Sore para pembaca kesayangan, sila dilanjut....
◀️☸️☸️☸️▶️
"Nek, kalau nenek mendengar suara Reena, tolong kasih Reena isyarat, please," ucap Reena dengan nada sendu malam ini di dekat neneknya. "Nenek sudah terlalu lama mendiamkan Reena, Reena sangat rindu bercengkrama dengan Nenek." Air mata Reena menetes di samping tubuh neneknya. Ia pandangi lekat-lekat wajah wanita yang baru sejam lalu menjalani cuci darah itu.
Reena terus memikirkan ketiadaan Mr. Houghton dan Eric setelah lomba selesai siang tadi. Apa beliau marah dan kecewa? batinnya seraya menempelkan pipinya di ranjang neneknya. Lelaki itu sudah mengeluarkan banyak uang untuk membantu nenek. Aku merasa berhutang terlalu banyak kepadanya.
Reena menggigit bibirnya, ia berencana mendatangi kediaman Mr. Houghton besok siang untuk meminta maaf. Aku harus minta maaf kepadanya dan menepati janjiku untuk memenangkan lomba tiga hari lagi di kota Bandung!
Segala keputusan memang menyajikan risiko, Reena jadi membayangkan siapa yang akan menjaga neneknya jika ia jadi berangkat ke Bandung.
Detik demi detik berlalu, tubuh lelah Reena tak bisa ditoleransi lagi. Menjelang pukul 23:00 malam ini, ia terlelap setelah cukup lama memikirkan wajah Steve dan kedekatannya dengan pemuda itu.
◀️☸️☸️☸️▶️
——————
———
——
Sekira pukul 09:00 pagi ini Reena mendatangi rumah Mr. Houghton dengan kemantapan hati setelah ia menyelesaikan banyak tugas rumah, termasuk mengobati Milky White.Melihat gerbang rumah Mr. Houghton yang tak terkunci, Reena urung masuk karena mengingat tragedi penahannya di gudang dalam rumah tersebut beberapa hari yang lalu.
"Permisi!" sapanya dengan suara lantang.
Keheningan menyeruak. Beberapa saat kemudian tukang kebun berbadan besar yang dulu mengurungnya muncul.
"Selamat pagi, Tuan."
"Ya. Ada apa?"
"Mr. Houghtonnya ada?"
"Saya kurang tahu, saya baru datang dan langsung berkebun. Masuk saja."
"Tak akan dikurung lagi kayak waktu itu, kan?"
Si tukang kebun terkekeh. "Kalau kau mau lagi, silakan."
Reena menggeleng&gelengkan kepalanya heran, ia segera masuk tanpa sepatah katapun.
Reena terkejut ketika sampai di pelataran, ia melihat Steve di taman depan rumah. Pemuda itu tampak tengah latihan menembak dan membelakanginya. Reena terpaku untuk beberapa saat menyaksikan kejituan pemuda tampan itu dalam menembak. Dilihatnya Steve berkali-kali meninju langit setelah berhasil menembak lingkaran.
Tatapan Reena lalu berpendar dan tertuju ke teras rumah. Di sana ia menemukan istri Mr. Houghton yang tengah bersantai sambil membaca majalah. Melihat wanita cantik itu Reena jadi ingat kebaikan beliau yang telah mengirim parcel buah untuk neneknya beberapa hari yang lalu.
Reena pun mendekati wanita itu. "Permisi, Nyonya, selamat pagi," sapanya begitu sampai.
Istri Mr. Houghton menoleh ke arah Reena dengan dahi menyernyit. "Reena? Ada apa?" tanyanya sinis.
Kok tatapannya sinis ya? batin Reena heran. "Sa-saya ingin bertemu Mr. Houghton, apa beliau ada?"
"Ada keperluan apa?"
"Mmmm...."
"Mau minta bantuan untuk nenekmu lagi?"
Reena dibuat semakin heran. "Ti-tidak, Nyonya."
"Kau telah mengecewakan suamiku setelah ia banyak menolongmu."
"Maafkan saya." Kepala Reena tertunduk, hatinya terasa nyeri. "Saya mengaku salah."
"Maaf tidak bisa mengembalikan keadaan. Pergilah."
"Tapi Nyonya, saya ingin bertemu beliau."
"Mau apalagi? Mengembalikan puluhan juta rupiah uang yang sudah digelontorkan suamiku kepadamu?"
Reena diam. Sabar, Ren. Sabar.
"Oh iya, dengar-dengar meski kau kalah, kau mendapat uang sepuluh juta, kan?"
Reena terus diam.
"Uang itu akan kuambil, kau tak berhak mendapatkannya."
"Saya mohon, Nyonya. Izinkan saya menemui Mr. Houghton.
"Tidak! Pergilah!"
Reena mematung.
"Pergiii!"
"Hentikan!" Tiba-tiba Steve datang. "Ma, apa masalahmu dengan Reena? Ini urusan Ayah dengan dia!"
"Wow! Ada pahlawan bersenjata! Jangan ikut campur. Kau tak tahu apa-apa anak tikus!"
Napas Steve berembus cepat, ia emosi. "Setidaknya sikap tikus masih lebih mulia daripada sikapmu. Kau wanita aneh, begitukah cara orang tuamu dulu mengajarimu memperlakukan tamu? Sungguh tak beradab."
"Pergi!!!" Kali ini istri Mr.Houghton menjerit."
Steve segera merangkul Reena dan membawa gadis itu keluar dari pekarangan rumahnya, meninggalkan ibu tirinya yang masih mengomel.
"Ren, maafkan sikap ibu tiriku."
"Sudah kumaafkan, Steve."
"Aku tak bisa berdiam diri melihat wanita itu berulah. Attitude-nya sungguh buruk."
Reena tersenyum mengerti. Kau pasti tak betah tinggal di rumah ini, Steve. Ekspresi wajahmu mengungkapkan itu.
"Um, sekarang, mau kuantar pulang, Ren? Ayahku sedang pergi, nanti akan kukatakan kepadanya setelah ia pulang."
"Te-terima kasih, Steve. Aku bisa pulang sendiri."
"Sekali lagi maafkan sikap ibu tiriku."
"Udah nggak pa-pa, aku bahkan langsung melupakannya."
"Thats good!"
"See you, Steve."
"Oh iya, gimana keadaan nenekmu?"
"Puji Tuhan Nenek baik-baik saja, beliau sedang dalam tahap pemulihan pasca operasi dan cuci darah."
"Aku turut prihatin. See you too, Ren."
"Thankyou," jawab Reena sembari melambaikan tangannya. Ia lantas berlalu.
◀️☸️☸️☸️▶️
Kok author ikutan sakit hati sama perlakukan istri Mr. Houghton ke Reena ya? Kamu sendiri gimana, Guys?
Jangan lupa vomment dan masukkan Bang My Heart ke rak baca kamu ya!
Regards,
Ikko Williams
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG MY HEART ✓ [Selesai]
Teen FictionGadis pembalap kuda bertemu pemuda ahli tembak? [Selesai- Buku bisa dipesan melalui penerbit Crystal Books] Hidup Falovre Reenata terasa jungkir balik setelah neneknya, satu-satunya keluarga yang ia miliki, jatuh sakit dan harus melakukan operasi gi...