Bagian Dua Puluh Sembilan

115 17 3
                                    

Hari ini bakal update 2 Bagian ya, Guys, karena part yang ini pendek pisan, tapi penting buat memajukan alur kok.

Happy reading!

◀️☸️☸️☸️▶️

  Baiklah, Ren. Anggap saja kini saatnya balas budi ke Mr. Houghton, batin Reena mantap. Ia sedang berjalan di koridor Rumah Sakit yang menuju kamar neneknya. Sejak kepergian Mr. Houghton dan Erick dari rumahnya tadi, hatinya jadi tak tenang. Pikirannya jadi tertuju pada hari keberangkatannya ke Bandung kelak.

  Normalnya, seseorang tidak akan meninggalkan neneknya yang sedang terbaring koma di Rumah Sakit selama berhari-hari. Tapi ini rumit, batin Reena lagi seraya menjambak rambutnya karena kepalanya terasa pening.

  Memasuki ruang ICU dimana neneknya terbaring, Reena dibuat heran melihat tiga orang suster yang sedang mengerubungi neneknya. Menyadari kehadiran Reena, salah satunya lalu menoleh ke arahnya.

  "Cucu nenek sudah tiba," ucap sang Suster kepada Nenek, membuat Reena segera mempercepat langkahnya.

  "Reen...." Suara Nenek mengalun sendu.

  Seketika mata Reena terbelalak melihat neneknya sudah sadar meski matanya masih tertutup.

  "Diimanaa cucukuu Reenaa...," ucap Nenek lagi, kali ini tangan beliau bergerak-gerak.

  Air mata haru segera membasahi pipi Reena. "Reena di sini, Nek. Reena di sampingmu," ucap Reena dengan perasaan bahagia sekaligus tak menyangka. Seorang suster lantas menyerahkan sebuah kursi untuk diduduki Reena. "Terima kasih, Sus," lanjut Reena dengan senyum mengembang. Ia mengangguk sopan kepada wanita berseragam putih itu.

  "Reen...," panggil sang Nenek lagi.

  Begitu duduk, Reena segera menggenggam tangan neneknya. "Shhh, tenanglah, Nek. Reena di sini, memegangmu."

  Tak berselang lama ketiga suster di dekat Reena izin pamit dan Reena menyetujuinya dengan anggukan sopan.

  "Reen, Nenek mohon, tetaplah berada di dekat Nenek, Nenek takut." Sepercik air mata tampak mengalir di pipi keriput Nenek.

  Reena langsung terisak-isak dan memeluk neneknya. "Tidak akan, Nek. Tidak akan."

  Kerinduan Reena untuk bisa bercengkrama kembali dengan neneknya akhirnya dikabulkan Tuhan.

  "Reen, semua pengobatan yang Nenek jalani ini begitu menyakitkan."

  Seraya mengusap-usap air matanya dengan punggung tangan, Reena menenangkan Neneknya. "Semua pengobatan ini akan lekas berakhir, Nek. Nenek pasti akan cepat sembuh dan pulang. Kita akan berkuda lagi bersama-sama, memasak sama-sama, dan menjalani hidup normal kembali."

◀️☸️☸️☸️▶️

BERSAMBUNG....
Drop vomment yuk

BANG MY HEART ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang