EH || 10

4.7K 461 38
                                    


•EVAN'S HONOR•


Audi meregangkan tubuhnya sampai terdengar bunyi dari sendi-sendinya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia telah bangun dari tidurnya.

Matanya lekas menangkap cahaya yang masuk melewati sela-sela gorden kamarnya. Ia membangunkan tubuhnya berat dan memegang kepalanya yang terasa berat dan pusing.

Ia masih diam terduduk di atas kasur sedang memikirkan sesuatu. Apa yang membuat kepalanya terasa begitu berat dan sakit. Namun seketika ingatannya kembali saat semalam ia datang mendekati Evan dan minum alkohol bersamanya.

Namun hanya momen itu yang ia ingat, selebihnya ia tidak mengingatnya. Namun tiba-tiba Audi merasa ada hal yang aneh. Kepalanya berat pasti karena ia telah mabuk berat.

"Astaga!" gumamnya. Audi menepuk dahinya ringan.

"Semalam aku pasti mabuk berat. Apa yang telah aku lakukan" gumamnya gugup.

Sungguh, Audi pun mengetahui dengan betul dirinya jika sedang mabuk berat. Kadar toleransi dengan alkohol sangatlah rendah sehingga beberapa teguk saja ia sudah mabuk. Jika mabuk ia pasti lepas kendali, ia selalu melakukan hal-hal aneh.

"Kira-kira apa yang telah aku lakukan padanya? Ah, bodoh sekali kau Audi!' gumamnya menyalahkan diri sendiri.


Segera Audi bangkit dari tempat tidurnya, kemudian berjalan keluar kamar untuk menemui Evan. Sambil berjalan ia merapikan penampilannya.

Terlihat keberadaan Evan sedang duduk di sofa ruang tengah, ia sedang membaca sebuah majalah dengan warna majalah dominan warna hitam dan merah. Lalu Evan terlihat sesekali meminum secangkir kopi miliknya.

Dengan gugup Audi mendekati Evan, lalu ikut duduk di sofa sebrang pria itu. Evan menatap ke arah Audi tajam sebentar saat mengetahui keberadaannya.

Audi meneguk salivanya gugup saat melihat Evan masih mengenakan baju tidur kimononya, dimana pada bagian dadanya sedikit terbuka. Ia dapat melihat jelas tubuh atletis dan tatonya. Audi merasa Evan sangat seksi pagi ini, di tambah dengan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Pagi," sapa Audi gugup.

Evan tidak menghiraukan sapaan Audi. Ia masih terus fokus membaca majalah miliknya. Kemudian Audi berdehem pelan.

"Ehm..Kau sedang membaca majalah apa?" tanya Audi basa-basi.

"Majalah penjualan organ manusia," jawab Evan ketus.

Audi meneguk salivanya takut.

"Em...,Evan. Apa aku mabuk semalam?" Tanyanya lagi gugup.

Segera Evan menatap tajam wajah Audi.

"Menurut mu?" Evan kembali bertanya dengan tatapan meledek.

"Sepertinya i-iya. Emm..Evan, apa saat mabuk aku melakukan hal aneh padamu?"

Evan menutup majalahnya kasar, sehingga membuat Audi tersentak terkejut. Pria itu melipat kedua tangannya pada dadanya.

EVAN'S HONORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang