EH || 28

3.1K 358 139
                                    


•EVAN'S HONOR•


Saat kepala Wendy terpantuk tembok dan jatuh pingsan. Evan kembali mendekati Audi, Ia melihat darah segar mengalir di antara kedua betisnya. Ia panik bukan main, lekas ia mengangkat tubuh kekasihnya untuk di bawanya keluar dari ruangan ini.


"Apa kabar, Evan? Ah bukan!. Apa kabar, Seungyoun?" suara seorang pria tegas mengisi ruangan ini.


Lekas Evan menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat seorang pria berdiri yang tidak jauh darinya.


"Lama tidak bertemu. Wah, tidak menyangka jika kita kembali bertemu saat kau sudah besar dan kini kau sama sepertiku, kau menjadi mafia hahaha," tawa pria itu.


"Aku akan kembali menemuimu setelah aku menolongnya," balas Evan dingin.


"Hahaha tidak ada waktu lagi, Evan. Oleh karena itu semakin cepat kita menyelesaikan urusan kita semakin cepat kau akan menolongnya, namun apabila kau terlalu lama maka wanita itu bisa saja tidak tertolong," ledek pria tersebut sambil mengunci rapat pintu ruangan.


"Keparat!" umpat Evan kesal.


"Audi, bertahanlah sebentar lagi. Kumohon sayang bertahanlah," Evan mengecup dahi Audi. Lalu ia kembali menyandarkan tubuh kekasihnya ke tembok yang jaraknya cukup jauh dengan dirinya.


"Akhirnya kita memiliki waktu berdua. Ku lihat beberapa anak buahmu sedang sibuk di depan sana dengan anak buahku dan satu persatu mulai tumbang," balas pria itu arogan.


"Aku selalu berharap untuk bertemu denganmu secepatnya. Saat ini lah waktunya," kata pria itu lagi.


Audi masih dapat mendengar beberapa percakapan antara Evan dengan pria tersebut.


"Apa maumu dari ku, Kousuke?" balas Evan penuh penekanan.


"Mau ku? Hahaha. Aku hanya ingin bertemu denganmu Evan. Kau adalah cipataan terbaikku"


"Apa maksudmu?!" tegas Evan.


"Lihat kau sekarang ini, kau sepertiku. Mafia, pembunuh, penjahat. Kau menjadi seperti ini karena terobsesi denganku kan? Terobsesi untuk mencariku. Apa aku salah jika menyebutmu sebagai ciptaanku?"


"Tentu, aku terobsesi untuk membunuhmu dengan tanganku sendiri!" tegas Evan.


"Hahaha. Aku telah memperhatikanmu sejak dahulu. Sampai akhirnya komunitasmu bertemu dengan komunitasku, itu takdir bukan?" ledek pria tersebut.


"Rencanaku berjalan sempurna, aku membuat ayah wanita itu menjadi kambing hitam untuk menjebakmu di masa depan. Itu berhasil, namun wanita itu memiliki hati yang sangat baik rupanya. Ia tetap memafkanmu. Itu membuatku kesal Evan" balasnya meledek.


"Tidak usah banyak bicara, sialan!" balas Evan.


"Baiklah tunggu apalagi? Kau menginginkan untuk menghabisiku dengan tanganmu sendiri bukan? Mari kita lakukan!"


"Kita akan mulai dengan tanpa senjata. Permainannya sederhana, yang tumbang terlebih dahulu adalah PE-CUN-DANG," ledek pria tersebut sambil tersenyum menyeringai.























 Permainannya sederhana, yang tumbang terlebih dahulu adalah PE-CUN-DANG," ledek pria tersebut sambil tersenyum menyeringai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EVAN'S HONORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang