Bagian Enam

220 25 2
                                    

  Reena berjalan dengan langkah gontai menjauhi perumahan tersebut, sesekali ia mengusap peluh di keningnya dengan punggung tangan. Udara siang ini yang begitu panas membuat napasnya memburu padahal baru berjalan sebentar. Oke, pesan ojek online saja sekarang, aku harus pulang, batinnya ketika perasaannya diburu kesedihan.

  Reena merogoh tas selempang rajutnya untuk mengambil ponsel.

  "Sial! Lowbat!" Gerutu Reena ketika menemukan layar ponselnya berkedip-kedip lalu mati. Ia jadi merasa dunia seakan mengutuk dirinya, terlebih saat keadaan diperparah dengan kelalaiannya tidak membawa charger. Ia ingat-ingat lagi charger-nya ketinggalan di Rumah Sakit. Oh, Yesus, batinnya kesal, matanya berkaca-kaca.

  Reena menghentikan langkah ketika menemukan sebuah toko penjual minuman, ia membeli sebotol minuman ion seraya bertanya jalan mana yang biasa dilalui angkutan umum atau bus yang menuju daerah tempatnya tinggal.

  "Terminal tidak begitu jauh dari sini, kok, Kak," jawab seorang cewek berkulit gelap yang berdiri di balik meja kasir. "Kakak bisa jalan kaki kira-kira 200 meter dari sini," cewek tersebut menunjuk arah timur, lalu belok ke kanan dua kali, setelahnya lurus dan begitu ada perempatan ke kiri sedikit."

  Reena mengangguk-angguk. "Adakah angkutan umum yang bisa saya tumpangi menuju terminal tersebut, kak?"

  Sang Kasir menggeleng. "Sebenarnya ada satu, Kak, tapi angkotnya justru mengambil rute panjang untuk menuju ke sana. Kakak justru bakal kelamaan untuk sampai ke sana, sebab angkot di sini kelamaan nge-tem dan nunggu mobilnya penuh penumpang dulu. Naik ojek online juga susah Kak, di tempat ini driver-nya jauh-jauh."

  Reena mengela napas berat sebelum akhirnya mengucapkan kata terima kasih dengan sopan lalu melenggang pergi. Ia merutuk dirinya sendiri yang tidak hapal banyak jalanan Magelang dan Temanggung, sebab waktunya selama ini kebanyakan ia habiskan di rumah dan di sekolah saja.

  Reena melangkah sedikit berlari karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul setengah satu siang, ia terus memutar otak demi mendapatkan uang pendaftaran lomba secepatnya.

  Sampai di terminal dengan tubuh membasah karena peluhnya bercucuran, Reena menaiki minibus dengan jurusan Kupatan, Magelang -jalan yang menuju Rejosari.

  Oh, akhirnya, batinnya lega ketika minibus itu melaju. Namun sekali lagi Reena merasa dunia mengutuknya untuk hari ini, jalanan menuju ke daerah tempatnya tinggal mengalami kemacetan parah.

Aduh, kapan terakhir Babang buka Wattpad ya? Emang dasar pemalas sih ya sampai lupa sama cerita yang udah selesai di laptop ini, maaf ya teman-teman, buat yang ingin menyadarkan kalau Babang lupa nggak upload Bab, bisa tagih di ig abang @ikkowilliams, big thanks, dukunganmu, sekecil apapun sangat membantu, termasuk memberi vote ke bab ini, heheh. See you!

BANG MY HEART ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang