"Sakit,"
"Salah sendiri, belagu,"
Menggelengkan kepalanya, tak tahu harus bagaimana lagi dengan sifat kekanakan dari sahabatnya yang satu itu. Kakinya terkilir, lengannya terluka.
"Belagu dari mana, ogeb," Adhit menghela nafas, menahan sakit yang menjalar pada kakinya. "Kan emang gue bisa."
"Iye, bisa banget bikin gue cemas. Ngambilin bolanya anak tetangga yang dibawa lari sama pitbull, trus malah lo sendiri yang dikejar ama tuh anjing," ujar Nelson, geleng-geleng kepala. Masih telaten membalurkan obat pada lengan Adhit yang terkena luka beset. Sebenarnya cukup parah, karena kulitnya tergesek keras saat terbentur aspal.
"A-Anjing! Perih, goblok!" Merintih kesakitan, sesekali memukul pundak Nelson yang berlutut di sampingnya, yang tengah berbaring di sofa panjang. "Gue bukan anak kecil lagi. Luka kek gini mah, kecil."
"Lo tetep berasa bocil kalo udah sakit kayak gini," tanpa menatap lawan bicara, Nelson membalutkan perban pada lengan mungil itu. "Diem, biar gue urus."
"Gue bisa sendiri," Adhit berdehem, kesal karena selalu dianggap anak kecil oleh sahabatnya yang lebih tinggi itu. "Sampe kapan lo mau kayak gini ke gue?"
"Sampe lo sadar, kalo lo butuh gue," lirih. Hampir tak terdengar kalau saja Adhit tak berbaring di sebelahnya. "Bukannya nganggep lo anak kecil. Lo udah kayak adek gue sendiri, tau. Gue cemas kalo lo kenapa-napa."
"Gue tau sifat lo kek gimana. Keras kepala, gampang terluka, ceroboh--walaupun gue juga--, dan sok hebat sendiri. Gue cuma mau lindungin lo," selesai dengan perban di lengan, Nelson pun beralih ke kaki Adhit yang terkilir. Dengan lembut, ia memijatnya. "Gue anak bungsu, sedangkan lo anak sulung. Gue pengen ngerasain gimana jadi kakak. Dan gue juga mau lo ngerasain gimana rasanya jadi anak bungsu kek gue."
"Tiga tahun lamanya kita sahabatan. Gue gak liat gimana lo tumbuh dewasa, karna emang kita ketemu waktu masing-masing udah besar,"
Merintih kecil, merasakan sakit pada kakinya yang sedang dipijat oleh Nelson. Rasanya hangat, sungguh. Sejak dulu ia tak pernah dimanja, dan harus memegang tanggung jawab atas adik-adiknya. Ternyata diperhatikan seperti ini, tidak buruk juga.
"Udah, udah. Gak papa, Nel," bangkit dari tidurnya, lantas memposisikan badan untuk duduk di sofa. Menatap Nelson yang berlutut di hadapannya, lantas tersenyum. "Makasih. Gue hargain itu."
Balas tersenyum dengan senyuman yang sejuta kali lebih manis dari biasanya. Lantas berdiri, mengusak surai hitam milik pemuda di hadapannya. "Cielah, kayak sama siapa aja, lo. Ini gue lho, Nelson. Gak usah kaku-kaku amat."
"Iya, gak perlu kenalan lagi njir,"
"Dikira Miloa sama Dyland?"
"Miloa sama Dyland sapa bangsd?"
"Biar gak kena kopiret,"
"Serah lo, serah lo,"
Keduanya tertawa bersama. Rasa sakit perlahan menghilang, larut bersama tawa bahagia yang menyeruak di udara. Suasana lantas menyelimuti keduanya dengan kehangatan. Baik Adhit maupun Nelson, keduanya senang memiliki satu sama lain.
Yang bersedia merawat ketika sakit, rela berkorban untuk melindungi, ikhlas menemani saat gundah melanda, atau yang dengan senang hati tertawa kala seorang lainnya bahagia.
---
27/1/2020/a/n/
Maap ni, gabut aje. Jdi gajelasnhejfjr:(((
BTW BTW BTW. YTRMCANIMID UDAH KELUAR WOIII. kemarin sih. Jdi waktu dpt notif, aku lgsung nonton. Dan histeris kyk biasa:')
Syg"ku, huaa. Coba aja di sans smp aslinya beneran ngumpul kek gini. Dri awal udh berharap, 4bro bakal nepatin kata"nya, yg katanya mau bikin rumah sebelahan. Yah walau pd akhirnya gajadi juga:')
Btw, kmrn siang, aku nonton videonya erpan yg vlog di jepang. I know aku nontonnya telat. Tpi bomat. xD
HUAAAA KESAYANGAN😭💖💖💖
Seneng bgt pada akhirnya liat zenpan, huhu:(((( akibat nunggu terlalu lama buat liat momen zenpan irl. 😭💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Rindu
FanfictionUntuk kamu, sang perindu senyumku. ーRandom oneshots of 4Brothers. Start: 25/12/2019. p.s. only friendship-centric. non-yaoi/non-bxb.