EH || 03

5.1K 461 13
                                    


•EVAN'S HONOR•


Evan masih menunggu Audi bangun dari pingsannya. Tamparan yang ia berikan pada Audi cukup keras sehingga membuat wanita itu tidak sadarkan diri.

Salah satu anak buah Evan menemuinya dan seketika terkejut melihat wanita itu tidak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi pada nya, Tuan?" Tanyanya panik.

"Ia tadi melawan ku. Aku menampar nya lalu ia pingsan," balas Evan santai.

"Ada apa?" Tanya Evan dingin saat tahu anak buahnya menemuinya.

"Begini Tuan, kami sudah mencari tahu lokasi keberadaan bunker tersebut. Namun sepertinya sedikit sulit," jelas anak buahnya. Intonasi nadanya mulai merendah saat ia meragukan sesuatu.

Dahi Evan seketika mengkerut diikuti oleh matanya yang menyipit.

"Sulit bagaimana?!" Tanyanya dengan suara sedikit meninggi.

"Bunker tersebut memiliki penjagaan yang sangat kuat. Selain penjagaan manusia, penjagaan berbasis teknologinya sangat rapat. Kecil kemung-"

Belum sempat anak buahnya menyelesaikan perkataannya, Evan sudah menyela dengan kasar.

"Tutup mulut sialanmu itu!. Tidak ada satupun yang boleh meragukan aku. Kenapa? kau ragu denganku HAH?!" Bentak Evan marah.

"Ma- maaf Tuan bukan itu maksud saya. Saya hany-"

"Ah sudah lah kau pergi sana!. Aku sedang pusing," usir Evan.

Anak buah Evan lekas pergi setelah di marahi. Evan seseorang yang temperamental. Ia mudah marah dan tersinggung. Jika ia sudah marah besar ia dapat membunuh siapa saja yang membuatnya kesal.


Evan sedang menikmati segelas whiskey dan sebatang rokok yang menjadi favoritnya. Ia menikmati itu dengan duduk bersandar pada sofa kemudian kakinya ia naikkan dan di luruskan di atas meja.


Tak lama, Evan melihat wanita di depannya yang sedari tadi pingsan akhirnya telah sadarkan diri. Audi menggerakan kepalanya perlahan, ia berusaha mendongakkan kepalanya yang menunduk. Audi merasakan sakit dan pusing luar biasa pada kepalanya. Ia ingin memegang kepalanya namun ia baru ingat jika tubuhnya dalam keadaan terikat.

"Akhh," ringis Audi.

Ia merasakan sakit luar biasa pada kepalanya. Bahkan ia sedikit sulit untuk membuka kedua matanya.

"Sudah ternyata." Titah Evan dengan suara rendahnya.


"Apa yang kau lakukan padaku?" Tanya Audi dengan penekanan.

"Akh" sekali lagi Audi meringis kesakitan.

"Hanya tamparan ringan pada kepalamu nona," balas Evan santai.

Audi dengan sekuat tenaga mengangkat kepalanya untuk menatap pria di depannya. Ia juga berusaha menggerakan tubuhnya memberontak. Audi melihat Evan sedang duduk santai bersandar pada sofa. Tangan kanannya memegang rokok, lalu tangan kirinya tengah memegang segelas minuman alkohol.

EVAN'S HONORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang