Selamat melanjutkan, Guys. Masukkan ke rak buku kalian dulu ya jangan lupa.
Happy Reading!***
Reena menanggalkan topi koboinya pada kastok di depan kandang Milky White sebelum akhirnya menggelung rambut panjangnya. Ia akan memberi makan kuda putih itu seperti rutinitasnya setiap pagi. "Makan yang banyak, Milky," ucapnya usai mendorong segerobak jerami dan memasukannya ke tempat makan kuda.
Pulang dari bukit Setri tadi, perasaan Reena jadi begitu lega, di bukit tersebut ia bersenandika memutuskan pilihan sulit yang membayang di kepalanya sejak kemarin. Reena memutuskan akan datang ke rumah Mr. Hougton dan mengembalikan dompet berisi uang lima juta rupiah tersebut. Reena percaya Tuhan tak akan membiarkannya terpuruk dalam genangan masalah hingga berlarut-larut.
Setelah memasak, sarapan dan mandi, Reena bersiap mendatangi rumah Mr. Houghton.
Tak butuh waktu lama, Reena sampai di rumah tersebut karena jaraknya memang tak terlalu jauh.
Reena mengintip rumah super megah di hadapannya dari balik gerbang besi bercat hitam yang menjulang tinggi. Ia takjub melihat taman luas di halaman rumah itu, berbagai macam bunga ditanam dengan rapinya, ada tulip, melati, bunga mawar berbagai warna, lavendel hingga bunga matahari.
"Permisi!" seru Reena seraya memegangi gerbang di hadapannya.
Ia mengulangi seruannya hingga beberapa kali, namun tak ada yang menyahut, bahkan hingga dirinya memukul-mukul besi di hadapannya menggunakan sebuah kerikil. Sesekali ia celingukan mencari bel, namun tak ada.
Reena hampir menyerah, namun tiba-tiba dahinya dibuat mengernyit saat jemarinya menari-nari di sela-sela besi itu, ia menemukan pintu gerbang tersebut tidak dikunci. Tanpa menunggu lebih lama lagi Reena mendorongnya dan menyelinap masuk.
Begitu Reena masuk, tiba-tiba dari gerbang di belakangnya terdengar bunyi 'klek', hal itu membuatnya menoleh dan kaget. Reena menemukan gerbang tersebut tertutup sendiri dan terkunci.
Dengan cepat ia kembali memegangi pintu gerbang besi tersebut dan menariknya, ia gagal membukanya, bahkan ketika ia mencoba mendorongnya.
Reena sedikit panik, ia jadi celingukan. "Permisi!" serunya lagi, kali ini ia melambai-lambaikan tangan tinggi-tinggi. "Sepada! Excuse me!"
Hening.
Pandangan Reena terus beredar seraya melangkahkan kaki mendekati rumah itu. Ia celingukan, tatapannya tertuju pada semak-semak di tak jauh dari teras rumah, juga bonsai-bonsaian dalam pot besar di kanan dan kiri jalan menuju teras. Suara gemericik air mancur terdengar dari arah samping rumah.
Kresss!
Tiba-tiba Reena melihat semak-semak di hadapannya bergoyang-goyang. Karena panik, ia membalikkan badan dan berlari kembali ke pintu gerbang. Reena menarik dan mendorong pintu gerbang tersebut karena ingin keluar dan kabur saja dari rumah sepi tersebut. Kalau yang ada di balik semak-semak itu adalah bulldog, matilah aku hari ini, batinnya dengan wajah panik.
Setelah berkali-kali gagal membuka pintu gerbang, Reena berusaha memanjatnya. Ia menginjak sela-sela besi itu sementara tangannya mencari pegangan untuk naik.
"Ehm!" Sebuah deheman keras dari arah belakang Reena sukses menghentikan usaha memmanjatnya.
Reena terperanjat dan langsung menoleh. Seketika wajahnya pucat pasi melihat seorang lelaki bertubuh tambun bercambang lebat menatapnya tajam-tajam. Pria berpakaian lusuh itu mengenakan headset di telinga kanannya, salah satu tangannya disembunyikan ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG MY HEART ✓ [Selesai]
Novela JuvenilGadis pembalap kuda bertemu pemuda ahli tembak? [Selesai- Buku bisa dipesan melalui penerbit Crystal Books] Hidup Falovre Reenata terasa jungkir balik setelah neneknya, satu-satunya keluarga yang ia miliki, jatuh sakit dan harus melakukan operasi gi...