Bagian Tiga Puluh Tiga

126 20 6
                                    

Selamat melanjutkan, Guys!
Happy reading!

◀️☸️☸️☸️▶️

  "Halo, Ren?" Reena tengah mengobrol dengan Mr. Houghton menggunakan smartphone milik Steve pagi ini usai mandi dan sarapan.

  "Ya, Tuan?" jawab Reena yang duduk di taman depan hotel, sendiri, sebab Steve sedang mengobrol dengan receiptsionist soal keterlambatan jadwal check-in keluarganya yang belum tiba.

  "Saya baru saja dikabari asisten saya bahwa kudamu sudah tiba di Bandung. Usai sarapan, mandi dan keperluan lain, kau bisa pergi ke D'ranch untuk menengoknya. Lokasinya bisa kau tanyakan pada Steve."

  Penginapan yang dihuni Reena dan keluarga Mr. Houghton ada di dekat D'ranch, sebuah tempat wisata dan pacuan kuda yang nantinya akan menjadi tempat bagi Reena untuk berlatih.

  "Baik, Tuan," jawab Reena seraya menyesap udara pagi Lembang yang begitu sejuk. Ia dikelilingi bonsai-bonsaian yang tertata rapi, juga pohon cemara yang menjulang tinggi. Di seberang hotel yang menghadap ke arah barat itu, ia bisa melihat megahnya perbukitan Lembang yang baru disapa cahaya mentari. Burung-burung beterbangan dan menyicit riang, membuat suasana terasa damai.

  "Baiklah, itu saja. Saya mungkin baru akan sampai sekira pukul setengah delapan, jadi kalau kau sudah bertemu dengan kudamu, kau bisa langsung latihan, di sana lahan pacunya sangat luas."

  "Baik, Tuan."

  "Selamat dan semangat berlatih, Ren. See you."

  "Terima kasih, Tuan. See you too."

  Tut!

  Maka telepon pun mati bersamaan dengan Steve yang berjalan mendekati Reena. "Ayahku bilang apa, Ren?"

  "Aku harus mengunjungi D'ranch, katanya Milky White sudah ada di sana."

  Steve mengangguk-angguk. "Kau tahu tempatnya?"

  Reena menggeleng.

  "Mari kuantar," ajak Steve.

  Reena tersipu dengan pipi memerah. Ia lantas bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan beriringan dengan Steve menuju D'ranch.

  "Apa ini pertama kali kau mengunjungi Bandung, Ren?" Steve memandang ke arah Reena.

  "Iya. Ternyata kota ini lebih indah dari yang kubayangkan."

  "Soalnya kau baru melihat tempat yang indah di kota ini."

  "Maksudmu?"

  "Seperti kota-kota lain, Bandung juga ada sisi macetnya, polusi berterbaran di kawasan kota, juga rusaknya fasilitas umum oleh orang-orang tak bertanggung jawab."

  Reena mengangguk-angguk paham. "Magelang juga sama."

  "Manusia memang begitu, susah diatur."

  "Kau kadang lucu, Steve."

  Dahi Steve mengernyit, mereka bertemu pandang sesaat.

  "Kau membicarakan manusia seolah-olah kau alien."

  Steve terkekeh. "Beraninya kau mengataiku alien."

  Reena tersipu.

  "Kalau aku alien, salah satu tujuanku datang ke bumi adalah untuk meculikmu, Ren."

  Reena makin tersipu. "Kalau aku diculik, bagaimana dengan nenekku?"

  "Boleh kuralat kata-kataku? Aku akan menculik hatimu."

  Hening. Keduanya jadi diam dengan seulas senyum tertahan di bibir masing-masing.

  Memasuki D'ranch dan disambut baik oleh orang-orang di sana, Reena dan Steve segera mengunjungi kandang Milky White sesuai intruksi pekerja di sana.

  Reena terkagum-kagum oleh suasana tempat wisata tersebut, setelah tadi ia disambut oleh patung kuda di pintu masuk, juga pemandangan kaktus beraneka rupa, ia lantas melihat padang rumput maha luas yang menghijau di musim kemarau ini. Pohon cemara yang menjulang tampak mengelilingi padang rumput tersebut.

  Tempat itu belum ada pengunjung karena jam operasionalnya pukul 09:00, membuat Reena bisa membayangkan ramainya tempat indah tersebut siang nanti. Ia melanjutkan langkah dan masih diiringi Steve, melewati jalan setapak.

  Tiba-tiba beberapa pramuniaga berlarian mendekati Steve dan Reena, beberapa di antaranya minta ber-swafoto bersama Steve, sementara yang lainnya mengobrol dengan Reena seolah menyambut kedatangannya sembari mempromosikan makanan yang dijual di both mereka.

  "Anyway, kalian pasangan yang sangat serasi. Kapan kalian menikah?" tanya salah satu pramuniaga di dekat Steve dengan suara yang cukup keras sehingga Reena juga mendengarnya.

  Mendengar hal itu Steve segera menoleh ke arah Reena, ia mendapati gadis itu tersipu. Untuk beberapa saat mereka sama-sama tersenyum lalu terkekeh.

  "Apa kau tak lihat, Kak? Kami masih remaja." Steve menimpali ucapan pramuniaga itu.

  Diikuti para pramuniaga, Steve dan Reena tertawa renyah. Tanpa mereka sadari, seseorang mengawasi mereka dari kejauhan sambil melipat tangan di depan dada. Dialah Mr. Houghton. Lelaki itu sudah tiba beberapa menit yang lalu.

  "Steve!" Seru Mr. Houghton tiba-tiba.

  Panggilan tersebut cukup membuat Steve kaget dan langsung menoleh, begitupun Reena dan para pramuniaga di sekelilingnya. Dilihat oleh mereka, Mr. Houghton berjalan mendekat dengan langkah cepat.

  Seketika para pramuniaga membubarkan diri, meninggalkan Steve dan Reena.

  "Steve, tolong tinggalkan Reena. Dia harus latihan, kenapa malah kau ajak dia berbasa-basi?" ucap Mr. Houghton begitu sampai, napas lelaki itu terdengar memburu.

  Mendengar perintah ayahnya, Steve segera berlalu pergi setelah mengangguk sopan ke arah Reena.

  Reena hanya bisa tersenyum memandangi keberlaluan Steve, entah kenapa ia merasa hatinya hampa.

  Sepeninggal Steve, Mr. Houghton tersenyum ke arah Reena dan menyemangati gadis itu sebelum akhirnya mengantarnya menjemput Milky White dari kandang.

  Latihanpun dimulai sekira pukul 07:45, Reena diawasi oleh Mr. Houghton.

BERSAMBUNG....
VOMMENT DULU YA, TRIMS!

BANG MY HEART ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang