Bagian Tujuh

201 25 5
                                    

Selamat melanjutkan, Guys. Masukkan ke rak buku kalian dulu ya jangan lupa.
Happy Reading!

***

  Oke, Ren, tenang, masih ada satu hari lagi untuk mendapatkan uang empat juta rupiah, hibur Reena ketika melewati jembatan gantung yang menuju ke desanya. Langit kian meremang ketika Reena sadar waktu sudah menunjukkan pukul 17:45. Adzan Magrib sudah berkumandang dari berbagai penjuru, Reena hanya memapasi satu dua orang di jalan.

  Reena terus menghibur diri di antara keletihan tubuhnya. Gerah yang melanda sekujur tubuhnya membuatnya sedikit berlari, ia tak sabar untuk mandi dan segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Nenek.

  Dahi Reena mengernyit, tiba-tiba ia mendengar suara anak anjing, suara yang melengking penuh kesedihan dan seakan butuh pertolongan, membuatnya menghentikan langkah dan celingukan mencari arah suara tersebut.

  Benar saja, Reena menemukan seekor anak anjing terjepit di sebuah pagar besi. Di balik pagar tersebut terdapat reruntuhan rumah yang sebagian tampak dalam tahap pembangunan.

  Oh, malangnya, batin Reena seraya berjalan mendekat dan menolong anak anjing berbulu cokelat itu dari jepitan besi yang lumayan kuat.

  "Sudah," ucap Reena dibarengi senyum lebarnya begitu anak anjing itu terlepas dan menyalakinya seraya mengibaskan ekor mungilnya. "Sana, kembali ke ibumu," lanjutnya seraya mengusap kepala anjing manis itu, tak berselang lama anjing tersebut lari dengan kencangnya menjauhi Reena.

  Reena mengusap peluhnya seraya bangkit dari jongkoknya, tiba-tiba dahinya dibuat mengernyit saat tiba-tiba melihat sebuah benda berbentuk persegi tergeletak di dekat kakinya.

  Astaga! Milik siapa ini? Batinnya heran sembari memungut benda tersebut yang ternyata sebuah dompet kulit tebal.

  Langit kian gelap, setelah menimbang beberapa kali, Reena memasukkan dompet tersebut ke tas rajutnya sebelum akhirnya melenggang pulang. Nanti akan kucari tahu pemiliknya dan kukembalikan secepatnya, janjinya dalam hati.

***

  Reena mengaduk cokelat panas dalam cangkir usai mandi malam ini, pikirannya sedikit tenang oleh aroma melati pada lulur yang dikenakannya sebelum mandi tadi. Seharian terpapar debu dan polusi membuatnya berlama-lama saat mandi.

  Sembari membawa secangkir minumannya ke kamar dengan perasaan dipenuhi bayangan wajah nenek, Reena terus memperhatikan tas selempangnya yang ia gantung di kastok dekat pintu, tas berisi benda temuannya di jalan tadi. Sebenarnya ia ingin membukanya tadi begitu tiba di rumah, tapi kegerahan yang melanda tubuhnya membuatnya hanya mengambil handphone lalu mengecasnya saja, sebelum akhirnya mandi.

  Reena membuka risleting tasnya dan mengambil dompet tadi sebelum akhirnya dibawa ke meja belajarnya, ia duduk menghadap kaca rias peninggalan mamanya sembari membolak-balik dompet itu. Ia mulai membukanya.

  Reena terkejut begitu membuka dompet itu dan menemukan berlembar-lembar uang seratus ribuan di dalamnya, juga setumpuk kartu kredit.

  Jantung Reena berdebar kencang, ia menghitung uang tersebut yang ternyata berjumlah lima juta rupiah, membuat matanya terbelalak lalu segera mengacak-acak kartu-kartu yang terselip di sisi lain dalam dompet itu, ia mencari kartu identitas. Dan ketemu.

  "Mr. Houghton?" Reena terpaku mengeja nama pada kartu identitas tersebut.

  Cukup lama Reena terpaku dalam keheningan kamarnya, membolak-balik uang dalam jumlah banyak tersebut, memikirkan biaya pendaftaran lomba balap kuda, biaya operasi neneknya, juga soal pentingnya mengembalikan uang itu.

  Mendapatkan pengalaman tak mengenakkan seharian ini, kini Reena dihadapkan pada dua pilihan setelah menemukan dompet tersebut, mengembalikannya ke Mr. Houghton atau pergi mendaftarkan diri pada lomba yang kesempatan bagusnya tinggal besok saja.

***

THANKS FOR READING! DON'T FORGET TO VOMENT, YIP YIPPPY!

STAY TUNED!

BANG MY HEART ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang