Reena menguap ketika keremangan melanda ruangan gudang itu, ditengoknya jam sudah menunjukkan pukul delapan belas. Ia lalu melihat lampu ruangan dinyalakan.
Tak berselang lama tiba-tiba pintu dibuka, Mr. Houghton berdiri di ambang pintu dengan wajah lelah. "Mana pencurinya?" tanyanya heran. Begitu melihat Reena beliau segera mendekat dengan mata terbelalak.
"Astaga, Steve! Apa yang sudah kamu lakukan? Dia cucu seorang pelatih berkuda yang rumahnya di kaki bukit Setri."
"Saya bukan pencuri, Tuan. Saya hanya mau mengembalikan dompet Tuan yang saya temukan di dekat jembatan gantung kemarin sore."
Hening.
Mr. Hougton lalu menampakkan rona merasa bersalah, beliau lantas menatap Steve yang berdiri di sampingnya dengan napas memburu.
Plack!
Mr. Hougthon menampar pipi kanan Steve dengan punggung tangan, membuat cowok itu meraung kesakitan.
Plack!
Kembali, Mr.Houghton menampar Steve. "Dasar bodoh!" teriaknya lantang. "Kamu mengurung seorang gadis sejak pagi? Astaga, bodohnya putraku ini!"
Steve meraung lalu mundur dan pergi, sementara itu di ambang pintu berdiri seorang cowok lain yang melipat tangannya dan menatap Steve dengan mimik puas, namanya Eric Guillon, dia adalah putra kedua Mr. Hougthon.
"Oh, gadis malang, maafkan aku, maafkan putraku," Mr. Houghton berlutut dan meminta maaf ke Reena.
Reena sibuk mengatur napas.
"Namamu Reena, right?"
Reena mengangguk, ia lalu merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan dompet Mr. Houghton.
"Sakit nenekmu begitu famous di kampung ini, maafkan aku, aku janji akan menghukum putraku yang sudah kurang ajar itu," lanjut Mr. Houghton seraya menerima dompet yang disodorkan Reena. "Kemarin aku dibuat frustasi oleh hilangnya dompet ini," lanjutnya seraya memeriksa semuanya, wajahnya lalu berubah sumringah. "Oh Reena, terima kasih." Beliau menengadahkan wajahnya ke wajah Reena.
Kasihan juga dia, batin Reena. "Berdirilah, Tuan. Tuan tidak pantas berlutut seperti itu, saya sudah memaafkan Tuan Steve, ini hanya kesalah pahaman."
Mr. Houghton bangkit dengan wajah iba.
"Steve harus bertanggung jawab, Dad." Suara Eric mengalun lantang.
"Sudah, Tuan, saya sudah memaafkan kok," Reena mengatur napas. "Hari sudah gelap, saya harus segera pulang, saya harus menjenguk Nenek." Reena bangkit dari duduknya, pikirannya begitu tak karuan, ia terus memikirkan biaya operasi nenek, juga kesempatan tipis soal pendaftaran lomba balap kuda. Kesempatan biaya pendaftaran murah mungkin sudah ditutup, batinnya sedih. Memang sudah jadi nasibku, aku harus mencari cara lain untuk mendapatkan uang agar nenek segera dioperasi.
"Tunggu, Ren." Sekali Reena melangkah, Mr. Houghton mencegah dengan memegang tangan Reena.
Reena mengernyitkan dahinya.
"Makan malamlah bersama keluarga kami dulu, nanti kamu akan diantar Steve ke rumah sakit. Bocah nakal itu harus bertanggung jawab."
Hening.
"Saya mohon, bersedialah, kalau mau membersihkan diri dulu nanti biar diantar oleh asisten perempuan saya."
Reena tersenyum, hatinya melunak.
"Mari saya antar menemui asisten saya."
Reena mengangguk. Begitu pria itu berlalu, Reena segera membuntuti langkahnya.
***
Thanks for reading, Guys, stay tuned!
Vomment-nya jangan lupa, Guys.
![](https://img.wattpad.com/cover/197539308-288-k545445.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG MY HEART ✓ [Selesai]
Fiksi RemajaGadis pembalap kuda bertemu pemuda ahli tembak? [Selesai- Buku bisa dipesan melalui penerbit Crystal Books] Hidup Falovre Reenata terasa jungkir balik setelah neneknya, satu-satunya keluarga yang ia miliki, jatuh sakit dan harus melakukan operasi gi...