepihak.

EVAN'S HONORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang