EH || 26

2.8K 354 129
                                    

Warning : bacalah setelah berbuka puasa karena ada adegan bercumbu!


•EVAN'S HONOR•


Audi masih terus menangis, ia tidak tahu harus merespon apa pada Evan. Hatinya begitu sakit saat mendengar kebenaran mengenai ayahnya. Audi tidak dapat menyalahkan Evan karena bagaimana pun itu adalah kemauan ayahnya sendiri untuk menyerahkan diri dan menggantikannya.


Namun dirinya merasa tidak adil, ayahnya tidak bersalah mengapa harus menanggung ini semua. Audi terus berfikir, jika ayahnya masih hidup mungkin ibunya pun masih hidup dan kini mereka dapat hidup menjadi keluarga kecil yang bahagia.


"Aku yakin pria itu mejebakku, ia telah merencanakan semua ini dari awal untuk menjebakku, Audi"


"Aku yakin pria itu yang merubah hukuman pada ayahmu. Ia lakukan itu untuk menyiksaku di masa depan, agar aku terus merasa bersalah. Pria itu sangat cerdik. Ia sudah tahu jika dirinya akan kembali bertemu denganku di masa depan dan membalaskan dendamnya padaku"


"Ternyata selama ini pria itu masih terus memperhatikan aku, kesempatan baik baginya untuk balas dendam saat tahu kau adalah anak dari ayahmu. Aku tidak tahu jika masalahnya akan serumit ini. Maafkan aku Audi," kata Evan lagi.


Audi mendongakkan wajahnya untuk menatap wajah kekasihnya. Wajahnya basah akibat air matanya. Evan terkadang menghapus air mata yang jatuh di kedua pipi kekasihnya.


"Tolong temukan pria itu Evan, tolong buktikan jika ayahku tidak bersalah," kata Audi lemah.


Evan mengangguk pelan.


"Aku akan pastikan pria itu membayar dosanya"


"Maafkan aku," titah Audi.


Audi meminta maaf atas sikapnya pada Evan kemarin. Ia telah memaki dan marah padanya. Kemudian Evan mengangguk sebagai jawaban. Lekas Evan kembali memeluk tubuh mungil kekasihnya.



Tak lama, Evan melonggarkan pelukan nya lalu ia menagkup wajah Audi lalu ia cium bibirnya lembut.



"Maafkan aku jika aku telah menyakiti hatimu," kata Evan lembut.


"Semua yang aku lakukan padamu tulus. Aku jatuh cinta dan sayang padamu."



"Aku tidak ingin kehilanganmu, sungguh."



"Tolong, jangan tinggalkan aku lagi," kata Evan lagi.


Audi mengangguk perlahan. Evan tersenyum. Ia bersyukur jika Audi tidak lagi marah dengannya. Evan merasa lega, semalaman ia belum dapat tidur karena fikirannya kalut dan gelisah saat Audi pergi meninggalkan mansionnya dalam keadaan marah.


"Kembalilah ke mansion ku, ya?" tanya Evan lembut.


Audi mengangguk pelan.


"Iya. Namun tidak hari ini," balas Audi.


"Baiklah, kau habis kan dulu waktumu dengan keluargamu disini. Setelah siap, aku akan kembali menjempumu" balas Evan.


"Makan, yuk?" ajak Evan.



***


EVAN'S HONORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang